Normal POV
Shiro terbangun dari tidurnya, melirik ke samping kanan tempat tidurnya, bulan, ternyata sudah malam hari.
"Anak itu dimana?" Gumam shiro, melihat kesana kemari mencari seorang gadis yang selalu menemani nya.
"Jangan jangan ia tersesat."
Shiro segera bangun dan mencoba turun dari ranjang nya, namun...
"AW!!"
Tanpa sengaja kaki nya menginjak sesuatu, Sebuah tangan.
"F-Fumi! Kenapa kau tidur di lantai??" Tanya shiro, melihat Fumika meringis kesakitan karena tangannya yang terinjak kaki shiro.
"Shiro sama..." Fumika terbangun.
"Kau ini..." Shiro menarik lembut tangan kecil fumika.
"Saya pikir kalau saya tidur di atas, itu adalah perbuatan yang tidak sopan, Karena itu saya memutuskan untuk tidur di bawah." Jelas Fumika.
"Dengar pelayan kecil ku, Aku tak pernah memandang rendah dirimu, Kau tidak usah sungkan terhadapku, oke?"
"Tak usah sungkan..." Fumika mengulangi ucapan shiro.
"Yup, Kau boleh tidur di atas kok."
"T-Tapi..."
"Gak papa, Silakan."
'Bagaimana bilangnya?? Kenapa shiro sama sepolos ini sih....' Batin Fumika bergelut.
'Ah, yasudahlah, ini kesempatanku untuk mendekati shiro sama.' Batinnya.
"Ah! Sebelum itu, saya sudah membelikan beberapa makanan untuk anda, Silakan." Fumika berlari kecil ke arah Lemari kecil dan mengambil sebuah kantung plastik.
"Oh, astaga, saya lupa memasaknya..."
Cup Ramen, Ia membeli nya tadi sore, jika ia memasaknya tadi siang, sudah dipastikan Mie itu akan mengembang dan menjadi aneh.
"Saya akan segera memasaknya."
"Santai saja, Tidak usah terburu buru. Nanti kamu tersedak tanduk minotaur." Shiro sedikit bercanda.
"Haha, Shiro sama, mana mungkin saya makan tanduk monster." Fumika menyalakan tungku petualang, ukurannya kecil, namun api nya kuat karena dinyalakan dengan sihir.
"Selama ini, Saya belum pernah satu kamar dengan seorang pria, maka dari itu saya jadi sedikit canggung."
"Namun, Jika pria itu adalah shiro sama, Saya sedikit tenang." Tanpa sadar Fumika mengatakan sesuatu yang memalukan.
"Apa itu karena aku majikanmu?"
"Mungkin."
"Tapi fumi, Aku... Tak pernah menganggapmu sebagai pelayanku," Ujar shiro.
"EH?! m-maksud anda?!" Fumika tersentak.
"Aku.. Aku hanya menganggapmu sebagai pengganti maika, walau itu mustahil, Aku mencoba menganggapmu sebagai orang yang istimewa." Jelas shiro.
'Pada akhirnya, Shiro sama tidak mencintaiku, melainkan hanya menganggapku sebagai seorang adik.'
Fumika menunduk, ia menggigit bibir bawahnya, kecewa dengan perkataan shiro.
Tak berselang lama, Ia mematikan tungku nya dan menyajikan Cup Ramen nya.
"Silakan dinikmati."
Fumika segera keluar dari ruangan itu.
"Kupikir... kupikir shiro sama mencintaiku.."
'Pelayan kecilku,'
'Fumi, Aku akan melindungimu.'
'Takkan kubiarkan, Takkan kubiarkan kau MENYAKITI FUMIKA!!'
Beberapa perkataan shiro tersirat dibenaknya, Tanpa ia sadari, Air mata mengalir deras di pipinya.
Sementara itu...
"Terimakasih atas hidangannya, Nah, Sekarang, Fumika dimana?" Shiro berdiri dan berjalan ke luar ruangan.
Mencari gadis berambut biru muda itu, Mencari ke setiap sudut kota, Kedai, Toko dan semuanya ia kunjungi.
Sampai lah shiro di depan Kamar nya.
"Lah.. Kamu dari mana? Capek aku nyariin." Shiro berjalan mendekati fumika.
