Chapter 42 - Janji

"Aha!! Onee-chan dan Onii-chan menikah hari ini! Sachie gak sabar buat liat mereka berjalan di depan kuil!!" Sachie melompat girang berkali kali. "Sachie tenanglah, yang mau menikah bukan dirimu tapi Shiro dan Fumi." Keiko menepuk jidat kecil Sachie.

"Kei-Nee kejam.." Gadis itu menjulurkan lidah. "Entah kenapa kau jadi se-ceria ini, Sachie, tapi.. yah, aku senang kalau kau senang."

Shiro dan Fumika sudah bisa pindah ke rumah baru nya setelah upacara nanti.

Namun, meski ini adalah hari yang membahagiakan, Venena tetap saja merencanakan sesuatu yang tidak baik, Namun "Yah, karena ini adalah hari yang membahagiakan bagi mereka, tidak ada salahnya aku membiarkan mereka selama 1 hari."

Senyuman jahat terpancar di bibirnya.

Pengumuman tentang Pesta Pernikahan mereka sampai ke El Scaro, bahkan sampai ke Nov Saterica.

"Baiklah, Pasukanku semua, Mari berangkat, Aku yakin Shiro akan senang akan kedatangan kita semua." Seorang pria berbadan besar dan berjenggot tebal nan panjang mengerahkan beberapa pasukan pengawal untuk datang ke Acara penting itu.

Namun, Venena sudah merencanakan ini semua, Mereka baru saja keluar dari El Scaro, namun beberapa Demi Machina sudah menghadang mereka. "Mereka tidak tau Timing." Raja Elbano menepuk jidat.

"Reliza."

"Dimengerti, Wahai Sang Penguasa Api, Biarkan api mu membakar semua yang ada di hadapan ku, Jadikan Lontaran api mu sebagai panah yang menusuk semua kejahatan, SIHIR: PANAH API!"

SRING!!

Semua Demi Machina itu dibantai habis oleh Reliza. Ya, Reliza sebenarnya adalah mata mata dari Raja Elbano yang ditugaskan untuk menjaga Kota Scaro dari monster. "Silakan, Yang Mulia." Reliza mempersilakan. "Kerja bagus, Ku puji dirimu, Reliza, Mari."

Untuk sampai ke Rokoko, mereka harus ke EinkLang dan Ke Padang Rumput Tolbas. Lalu untuk sampai ke EinkLang mereka harus melalui jurang dunkel, Jurang yang terdapat banyak monster batu. Demi sampai di acara Pernikahan Shiro dan Fumika, Mereka rela mempertaruhkan nyawa.

Sementara itu, 12 Dewa Dewi Suci, Mereka juga berniat untuk datang ke Pesta Pernikahan itu. Shiro sudah banyak menolong mereka semua, Karena itu mereka semua akan datang ke acara pernikahan. Terkecuali Dewi Specia dan Dewi Pino yang sudah meninggal duluan.

"Lama tak bertemu, Almas."

"Oritius, 700 tahun terakhir, aku tak pernah bertemu denganmu." Dewa Almas atau Dewa terkuat itu menepuk bahu Dewa Oritius. "Selama ini aku selalu mengembara dan menyamar sebagai manusia bernama Balsette untuk mengintai perbutan manusia, Apalah yang bisa diperbuat dewa yang membuat anaknya sendiri terbunuh." Oritius tersenyum hambar.

Putri dari Dewa Oritius adalah Ratu Mezzaluna yang hidup 700 tahun lalu, tepatnya sebelum bencana raya terjadi. Namun, Karena Dewa Oritius tertipu oleh kejahatan Kekasih Ratu Mezzaluna, akhirnya demi membantu ayahnya itu, ia rela mengorbankan dirinya sendiri.

"Ara, Para dewa legendaris sudah datang ya, Hm, Sudah lama 12 Dewa Dewi Suci tak ada perkumpulan seperti ini." Dewi Air atau Dewi Mizu ikut menyapa, mereka semua tak memakai pakaian khas Dewa Dewi, namun, Jas dan Gaun, Karena mereka semua mengikuti Style manusia,supaya tidak menimbulkan kerusuhan.

