Karena kemarin Bastian sudah bertekad untuk mendapatkan Nara. Hari ini ia langsung mendekati Nara kembali, mulai dari menyapanya.
"Pagi Nara," sapa Bastian riang.
Nara kebingungan dengan tingkah Bastian. Seingatnya Bastian sudah jengah karena perkataanku tempo lalu.
Melihat Nara tidak membalas serta melewatinya begitu saja. Bastian langsung menghampiri Nara. Nara melirik sekilas ketika Bastian sudah ada di sampingnya.
"Nara, bales sapaan gue dong," mohon Bastian sembari jalan ke Kelas.
"Ogah," ucap Nara meninggalkan Bastian.
Tidak pantang menyerah, Bastian terus menerus mendekati Nara. Sampai tempat duduknya saja bersebelahan, aktif bertanya serta menjawab di kelas demi menarik perhatian Nara.
Alya yang pada dasarnya peka, curiga pada perilaku Bastian yang tidak biasanya. Alya berulang kali melirik Bastian dan Nara secara bergantian membuat kecurigaannya benar.
Setelah kelas berakhir, Bastian mengajak Nara untuk makan siang bersama.
"Nara, makan bareng gue yuk!" ajaknya yang membuat Aurel semakin panas.
"Cewek sialan!" umpat Aurel dalam hati.
"Ngga, Alya ayo!" ucap Nara meninggalkan Bastian.
"Hmmm ... semakin sulit di dapat semakin menarik," pikir Bastian memperlihatkan senyum miringnya.
***
"Nara fix banget ini mah, Bastian suka sama lo!" ucap Alya semangat.
Nara memasang wajah datar, mana peduli Nara sama Bastian.
"Ra, kok lo diem aja sih? Emang sih dia rada nyebelin ... kali aja dia punya sifat yang buat lo jatuh cinta," ucapan Alya membuat bulu kuduk Nara merinding.
"Stop ya stop," balas Nara.
"Hehehe ... iya iya."
Mereka telah sampai di tukang baso langganan. Baru saja mereka duduk, ada Nathan yang sedang memesan baso.
"Oh Nathan," sapa Alya yang melihat Nathan duluan.
Nathan hanya membalas dengan mengangkat tangannya. Ia duduk di depan Nara.
"Ra, lo besok ada kelas sampe jam berapa?" tanya Nara ketika duduk.
"Jam 2, kenapa?" jawab Nara.
"Bagus, temenin gue ya," pintanya.
"Boleh aja sih, tapi besok gue mau ngerjain tugas. Deadlinenya besok," ucap Nara berbarengan dengan baso pesanan mereka.
"Kalau gitu ..." Nathan melihat Alya yang sedang meracik basonya dengan sambal beserta teman-temannya.
"Alya besok lo anterin gue ya. Besok kelas lo sampe jam 2 jugakan?" sambung Nathan.
"Iya sih ..." jawab Alya setengah kaget karena mereka tidak dekat dan Nathan tanpa ragu meminta Alya untuk menemaninya.
"Gimana? Lo bisa?" tanya Nathan penuh harap.
"Bisa aja sih ... toh besok juga ngga ada acara," jawab Alya.
"Ok, gue tunggu di depan ya. Nanti lo langsung ke depan aja," jelas Nathan.
"Ok," kata Alya.
Nathan ngga tau aja, Alya mulai menyimpan rasa padanya. Di samping itu Nara sedang asik menyantap basonya.
***
Bastian sedang memikirkan taktik untuk membuat Nara jatuh akan pesonanya. Sampai ia tak sadar, Aurel datang duduk disampingnya seraya menyenderkan kepala pada pundak Bastian.
Raka yang baru datang habis makan dengan salah satu pacarnya, menepuk pundak Bastian yang satunya.
"Bro! Lo mikirin apa sih, sampai ngga sadar cewek lo dateng," ucap Raka duduk di samping Bastian.
Bastian sadar dan segera merasakan kehadiran Aurel. Ia tidak terganggu dengan sikap Aurel, justru Bastian merangkul Aurel.
"Kalau aja Nara kaya Aurel, gue ngga usah pusing-pusing mikirin taktik," pikir Bastian.
"Hah ... percuma gue dateng kalau lo asik sendiri," keluh Raka pada sahabatnya.
"Hahaha ... sorry bro," balas Bastian.
"Bastian kita nonton yuk! Aku bosen nih, ada film baru juga," ajak Aurel manja.