"Saya, Saya hanya mencari udara di luar, Shiro sama."
"Begitu, kah, Di sini dingin, masuk, Aku tak mau kamu masuk angin." Shiro memasukkan tangannya ke saku celana.
"Baik."
"Tidurlah, Ah, kamu belum makan, ya?" Shiro berjalan mendekati sebuah meja.
"Makanlah dulu."
"Tidak usah, shiro sama, Saya masih kuat kok."
"Meski begitu, aku memaksa."
Shiro mengambil cup ramen yang ada di meja dan berjalan mendekati fumika.
Menarik tangan Fumika dan mendudukkannya di ranjang.
"Buka mulutmu."
"T-Tapi.."
"Ayolah, aku sudah lama tidak menyuapi seorang gadis." Dengan pasrah, Fumika membuka mulutnya, Dan yang seharusnya fumika lah yang menyuapi shiro, ini malah shiro yang menyuapi fumika.
'Shiro sama, Meski anda hanya menganggapku sebagai adik, Saya tetap mencintai anda.' Batin fumika.
'Apakah ini saatnya?' Batin fumika.
"Shiro-Sama/Fumika"
Secara bersamaan mereka saling memanggil.
"Ah, Silakan."
"Ah, kau saja duluan."
"Umh, Sh-Shiro sama.. Saya.."
"Ya?"
"Saya memiliki... saya.. Saya.."
"Ya? Saya kenapa?"
"Saya memiliki perasaan khusus pada anda, Saya.. saya ingin menjadi istri anda!"
"Kau memikirkan hal yang sama denganku, ya." Shiro tersenyum.
"Eh??" Fumika tersentak.
Perlahan shiro mulai mendekatkan wajahnya, memegang punggung fumika dengan tangan kiri nya.
'Eh, eh, eh?! Ini...'
Fumika dan shiro menutup mata nya, Semburat merah tersirat di pipi fumika.
"SHIRO!! SHIRO!!" suara keiko dari luar.
Kan malah jadi begini.
"AAAH ANAKA HARAM!" geram shiro.
"Barusan.."
Fumika kaget karena barusan ia dan shiro hampir berciuman.
Shiro membuka pintu ruangan dengan kesal.
"Apaan?"
"Maaf meng-" Keiko terdiam saat melihat seorang hadis dengan wajah merah bak kepiting rebus.
"Jangan jangan..."
"Jangan mengada ngada, lalu, ada apa kau datang malam malam?" Tanya shiro dengan wajah merah.
"Saat ini, di kota ini sedang ada kejadian misterius, banyak gadis gadis yang diculik, dan setiap kali ditemukan pasti sudah tak bernyawa."
"Apa apaan itu, Fumika, aku harus melindunginya."
"aku hanya mengingatkan, Jaga dia."
"Kei, sebaiknya kau jaga diri, Incarannya adalah gadis gadis bukan?"
"Aku tau itu."
Keiko meninggalkan tempat itu.
Perlahan tubuhnya hilang bak ditelan kegelapan.
Kashima Keiko, Seorang gadis seumuran dengan shiro, memiliki julukan Siluet berpedang karena kekuatannya berunsur kegelapan, dapat berenang didalam bayangan.
(Kembali Ke Cerita)
Shiro kembali masuk kedalam ruangannya, Terlihat Fumika dengan wajah merehnya sedang terduduk di samping ranjang. 'Sial, apa yang barusan ku lakukan?' batin shiro.
"A-Ah, Fumi, Kita harus segera beristirahat." Ujarnya.
"Ah, baik." Fumika berdiri, Mempersilahkan shiro untuk berbaring terlebih dahulu.
"Fumi, Mulai saat ini, kau tak boleh keluar sendirian, Kasus penculikan gadis gadis muda ada di mana mana, oke?"
"saya mengerti."
"Tidurlah, Selamat malam." Shiro menutup mata nya.
"Malam."
Pagi hari pun tiba, Fumika membangunkan shiro.
Pergi ke kedai bersama, Dan, Shiro menyuapi Fumika.
Entah kenapa shiro jadi sering sekali memanjakan gadis itu.
Mereka berpura pura lupa akan kejadian semalam.