Tentu saja mereka semua tak langsung berangkat, Beberapa dari mereka ada yang tak berjumpa selama ratusan atau puluhan tahun, karena itu mereka semua berkumpul untuk saling bercerita sebentar.

"Tak ku sangka dia akan menikah secepat ini, Padahal waktu itu dia kehilangan teman temannya, namun.. dalam 3 tahun dia langsung sembuh dari sakit di hatinya." Dewi kegelapan alias Dunkelis meneguk minuman.

"Begitulah, Aku berharap dia memiliki seorang anak yang baik dan penurut seperti ibu nya."

>Kediaman Shiro

Saat ini, Shiro sedang mengenakan jas nya, Ia tak bisa melihat Fumika karena ia berada di rumah ayahnya. "Fumi, Tak ku sangka, Ternyata kau lah yang akan menjadi istri ku." Shiro tersenyum seraya melihat foto yang terpajang di lemari kecil.

Mereka memakai pakaian pengantinnya di foto itu, mungkin sebagai percobaan.

Di foto itu bisa terlihat Shiro menggendong Fumika ala BirdStyle dengan senyuman lebarnya. Sementara itu Fumika memamerkan gigi rapi nya disertai 2 jari yang diacungkan.

"ONII-CHAAN!" Maika berteriak lagi dari balik pintu.

"I-iya iya.. Bentar." Shiro membuka pintu, Senyuman lembut ia perlihatkan pada adiknya. "Penampilan Shiro-Nii tidak buruk, pertahankan, ya." Maika membalas senyuman Shiro. "Nii pasti akan terkejut melihat Fumi-chan." Lanjutnya.

"Aku jadi penasaran."

"Kau bawa foto mereka?" Tanya Shiro. "Foto Otou-sama, Foto Okaa-sama, lalu foto Yuuka-nee, sudah ada." Jelas Maika.

"Kau melupakan 2 orang penting."

"Ah iya, Ayato-kun dan Touka-san."

"Dan tentu saja dewi pino."

"Banyak sekali Korban coenubia dalam 5 tahun ini ya." Maika memasang wajah murung. "Kau benar."

"Ah sudahlah, Jangan bersedih, Kita harus segera berangkat ke kuil."

Scene Beralih Ke Nov Saterica, Dewi kunon dan pengikutnya sudah mulai berangkat ke rokoko, Karena tempat itu tak terlalu jauh dari Nov Saterica.

Mereka berjalan dengan senyuman khas kaum diel, Kaum diel hanya terdiri dari wanita berkulit cokelat, tidak ada 1 pun pria.

Bagaimana dengan mempelai wanita?

Fumika saat ini sedang memandang dirinya di cermin dengan mata yang berkaca kaca, Ia sangaat ingin menangis, namun jika ia menangis, Habislah sudah make up yang ia pakai.

Ia tidak menggunakan Lipstick berwarna merah pekat, ia memakai Lipstick berwarna merah muda, dan hanya memakai sedikit, karena ia tau kalau Shiro tak terlalu menyukai wanita dengan make up berlebihan.

"Fumi, Kau sudah selesai?" Tanya Zaldo.

"Ya, Otou-sama." Fumika keluar dari kamarnya. "Astaga, kau jauh lebih cantik dari ibumu saat menikah dulu, tak sia sia kau jadi putriku."

Fumika tersenyum, Ia merasakan kebahagiaan.

Pukul 12 siang. Semua orang sudah berkumpul.

Masing masing tamu undangan memegangi foto orang orang penting Shiro dan Fumika.

Shiro dan Fumika berdiri berhadapan, Saling menatap satu sama lain di depan para hadirin. Ini adalah bagian terpenting dalam pernikahan. Shiro Mulai mendekatkan wajahnya pada wajah Calon Istrinya itu.

Dan..

"Fumi, Aku bersumpah, aku bersumpah untuk membahagiakan dirimu, mencintai dirimu, walaupun diriku hanyalah sampah, namun aku akan selalu tetap bersama mu, takkan terpisah, Mulai saat ini, Kita mulai kehidupan baru kita, Nishikujou Fumika."