"Boleh aja, yuk!"
Mereka langsung pergi dengan Aurel menggandeng tangan Bastian.
Untung Raka sudah biasa ditinggalkan tiba-tiba oleh sahabatnya itu. Saat Raka ingin meninggalkan tempat ia tak sengaja melihat Nara bersama Alya dan Nathan. Mereka melihat Bastian serta Aurel lewat.
Sepintas Nara mengingatkan ia pada seseorang yang ia benci, namun ia tak mempedulikannya.
Disamping itu Nara melihat Bastian dengan wajah datar. Alya sendiri tidak percaya. Nathan melirik Nara, ia ingin tahu bagaimana Nara menanggapinya. Nathan lega kala tahu Nara sama sekali tak terganggu dengan pemandangan itu.
"Gue tarik ucapan gue yang sebelumnya. Bastian sama sekali ngga cocok sama lo," ucap Alya.
Nara tersenyum mendengar ucapan Alya. Sampai kapanpun Nara tidak akan membiarkan Bastian menjadi bagian hidupnya. Di sisi lain Nathan senang karena Nara menyetujui ucapan Alya.
***
"Nara kakak pulang," ucap Adrian begitu membuka pintu.
Sepi tidak ada balasan atas ucapannya barusan.
"Lho Nara kemana?" gumam Adrian.
"Lagi belajar kali ya," gumam Adrian kembali.
Benar saja, Nara sedang mengerjakan tugas presentasi bagiannya. Meski Aurel tidak membalas pesannya, Nara tetap mengerjakan tugasnya. Ia tidak mau dibilang tak berguna dalam kelompok. Nara juga sudah mengirim pesan ke anggota kelompok lainnya tetap tidak ada jawaban.
"Pada kemana sih? Presentasinya tinggal 3 hari lagi juga," gerutu Nara menyenderkan diri pada kursi.
Tok ... tok ... tok
"Nara ..." panggil Adrian.
"Lho kakak udah pulang?" gumam Nara sebelum membuka pintu.
"Syukurlah kamu ada di kamar, Kakak takut kamu belum pulang," kata Adrian ketika melihat Nara.
"Kok Kakak udah pulang?" tanya Nara heran.
"Kamu keasikan belajar ya sampe ngga liat sekarang jam berapa?" balas Adrian menunjukan kalau saat ini sudah pukul 10.00 malam.
"Lho udah jam 10? Aku pikir masih jam 8," kata Nara.
"Kamu udah makan?"
"Udah Ka, aku goreng ayam. Kakak udah makan belum? Kalau belum mau aku angetin ayamnya?"
"Kakak udah makan kok, Kakak cuma mau lihat kamu doang. Udah sana lanjutin belajarnya, tapi jangan tidur sampe tengah malam ... besokkan kamu kuliah pagi," jelas Adrian seraya mengusap kepala Nara.
"Ok Ka! Kakak juga ya, good night ka," ucap Nara memperlihatkan senyumnya.
"Good night."
Nara kembali mengerjakan tugasnya, sesekali ia mengecek ponselnya takut-takut ada pesan balasan, namun sampai pukul 11.00 malam saja tidak ada yang membalas.
Pada akhirnya Nara memutuskan mengerjakan semuanya. Mulai dari materi yang akan dibahas, membagian bagian untuk dipresentasikan sampai membuat power point.
***
Nathan seorang laki-laki yang menyembunyikan wajah tampannya untuk menghindari perempuan mendekatinya hanya karena wajah. Baginya itu sangat menganggu. Namun siapa sangka, penampilannya yang sangat ketinggalan zaman membuat dirinya dekat dengan Nara.
Nathan menjadi satu-satunya sahabat Nara. Nara tidak mempedulikan ejekan orang-orang yang dilontarkan pada Nathan serta tidak terganggu dengan gosip yang beredar. Bagi Nara ia hanya dapat mempercayai jika semua itu terbukti di depan matanya sendiri.
Nathan senang dengan pendiriannya Nara, tetapi semenjak kehadiran Bastian ia takut Nara tidak lagi disisinya. Entah bagaimana kehadiran Bastian menjadi ancaman bagi Nathan. Satu sisi ia ingin Nara menjadi orang pertama yang melihat wajah sebenarnya, satu sisi ia takut itu membuat Nara membencinya.
Pratista Nara Davira sudah membuat Nathan Malik Arsenio mabuk akan cinta.
***