Chereads / Our Dream [Indo Ver] / Chapter 18 - BOOK 1 CHAPTER 18

Chapter 18 - BOOK 1 CHAPTER 18

―Apa?‖

―Pacar Phi, atau teman kencan semalam. Yang mana saja lah.‖ Mike tampak berpikir sejenak. ―Aku hanya ingin tahu.‖

―Oh ....‖ Jeon pun berhenti memainkan melodinya. Dia berdehem beberapa kali sebelum menjawab. ―Soal itu, tentu saja.

Kau pikir hidupku ini sudah berapa lama, ha?‖

―Begitu.‖

―Yeah, walau aku tetap lebih suka perempuan,‖ kata Jeon .

―Tapi, ada tiga lelaki yang pernah menarik hatiku.‖

―Siapa?‖

―Satu berdarah Eropa, dua lainnya Asia,‖ aku Jeon . Dia tampak mencoba mengingat saat memandang keluar jendela.

―Namanya Steve Abraham. Dokter militer. Kami bertemu di tengah perang Dunia Kedua.‖ Dia tertawa kecil tiba-tiba. ―Aku terpesona saat dia gigih menyelamatkan korban luka. Jadi, begitu ada waktu lengang, kugoda dia dengan tubuh istrinya. Ha ha.‖

―Fuck. Aku sedang bertanya pada orang yang benar.‖ Sudut bibir Mike berkedut sambil meninju bahu sang kakak. ―Terus, dua yang lain?‖

―Dua yang lain sedang jadi haremku sekarang. HA HA

HA!‖ tawa Jeon bangga. Wajah iblis aslinya bahkan terlihat beberapa detik sebelum kembali ke versi manusia.

―Baik, baik. Tidak perlu sesenang itu-―

―Namanya Us dan Pong,‖ sela Jeon . Bola matanya berkilatkilat saat memandang sang adik. ―Mereka sepertinya baru ke negara ini juga. Persis seperti incaranmu.‖

DEG

―Apa?‖

Jeon pun menepuk bahu Mike. ―So, tenang saja, Adik Tersayang. Jika aku yang kotor ini berhasil, pasti iblis terhormat sepertimu lebih memesona bagi manusia.‖

―Aku tahu, tapi apa yang Phi bilang barusan?‖

―Bukankah aku tidak salah?‖ kata Jeon . ―Lelaki cantik di lantai 1 kan yang membuatmu kesal? Namanya siapa tadi--hmm ... Ace.‖ Mike pun tampak dikuliti seketika. ―Tapi, target yang punya trauma memang agak susah. Jadi, saranku sabar saja sampai dia lengah. Nanti seret ke ranjang jika suasananya mendukung.‖

DEG

―Aku tidak-―

―Ssshh. Ingat baik-baik perkataan kakakmu ini.‖ Jeon menyeringai lagi sebelum terbang keluar dalam wujud gagak hitam. Iblis itu menakuti anjing buduk di pojokan taman Saint Achilles, lalu menjelajah angkasa siang.

***

―Ugh, rasanya pusing sekali.‖ Ace berpegangan ke pinggir wastafel. Pandangannya memburam beberapa kali saat dia mengaduk bubur. Rasanya berat. Rasanya panas. Badannya bahkan sudah basah keringat lagi, meski baru saja habis mandi.

"Baik, tapi tanggung sendiri akibatnya."

Ace pikir, dia sungguh akan baik-baik saja. Namun, ucapan Mike sepertinya serius. Ini bukan pusing karena gejala belum sarapan. Beda jauh. Ace yakin dia bisa beraktivitas seharian jika tidak terkena energi iblis.

―Harusnya tidak sampai separah ini,‖ batin Ace. Dia nyaris jatuh ambruk jika sebuah tubuh tidak menahannya di belakang.

BRUGH!

―Sakit-―

―Sudah kubilang hati-hati.‖ Suara Mike mendadak di sisi telinga. Iblis itu merebut centong bubur dari tangan Ace dan mematikan kompor. ―Kau ini pembangkang rupanya.‖

Tak tahan pening, Ace pun meremas lengan Mike. ―Air ... air ....‖ pintanya pelan. ―Panas sekali, kumohon-―

Mike sudah menggendong tubuh Ace kamar sebelum lebih parah. Prediksinya benar. Ruh Drake rupanya memberikan energi terlalu besar. Ace bahkan seperti ini setelah usahanya tadi pagi.

―Ini, minum.‖

Mike tahu sedang melakukan hal yang lancang, tetapi dia sungguh memeloroti celana lelaki itu sekali lagi. Ace mungkin akan murka, tetapi itu bisa diurus nanti. Sekarang-meski segan-Mike melanjutkan pekerjaannya. Biar Ace bergeliat semaunya di atas sana. Toh kesadarannya separuh-separuh karena demam hebat yang mendera. Daripada merasakan nikmat, dia pasti lupa diri saat Mike menjilat dan menyedot kembali energinya.

―Mike, please. Stop.‖