Shiro dan Fumika berjalan di jalan utama el scaro, sampailah mereka di gerbang kota kaum resistle itu. Berjalan dengan keheningan, Rasa canggung menyelimuti mereka berdua.
'Aku, aku harus memulai pembicaraan.' Batin fumika.
"Shiro sama?/Fumika?" Secara bersamaan mereka saling memanggil.
"Ah silakan/ah silakan!" Lagi lagi mereka mengucapkan hal yang sama secara bersamaan.
"Shiro sama saja/kau saja!" Lagi.
"Umh/Umh." lagi.
'Kenapa dia selalu mengatakan hal yang sama denganku?' batin shiro.
'Apa shiro sama memiliki kekuatan yang bisa membaca pikiran orang?!' Batin fumika.
"Fum/Shir"
"AAARH SUDAHLAH!!" Kesal fumika.
"SHIRO SAMA APA ANDA HAUS?!?!" Fumika berteriak keras, mendapat perhatian dari orang orang resistle yang sedang berjalan kesana kemari.
Shiro?
Shiro menatap fumika dengan tatapan aneh.
"A-aah... maaf, ehehe." Fumika menggaruk rambut belakangnya.
Kepala fumika yang dihiasi headwear maid terlihat cantik, dengan disertai pakaian maidnya menambah keanggunannya. (Authornya maniak maid)
"Ah, Aku belum haus, sebaiknya kita lanjutkan perjalanan, sebentar lagi kita akan sampai di jurang dunkel." Shiro berjalan melewati gerbang.
"Ku dengar, di tempat ini ada monster besi raksasa bernama grylle yang berkeliaran, tapi... aku tak melihat apapun." Fumika membuka suara.
"Monster itu, ya. Dulu, monster itu sudah ku habisi, bersama dengan maika, ayato, dan touka-chan, Sungguh menyenangkan." Shiro memegang dada nya yang didalamnya terdapat sesuatu berdetak kencang saat mengingat kenangan itu.
"Eh? Ku dengar monster itu diciptakan oleh Dr. Brahe, ilmuwan gila itu adalah faksi technisia lyark. Dan ku dengar, makhluk ciptaannya itu tak ada tandingannya lho." Ujar Fumika.
"Dengar, pelayanku, Di dunia ini, tak ada yang terkuat, siapapun yang mengaku dirinya terkuat, suatu saat pasti akan terkalahkan." Shiro memberi sedikit nasihat.
"Contohnya saja sang pahlawan, dia sudah menyelamatkan dunia ini dari berbagai masalah, namun pada akhirnya, ia terbunuh oleh temannya sendiri, kan?"
"Anda, tau cerita itu?"
"Hah, aku ini, keturunan sekaligus reinkarnasi dari pahlawan itu, dalam kata lain, dia adalah diriku di masa lalu." Shiro mengusap kepala fumika yang berjalan di sampingnya. "Ah, benar juga."
Tak terasa, mereka sudah sampai di jufang dunkel, beberapa langkah lagi, mereka akan sakpai di calle mort. atau jalan orang mati.
"Shiro sama, lihat lihat, jurangnya sangat dalam, karena terlalu dalam, awan pun terlihat tebal." Fumika melihat ke tepian jurang.
"Eh! Fumi kau jangan bermain main di sana, nanti kau terjatuh, itu berbahaya." Shiro menarik pelan fumika. "B-baik shiro sama, maaf."
"di sini ada monster yang bisa bersembunyi dibalik bebatuan, kita harus berhati hati."
"Baik."
"Oh iya, fumika, Perasaan kemarin kau membawa tombak, dimana tombakmu?"
"Aku menyimpannya di dalam inventory ku, Supaya tidak ribet." Jelas Fumika.
"Ku kira tertinggal."
Fumika melepas Headwear maid nya.
Mungkin gerah.
'Ah, dia membuka headwear nya, keimutannya berkurang.' shiro memasang wajah kesal.
"shiro sama, kenapa anda memasang wajah seperti itu?"
"Itu karena kau membuka headwear mu."
"Eh? Apa aku jelek?!"
"Bukan! hanya saja, keimutanmu berkurang."
"b-begitu, Aku hanya ingin membenarkan posisi nya." Wajah fumika kembali memerah.
>Calle Mort
"Gelap." Gumam fumika.
"Jika kau menyalakan cahaya, kau akan menyesal."
"Kenapa begitu?"
"Hantu ada di mana mana tau." Ujar shiro.
"H-hantu? H-Hahaha, Hantu.."
"Kau tak percaya?"
"Shiro, Sudah lama tak berjumpa." Suara seorang wanita yang terdengar familiar di telinga shiro.