(Note: Aku tak bisa bikin scene pernikahan, jadi aku skip ke bagian inti dari Upacara itu ya, Maaf banget!)

"Shiro...Kun.. Fumi, Fumi berjanji akan selalu setia pada Shiro-kun, Tanpa memandang apapun, Fumi akan selalu bersama dengan Shiro-kun, walaupun suatu hari nanti, Saat anak kita sudah tak menganggap kita orang tua, Fumi akan selalu bersama Shiro-Kun."

Air mata Fumika mengalir deras.

"Ya, Fumi."

Para hadirin yang ada di sana ikut terharu, sampai beberapa dari mereka ikut menangis.

Lagi, Shiro dan Fumika menempelkan bibir mereka, tanpa ada nafsu sedikitpun.

2 Hari Berlalu

Shiro dan Fumika duduk bersama di sebuah sofa panjang, Melihat lihat album berisikan foto foto saat sebelum mereka berpacaran sampai mereka menikah.

"Shiro-kun, Fumi buatin kopi ya."

"Baik, Yang enak ya!"

"Tentu!!" Fumi berlari kecil. "Fumi, Kau memang wanita yang baik, Aku benar benar mencintai mu." Shiro tersenyum sambil melihat kepergian istrinya.

"ONII-CHAAN!!"

Suara gadis berusia 20 tahun, ya, siapa lagi kalau bukan Maika, adiknya. Ia masuk ke dalam rumah Shiro, Seakan akan itu adalah rumahnya sendiri.

"Maika, Mana yang lain?"

"Sachie demam gara gara main hujan hujanan kemarin, lalu Nona Seele sedang tidur, Keiko-chan dan Kaana-chan sedang bertengkar." Jelas Maika. "Keiko dan Kaana tak berubah."

"Nii-chan, bagaimana? Apa nii-chan mencintai Fumi-chan?"

"Tentu saja, Aku akan selalu mencintainya, Maika, Sesuai janji ku, 1 bulan lagi, kita akan segera menghabisi Kaisar, Aku tak ingin dia menyakiti istriku." Shiro memamerkan gigi taring pendeknya.

"Shiro-kun? Ah, Maika! Tunggu bentar ya, Fumi buatin teh dulu." Fumi menyimpan kopi di depan Shiro dan Berlari ke arah dapur untuk membuatkan teh pada adik iparnya itu.

"Takkan ku biarkan, Venena melukainya."

"Begitu, ya. Nii-chan, sebaiknya Nii jangan membawa Fumi-chan kedalam pertarungan, itu akan berbahaya."

"Tentu."

"Tidak, Fumi ingin tetap ikut, Fumi saat ini adalah dewi, Fumi juga harus ikut menghabisi pendosa itu." Fumika datang sambil membawa teh dan biskuit.

"Sayang, ini urusan hidup dan mati, aku tak ingin melibatkanmu."

"Tak apa, Shiro-kun, Habisnya, Fumi juga memiliki dendam pada kaisar, jadi izinkan Fumi untuk ikut."

"Huft.."

"Ajak saja, Shiro, Kita juga membutuhkan pendukung untuk pertarungan nanti." Seele tiba tiba berada di samping Maika. "Lalu kau sejak kapan ada di sana?"

"Baru saja, Jika kita kekurangan orang, mungkin kita bisa meminta bantuan 12 Dewa Dewi untuk menghadapinya."

"Kita bisa mempertimbangkannya nanti, tapi.. Baiklah, Fumi, kau boleh ikut, namun.. Venena bukan lah lawan yang mudah, karena itu aku tak bisa bertarung sambil melindungimu." Ujar Shiro.

"Karena itu, Fumi lah yang akan melindungi Shiro-kun."

Pada akhirnya, Shiro tetap membawa istrinya ke dalam pertarungan sengit nanti.

Hari mulai siang, Mereka semua keluar dari rumah itu, Shiro dan Fumika memutuskan untuk pergi ke taman, sedangkan Maika dan Seele kembali ke rumah mereka.

BERSAMBUNG