"haat! Fuma!!"
dalam 1 tahun ini, shiro menghabiskan waktunya untuk berlatih, mengasah kemampuannya. Tanpa ia sadari, 4 bulan lagi adalah hari pernikahannya dan fumika. "Anata, sebaiknya istirahat dulu, Fumi sudah siapkah air hangatnya." Saat ini, Fumi sudah berani memanggil Shiro dengan panggilan 'Anata'
(Informasi: Anata artinya kamu
"Baik Fumi, maaf merepotkan." Shiro menyimpan pedang kayu nya di samping rumah dan masuk ke dalam, diikuti oleh Fumika.Terlihat, teman teman dan adiknya sedang berkumpul di 1 ruangan. "Kalau dipikir pikir lagi, mengapa hanya aku yang laki laki di rumah ini?" Shiro tersenyum kaku. "Itu karena Shiro sama suka harem." canda Fumi. "Mana ada, kamu mau kemana? Ikut mandi?" Tanya Shiro. "Tidak, Fumi ingin pergi ke dapur, menyiapkan kopi untuk Shiro-sama."
"Fumi, bukannya sudah ku bilang, kamu sudah tidak perlu menambahkan 'sama' di nama ku, Cukup Shiro saja, atau kalau mau, kau boleh menambahkan '-kun' jika mau." Shiro menyentil dahi kecil Fumi. "tapi, Fumi tak terbiasa, Rasanya kurang sopan pada tuan sendiri jika tidak menambahkan kata '-sama' di akhir nama."
"Kau lupa? Aku ini calon suami mu, aku bukan lah tuanmu lagi, Oke?"
"Baiklah, S-Shiro-k-kun." Fumi sangat gelagapan.
>FUMIKA POINT OF VIEW
Ah, Fumi tidak terbiasa memanggilnya Shiro-kun, baiklah, mari kita berlatih.
Shiro-Kun, Shiro-Kun, Shiro-kun, Shiro-Kun... arh susah.. tapi, jika Fumi tak membiasakan diri, nanti yang ada Shiro-sa.. ah maksud Fumi Shiro-kun akan marah dan menunda pernikahan kami. IIh.. Fumi gak mau pernikahan kami ditunda karena sebuah nama, karena itu, Fumi harus berlatih >_<
Shiro-kun sudah pergi mandi, saat ini Fumi ingin membuatkannya kopi, Shiro-kun sangat menyukai kopi buatan Fumi, Fumi sangat senang kalau Shiro-kun memuji Fumi.
Oh iya, 4 bulan lagi ya, Fumi sangaat tidak sabar, andai Fumi bisa mempercepat waktu.. Sudahlah, tidak usah banyak halu.
>3RD POINT OF VIEW
Fumika tersenyum saat ia membayangkan kebahagiaannya di hari pernikahannya nanti, saat ia sudah mengandung anak dari Shiro. Ia bisa merasakan kebahagiaannya mengalir dari hatinya. "Kalau anak kami laki laki, itu berarti Fumi lah yang akan memberinya nama, lalu jika perempuan, maka Shiro-kun lah yang akan memberinya nama." Ujarnya, "Kau bicara dengan siapa?"
Sosok pria yang ia cintai tiba tiba muncul dan memeluknya dari belakang. "Mo! Dame, Shiro-kun jangan mengagetkan Fumi begitu, nanti kopi nya tumpah baru tau." Kesal Fumika. "Haha, maaf maaf, Fumi, aku ingin pergi ke luar dulu."
"Shiro-kun mau pergi kemana?"
"Aku berjanji pada Sachie untuk melatihnya teknik sihir."
"Baiklah, Jangan berlebihan ya! mau bagaimana pun, Sachie masih anak anak, Lalu, sebelum pergi jangan lupa minum kopi nya, Fumi udah capek capek buatin, malah tidak diminum seperti kemarin." Fumi mendengus kesal. "Oke oke, Ah iya, Fumi, bagaimana dengan ledakkan yang terjadi di dekat Gua pelupa?"
"Ah, setelah Fumi selidiki, ternyata pelakunya adalah monster tipe baru, saat ini Fumi menyebut mereka 'Stumper' karena kaki mereka berukuran besar, mungkin manusia bisa langsung mati ketika menghadapinya." Jelasnya. "begitu, ah, kalau begitu, aku berangkat dulu." Shiro berjalan menjauhi Fumika menatap punggung Shiro sambil tersenyum "selamat jalan, anata."
>RIMBA PENYIHIR
"Ayo, lebih fokus lagi, saat merapal, bayangkan ada aliran mana yang ikut mengalir kedalam tongkatmu!" Shiro memberi instruksi. "Wahai Sang cahaya yang menerangi bumi, Salurkanlah cahaya mu kedalam tubuhku, jadikan cahaya mu sebagai panah yang akan menghabisi kejahatan,SIHIR: PANAH!!"
SRING
SRING
2 gerbang sihir terbentuk dan memuntahkan anak panah berunsur cahaya. "Bagus Sachie, kau sudah bisa memperbanyak gerbang dan lontaran sihirmu." Shiro memuji Sachie. "Meski begitu sihir panah hanyalah sihir tingkat dasar, itu terlalu mudah untuk dikuasai." Ujar Sachie. "Teruslah berlatih, Jika kau sudah bisa membuat 10 gerbang sihir, kau baru bisa lanjut."
"10? 2 gerbang sihir saja sudah menguras banyak Mana, apalagi 10! Itu mustahil, Nii-chan!"
