Traumatis memang mengerikkan. Mike tahu perasaan itu, sebab bukan hanya Ace yang pernah merasakan kehilangan. Dia pun begitu saat sang adik meninggal dulu. Hanya saja, mungkin perasaannya terlalu dalam kepada Drake. Sebab mereka saling mencinta, bukan sekedar saudara sekandung saja.
―Rasanya cukup menyebalkan,‖ dengus Mike tanpa sadar. ―Dia bahkan tetap kasmaran meski pria itu tidak ada.‖ Keningnya pun dipijit pelan. ―Rasanya ingin kumuntahkan saja roh Drake, tapi dia bukan cemilan manusia.‖
Sejak dulu, Mike belum pernah gagal menyampaikan pesan sesuai harapan ruh tersebut. Rata-rata klien pasti merasa kuat, atau setidaknya jadi lebih baik karena tahu isi pikiran orang-orang kesayangan. Pesan itu seperti prasasti abadi. Yang harusnya dijaga dengan baik, tetapi kasus Ace jelas beda dari semuanya.
Haruskah Mike menyesal berhadapan dengan Drake? Jawabannya tidak. Sebab kebaikan pria itu memberinya energi besar sebagai salah satu bangsa iblis, dan itu sepadan bila digunakan hingga dia butuh makan lagi.
Ace tak perlu tahu soal itu. Dia mungkin lebih murka mendengarnya, tetapi mengurus kontrak ini memang butuh kesabaran ekstra.
Dok! Dok!
―Hei, keluar. Kau bisa mati bila berendam terlalu lama!‖ kata Mike sembari terus mengetuk. Pintu kamar mandi itu sampai bergetar karena emosinya tersalurkan dengan hebat. ―Ace! Hei!‖
DEG
Mata Mike pun menyala emas karena memikirkan skenario yang tidak-tidak. Bagaimana pun ada banyak cara bunuh diri di dalam ruangan itu, meski hanya menggunakan pecahan cermin yang kecil—
―Keluar kau, Ace!‖
BRAKHH!
Begitu pintu terbuka, Mike pun menyasar ke berbagai arah. Dia tilik arah kanan-arah kiri. Tirai bath-up, lemari bathrobe, bahkan pintu kaca bagian toilet-
―Tidak ada dimana pun.‖
Mike pun refleks menjelma menjadi elang. Iblis itu terlalu panik sampai mengelilingi semua ruangan di rumah. Koak-annya begitu nyaring. Dan dia yakin Ace takkan selamat jika melompat dari jendela kamar mandi. (*)
(*) Mike bisa menjelma jadi apa saja. Manusia, kucing, elang, dan lain sebagainya.
―Sial! Takkan kubiarkan kau membuat tetua iblis menagih nyawaku karena gagal misi!‖
―ACE!!
BRAKH!!
―Arrrghhh! Aduh!‖
Elang itu menabrak pintu utama saat Ace membukanya dari luar. Bukan Mike yang luka, melainkan Ace hingga terpental ke halaman rumah. Lelaki itu tak sanggup menanggung energi iblis yang menghantam tubuhnya. Dia memuntahkan darah. Lalu terbatuk-batuk di sekitar barang belanjaannya.
―Uhuk! Uhuk! Arggh-uhoookh!‖
Mike langsung menghampirinya dalam wujud manusia.
―Fuck!‖ makinya. Menegakkan postur duduk Ace sebelum ambruk sempurna. ―Kau ini tidak hati-hati! Kenapa tidak bilang kalau pergi sebentar keluar?!‖
Ace pun terpaku melihat darah di telapak tangannya. Dadanya ngilu, tetapi rasanya langsung hangat setelah punggungnya ditotok beberapa kali. ―B-Bisa langsung berhenti ....‖ desahnya takjub.
―Ya, tapi hanya untuk menghentikan pendarahannya.‖ Mike pun menarik lengan Ace agar berdiri. ―Tapi tidak untuk kesehatanmu nanti. Mungkin lima atau enam hari, tubuhmu akan demam tinggi setelah ini.‖ (*)
(*) Intinya gini. Kekuatan iblis buat nyerang iblis. Kalo manusia kena, gak bagus. Efeknya bisa ngerusak tubuh. Dan Mike gak sengaja di sini. Dia dalam mode nyerang pas terbang nyariin Ace.
―Apa?‖
―Aku iblis, ingat? Manusia bukan apa-apa bagi kami, kecuali jadi roh lalu dimakan sampai habis.‖
Wajah Ace pun memucat karenanya. ―Ah, maaf,‖ katanya.
Lalu menepuk debu di lengan. ―Aku hanya-―
―Tadi bilangmu akan mandi!‖
―Iya, tapi aku seperti melihat mayat Drake di dalam bathup,‖ kata Ace dengan bibir gemetar. ―D-Di cermin juga. Aku tidak bisa lupa dengan mudah. Jadi, lebih baik keluar sebentar daripada berteriak tidak jelas.‖