Dewi Grecia sang Dewi Keberanian yang telah menyelamatkan shiro dulu.
"Dewi grecia, Anda turun lagi ke dunia ini, ada apa?" Tanya shiro.
"Aku merasakan ada sesuatu yang janggal di sini, Mungkin coenubia lah yang membuatku terganggu." Dewi grecia menyampaikan perasaannya saat ini.
"Begitu, ya. Mereka tak bisa dibiarkan lebih lama lagi, Tapi, saat ini aku sedang dalam sebuah misi, aku tak mungkin menghabisi coenubia di saat saat seperti ini." Ujar shiro.
"Tenang saja, Saat ini, Lokasi dari induk coenubia masih belum diketahui, kita takkan bisa membinasakannya tanpa tau dimana keberadaannya."
"Anda benar."
"A-Anu... Maaf mengganggu, Shiro sama, dia siapa?"
"Beliau adalah Dewi Grecia, sang dewi Keberanian yang telah menyelamatkanku dari kematian waktu itu." Jelas shiro.
"Ah, jadi kamu rekan baru nya shiro, ya. Syukurlah."
"Emh, Sebenarnya saya hanyalah seorang pelayan pribadi saja."
"Wah wah... Padahal kalian cocok banget, Yasudah, Aku kembali dulu ke alam kegelapan, Aku tak melihat 1 pun sosok mencurigakan di sini." Dewi grecia membuat sebuah portal dan hilang.
"Shiro sama, Mari." Karena Calle mort adalah tempat yang gelap, Shiro tak bisa melihat wajah fumika yang memerah padam itu.
Berjalan begitu lama, menghabiskan waktu sekitar 5 jam perjalanan.
Pada akhirnya mereka sampai di EinkLang, Kota kaum Technisia.
"Indah sekali, Yang bekerja di toko toko bukanlah manusia, namun... benda besi.. emm..."
"Itu adalah golem, Walau begitu, mereka tetap dikendalikan oleh manusia." Shiro menjelaskan, sambil berjalan menyamai posisinya dengan fumika.
"Ah itu dia, shiro sama, Anda ingat tentang golem galian yang lepas kendali?"
"Tentu saja, aku sendiri yang menghajarnya, seru sekali."
"Padahal saya tidak menyukai pertempuran." Ujar fumika.
"Sebelum itu, mari kita cek dulu tempat ini." Shiro berjalan.
"Baik."
Einklang, Adalah tempat yang mendapatkan julukan 'Pecahan Surga Mesin'.
Tempatnya yang indah, Taman yang hijau, semua itu dikelola oleh para golem. Namun, Bahan bakar dari golem itu sangat langka, yaitu kristal yang terbuat dari manik dewata.
Saat ini, banyak manusia yang berlomba lomba untuk menambang dan mencari manik dewata.
Namun, disamping itu, Technisia lyark, Merencanakan sesuatu yang jahat menggunakan manik dewata itu.
>Laboratorium Brahe
"Dengan ini, Kaisar akan memuji ku dan akan meninggikan jabatanku, HAHAHA!!!" Seorang pria berambut hitam panjang memasukan sebuah kristal dewata kedalam tubuh manusia yang sudah di ambil dan diganti otaknya.
Brahe, adalah dokter gila penemu Demi Machina.
"Ayah." Seorang perempuan berambut pirang menunduk hormat, perempuan itu memakai zirah ksatria hitam.
Yup, dia adalah Felien, ksatria hitam yang memiliki julukan Pedang Cahaya Mawar.
Mirip dengan pedang cahaya milik shiro, namun, warna dari cahaya pedang Felien berwarna merah muda.
"Ah, akhirnya kau datang juga, puteri ku yang manis."
"Aku mendapat perintah dari Kaisar, Sang Serigala Perak sudah berada di EinkLang, Beliau ingin anda mengirimkan pasukan mesin mayat manusia ke einklang untuk menghabisinya." Jelas Felien.
"Dengan senang hati, HA-HA-HA!!"
Seiring dengan tawa Brahe, Ribuan pintu otomatis di lab itu terbuka, Keluarlah ribuan Demi Machina.
'Sial, aku tak tahan dengan aroma mayat ini.' Batin felien. Meski ia adalah ksatria hitam elit lyark, ia tetap membenci demi machina.
"WAHAI PASUKANKU! PERGI LAH KE KLAPSE KUMUH, AKU YAKIN! SI SERIGALA PERAK AKAN DATANG KE TEMPAT ITU, DI SAAT ITU PULA, CINCANG, DAN BAWA KEPALA NYA KE HADAPANKU!!!"