"Wahai 7 element bumi, jadikanlah energi mu sebagai kekuatan yang bisa membunuh kejahatan dan menegakkan keadilan, Sebagaimana sang dewi cahaya yang menjadikan cahaya untuk membunuh kejahatan, seperti dewi angin yang membuat badai untuk menghukum pembangkang, seperti dewi bumi yang meratakan suatu tempat karena tidak ada keadilan, seperti dewi air yang menaik turunkan gelombang lautan demi menjaga kelangsungan hidup manusia, seperti dewi api yang selalu membakar jiwa pendosa sampai bersih, seperti dewa petir yang menyambar kemurkaan, dan seperti dewi kegelapan yang selalu melindungi negri kegelapan dengan kekuatannya, maka JADILAH KEKUATAN!! SIHIR: PANAH MEGA!!"
Shiro merapal sangat panjang, namun ia menciptakan 70 gerbang sihir dengan 7 element bumi di setiap 10 gerbang.
"Jika kau terus menggunakan sihir, maka jumlah mana mu akan terus bertambah dan bertambah." Ujar Shiro. "Mengagumkan, Sachie akan berusaha!" Gadis itu mengepalkan kedua tangan dan menyimpannya di depan dada. "Jangan terlalu dipaksakan, Bertahap saja, 2 gerbang, 3 gerbang, lalu seterusnya."
"mengapa begitu?"
"Jika kehabisan Mana, kau takkan bisa bergerak sama sekali, dan kau tau betapa mengerikannya itu jika kau kehabisan mana saat bertarung dengan monster kuat?"
"Ngeri.. ah, Onii-chan sudah waktunya pulang, Jika terlambat, Sisi mengerikan Nee-chan akan terlihat lagi." Sachie melihat jam kecil yang selalu ia bawa.
>SHIRO'S POINT OF VIEW
Fumika.. kau memberikan kesan buruk pada anak ini, memang sih waktu itu ia sangat mengerikkan, hanya karena aku lupa tak meminum kopi yang ia buat, ia jadi marah besar, haha. Padahal ia bisa saja menyimpan kopi itu di lemari es. Tapi, aku bersyukur karena Fumika memiliki sisi tegas, jika ia hanya memiliki sisi manja saja, sudah dipastikan rumah tangga kami akan hancur karena ia salah mendidik anak. Sachie, usianya genap 10 tahun ini, Dia masih sangat kecil, karena itu mendidik Sachie adalah langkah awal mendidik seorang anak di masa depan nanti, Lah kenapa bahasannya malah melenceng ke sana? sudahlah, saat ini, aku dan Sachie sudah berada di alun alun, tidak lama lagi kami akan sampai di rumah. Namun, secara kebetulan aku mendapati adikku yang sedang membawa banyak sekali belanjaan, yaah, itu memang tugas nya.
Ah baru ingat, sekitar 2 bulan lalu, hubunganku dan Fumika hampir saja hancur berantakan, Kejadiannya seperti ini.
>FLASHBACK
"Shiro-sama?" Fumika memanggil Shiro berkali-kali dengan suara yang tidak terlalu keras. Ya memang, Shiro dan Fumika selalu tidur bersama meski mereka belum menikah, dan.. ya.. tak ada yang tau apa mereka sudah melakukan itu atau belum, namun, malam ini Shiro tak ada di kamarnya, ia sudah mencari ke seluruh penjuru ruangan. Namun, di 1 ruangan, tepatnya kamar milik Seele, terlihat Shiro sedang berbincang bincang dengannya, sambil mengelus kepala Seele.
Tentu saja itu akan menjadi kecurigaan bagi Fumi, namun, saat ia mendekat ke pintu, Seele tiba tiba berkata, "sentuh Seele, Shiro."
'Shiro-sama..'
"haha, apa yang Nona Seel-"
"SUDAH CUKUP!! SHIRO-SAMA PEMBOHONG!! FUMI SUDAH TAK SANGGUP!!" Fumika berteriak dengan lantang, Berlari ke arah luar dan terus berlari.
'Fumi kira, setelah berulang kali mengatakan Fumi mencintaimu, setelah berulang kali Shiro-sama mencium dan menyentuh Fumi, Fumi.. Aku kira dia takkan mengkhianatiku!'
Fumika berhenti di depan sebuah tebing dan terduduk di sana, tentu saja tak ada sedikitpun niat untuk membunuh dirinya sendiri, karena bunuh diri hanyalah tindakan bodoh yang tak ada gunanya.
"Shiro? Dia kenapa?" Tanya Seele keheranan, "Gawat.. pasti dia salah paham, aku harus mencari nya."
"Onii-chan! Fumi-chan berteriak keras, kenapa? kalian bertengkar?" Maika ikut cemas, Jika wanita sudah mengatakan tak sanggup lagi, itu berarti dia sudah ingin mengakhiri hubungannya dengan shiro. "Ini gawat, maika, tolong bantu aku mencari Fumi, aku khawatir, aku sama sekali tak berniat untuk bertengkar dengannya."
"Onii-chan."
PLAK!!
"Maika.. ap-"
"Maika tak tau apa yang sebenarnya terjadi, namun, jika dilihat dari kondisi nya, Onii-chan dan nona Seele lah yang harus bertanggung jawab, itu mungkin karena Onii-chan tiba tiba berada di kamar ini, karena itu Fumi-chan jadi curiga, Onii-chan, kamu sudah sering menyentuh Fumi-chan, bahkan teriakkannya sampai terdengar setiap malam, karena itu, Onii-chan harus bertanggung jawab, Jika Onii-chan tak membawa kembali Fumi-chan, Maika takkan memaafkanmu!"
"Sial.. Lalu, kenapa Maika mengatakan kalau aku selalu menyentuh Fumi? Memeluknya saat tidur saja aku tak berani, apalagi mengambi keperawanannya."