"Naraaaa …" ucap Bastian dengan riang yang menjadi pusat perhatian.
"Ra fans lo tuh," goda Alya seraya menyenggol lengan Nara.
Nara memasang wajah malas. Sudah 2 hari ini Bastian selalu mengikutinya sampai Nara sudah lelah memarahi Bastian.
"Nara kok diemin gue sih? Nanti mau makan apa? Mau nasi box lagi kaya kemaren? Atau mau gofood aja?" kata Bastian memandang penuh harap kepada Nara.
Tentu saja Nara mendiamkannya.
"Ok seperti yang sudah-sudah gue ngikut lo aja," ucap Bastian seraya mengangguk yakin.
"Lo ngga cape apa ngintilin Nara mulu?" tanya Alya penasaran.
"Cape sih cape, cuma demi mendapatkan perhatian Nara gue ngga akan cape," ucap Bastian membuat Nara geli.
Alya juga geli mendengar jawaban Bastian, namun itu tidak mengentikannya untuk bertanya kembali diselingi menggoda Bastian. "Hahaha calon bucin nih … terus kalau udah dapet perhatiannya lo mau apa lagi?"
"Kalau itu liat nanti gue pikirinnya. Sekarang mah laksanakan dulu misinya."
Nara berjalan lebih cepat lantaran sudah lelah dengan ocehan Bastian.
"Eh tunggu gue Ra," Bastian kembali menghampiri Nara.
"Penasaran juga gue kalau Nara udah suka sama Bastian bakalan gimana?" batin Alya memandangi mereka berdua dari belakang.
Bagi siapapun yang melihatnya dapat dipastikan jika Bastian asik berbicara sedangkan Nara diam tidak membalas 1 katapun.
***
"Ra lo duduk deket kita ya, hari inikan persentasi," ajak Aurel.
Nara mengangguk mengikuti Aurel. Tidak hanya Nara, Bastian pun diajak oleh temen sekelompoknya. Bastian diingatkan kembali agar tidak lupa materi yang akan ia persentasikan. Meskipun sikapnya menyebalkan, Bastian tetap bisa diandalkan dalam kerja kelompok.
Bastian terus memandang Nara. Ia membayangkan bagaimana jika dapat perhatian Nara. Memikirnya saja sudah membuat Bastian senang. Karena terlalu asik memandang Nara, Bastian tidak sadar jika kelompoknya sudah maju untuk presentasi.
"Bas ayo!" ajak temannya.
"Oh ya," balas Bastian.
Nara memperhatikan kelompok Bastian dengan seksama. Nara tidak menyangka jika Bastian bisa mempresentasikannya sebagus ini. Bagian yang ia persentasikan sangat jelas, selain itu kelompok Bastian mendapatkan pujian dari sang dosen. Ini membuktikan bahwa mereka mempersentasikannya dengan sangat baik.
Setelah kelompok Bastian. Giliran kelompok Nara yang diketuai oleh Aurel. Nara sudah berusaha mempelajari materi yang akan dipersentasikannya. Sambil menunggu yang lain, ia mengingat-ngingat kembali materinya agar tidak ada yang terlewatkan satu kata pun.
Namun saat Nara hendak maju, ia dihentikan oleh Aurel yang mempresentasikannya. Bahkan ada bagian yang ditambahkan, bagian tersebut tidak diketahui oleh Nara. Nara diam memandang Aurel tidak percaya, setelahnya ia melirik teman satu kelompok. Mereka pura-pura tidak mengetahui kebingungan Nara.
Nara diam memperhatikan apa yang kelompoknya persentasikan. Ia tidak percaya mereka melakukan hal konyol padanya.
"Ibu melihat hanya Nara yang tidak mempresentasikan sesuatu, bahkan kamu tidak membantu saat Ibu mengajukan pertanyaan. Bisa terlihat bagaimana kamu tidak berkontribusi di kelompokmu," ucap sang dosen.
"Saya aja ngga tahu Bu, jika ada materi yang ditambahkan dalam bagian yang akan saya presentasi. Saya ingin langsung menanyakannya pada Aurel, mengapa ia melakukan hal konyol seperti ini?" batin Nara. Ia ingin sekali membela dirinya, namun ia tahu itu hanya akan memperburuk keadaan.
"Ok kalau begitu kamu buat tugas yang serupa dan kumpulkan ke Ibu," perintah sang dosen.
"Baik Bu …" ucapku.
Terlintas senyuman yang menghiasi wajah Aurel. Ia senang rencananya berhasil. Mana mungkin seorang Aurel tidak melakukan sesuatu pada saingannya.
***
Belum sempat Nara membereskan alat tulisnya. Ia menggebrak meja saat dosen sudah keluar.
Brak!
Semua menatap tak percaya jika seorang Nara menggebrak meja, tak terkecuali Bastian.
"Maksud lo apaan sih Aurel? Konyol banget ngubah materi dan persentasiin bagian gue. Udah jelas-jelas materinya dari gue, lo cuma nambahin doang. Enak ya pake kerjaan orang sambil menfitnahnya. Keren banget!" ucap Nara santai namun kemarahannya tidak dapat disembunyikan.
"Lho kok bilang gitu si Ra? Gue udah ngabarin lo, bahkan yang lain juga tapi lonya ngga bales-bales," bohong Aurel dengan wajah memelas.
"Gila … ngga habis pikir gue. Ini peringat pertama dari gue jangan sampe ada yang kedua apalagi yang ketiga. Gue cuma ngga mau lo berhenti kuliah," kata Nara penuh penekanan. Ia tidak peduli dengan tatapan orang-orang padanya. Nara duduk dengan tenang sembari membereskan alat tulisnya.
"Nara serem kalau udah marah," pikir Alya.
"Lho ternyata bisa marah juga," batin Bastian.
Tanpa mempedulikan orang sekitar, Nara beranjak dari tempat duduknya. Meninggalkan kesan bahwa Nara bukanlah seorang yang bisa dianggap remeh. Alya melirik sekilas Bastian sebelum menyusul Nara.
"Nara sialan," umpat Aurel. Sedangkan anggota kelompok yang lain merasa sangat bersalah.
"Ra, tunggu Ra …" teriak Alya terengah-engah.
Nara berhenti menunggu Alya.
"Hosh hosh, lo jalannya cepet banget sih Ra hosh hosh …" keluh Alya masih dengan napas terengah-engah.
"Sorry Al, gue ngga tau kalau lo ngejar gue," ucap Nara tidak enak.
Alya menepuk pundah Nara. "Maaf lo gue terima hahaha … duh laper nih, makan yuk!"
Nara mengangguk sebagai jawaban atas ajakan Alya.
Mereka berjalan keluar kampus. Alya menginginkan ketoprak yang berada dipinggir jalan tak jauh dari kampusnya berada. Baru saja mereka melewati gerbang. Nathan memanggil Nara.
"Nara!" panggil Nathan seraya berlari.
"Eh lo Nat, udah makan belum lo?" balas Nara.
"Belum nih, lo mau makan apa?"
"Ketoprak."
"Ok gue ikut!"
Mereka pun memakan ketoprak bersama. Sesekali Alya melirik Nathan, Alya penasaran bagaimana wajah Nathan dibalik poni panjang dan kacamatanya.
***
Nara kembali ke kelas untuk melanjutkan kuliahnya di jam terakhir. Seolah tidak ada yang terjadi, kelas berlangsung seperti biasa dengan diakhiri tugas yang harus dikumpulkan dalam 3 hari ke depan.
"Ra, lo mau langsung pulang?" tanya Alya.
"Kayanya sih … emang kenapa?" ucap Nara tanya balik.
"Kaga sih nanya doang hehehe … kalau gitu gue duluan ya," pamit Alya sembari melambaikan tangan.
Nara membalas lambaian tangan Alya. Setelah Alya keluar kelas, anggota kelompok Nara sebelumnya menghampiri membuat Nara kebingungan.
"Ada apa nih?" tanya Nara memandang mereka satu persatu secara bergantian.
"Kami mau minta maaf sama lo," ucap perempuan dikuncir dua.
"Hmm kalau ngga salah nama lo Farah, kan?" ujar Nara memperhatikan Farah.
"Iya …" Fara mengangguk.
"Ok untuk Farah dan yang lainnya, gue maafin lo tapi untuk ke depannya gue ngga yakin bakal bantu kalian dalam mengerjakan tugas," tegas Nara membuat Farah dan yang lainnya memasang ekspresi terkejut.
Nara dikenal tidak pelit dalam berbagi ilmu. Sering kali beberapa teman kelasnya meminta Nara untuk menjelaskan kembali karena penjelasan Nara lebih mudah dimengerti. Ini juga menjadi alasan mereka meminta maaf.
"Ra …" lirih Farah yang ingin sekali meminta Nara untuk menarik kembali omongannya.
"Gue harap kalau kita satu kelompok lagi, ah bukan … mau dengan siapa pun itu kejadian tadi tidak akan terjadi lagi," ucap Nara berlalu.
Farah dan yang lainnya diam mematung. Tidak berani untuk mengucapkan satu katapun.
"Enak banget ya udah memperlakukan gue secara tidak adil, terus minta maaf biar mereka bisa tetep dapet materi dari gue?" ucap Nara penuh amarah dalam hati.
Bastian ingin menyusul Nara, namun ditahan oleh Aurel.
***