Chereads / Reincarnation of The Silver Wolf : Kaishi / Chapter 20 - Kenyataan yang membingungkan

Chapter 20 - Kenyataan yang membingungkan

SRING

Shiro menebas monster berbentuk buku bermata satu yang melayang itu.

Jumlahnya ada 50 monster yang saling bergantian menembaki shiro dengan sihir. Namun..

"Sihir selevel ini, takkan mampu melukaiku!" Shiro menebas monster dengan senyum mengerikkan.

yup, ia menggunakan skill tranformation menjadi serigala perak.

"Monster berunsur gelap, Sangat disayangkan karena lawan kalian adalah aku, Shiro nishikujou sang pengguna teknik cahaya!"

SKILL:DIVE IMPACT

Shiro menancapkan tombaknya ke tanah, seketika tombak itu mengeluarkan cahaya putih yang tiba tiba menarik para monster.

STT

STT

STT

Shiro melakukan teknik Roll belakang untuk menjauh.

Monster yang ditarik oleh cahaya itu tiba tiba mengering seakan akan Mana yang ada di tubuh mereka terserap oleh tombak.

JDAAR!!!!

Ledakkan mana yang tidak terlalu besar terjadi, tubuh para monster itu hancur berkeping keping menyisakan lembaran lembaran sobek yang berisi mantra sihir terlarang, yup, alasan buku buku itu bisa hidup dan menyerang adalah karena mantra yang tertulis di buku itu.

"Hahaha! Menyenangkan sekali! tunggu, katanya.. buku ini kebal sihir, lah, aku menggunakan skill sihir untuk meledakkan mereka." Shiro menatap reliza yang terduduk kehabisan mana.

"Shiro sama, Anda.. oke?"

"Ya, aku oke, tapi, ada 1 pertanyaan di kepalaku, kenapa mereka bisa mati karena skill sihir ku?" Shiro menatap reliza.

"Saya tidak tau, Fumika, kamu lihat sendiri kan aku mencoba menghabisi mereka dengan sihirku, tapi tidak berpengaruh."

"Dia benar, shiro sama, mungkin, pengaruh kekuatan serigala perak anda, sihir anda menjadi berpuluh puluh kali lipat lebih kuat." Fumika berasumsi.

"Begitu, ya. Baiklah, Reliza-san, kami pamit melapor ke dewi pino." Shiro mengambil tombaknya yang menancap di tanah dan segera beranjak.

Sebelum beranjak, Fumika membungkukkan badan kepada reliza, tentu saja, karena itu adalah hal yang sangat penting bagi seorang maid.

>Balai kota

>Malam hari

Shiro dan Fumika melaporkan apa yang terjadi di kota scaro tadi siang.

"Begitu, terimakasih atas laporannya. Imbalan kalian bisa kalian ambil di administrator kota sofya, Shiro, Aku ingin bicara denganmu setelah ini." Ujar dewi pino.

'Sial, semoga dia tidak menciumku lagi.' Batin shiro bergidik.

"Umh, baik dewi, Fumi, kau pergi ambil imbalan misi kita, lalu kamu bisa langsung pulang, atau tunggu aku di depan gerbang balai kota."

"Baik, shiro sama." Fumika berjalan pelan.

"Lalu, apa yang ingin anda bicarakan?"

"Sebelum itu.."

Cup

lagi lagi dewi pino mencium bibir shiro.

'Sudah ku duga...'

Shiro menutup mata nya, mencoba menikmati ciuman yang diberi sang dewi padanya.

Selang beberapa menit, dewi pino menyudahi aktifitasnya itu, dan berjalan mundur sedikit.

"Shiro, ada yang ingin aku bicarakan."

"Apa itu?" Wajah shiro masih berwana merah padam.

"Kau harus hati hati dengan pelayanmu." Dewi pino menatap serius. "Apa maksudmu? Fumi? Dia gadis baik, bukan?" Tanya shiro.

"Dari luar memang begitu, namun, Dengan kekuatan dewi ku, aku bisa merasakan sesuatu yang janggal tercium dari tubuhnya." Ujar dewi pino.

"Sejak kapan kamu mencium sesuatu yang janggal itu?"

"Sejak kamu melapor, namun, tadi siang ia sama sekali tidak mencurigakan."

"Jadi, Masalahnya dimulai saat aku menyelesaikan misi, ya." Shiro menaruh dagu di tangan.

"Reliza-san.. Dewi, gerak gerik orang itu sedikit aneh, apakah.."

"Sudah ku duga, setelah ini, kau harus berhadapan dengan ahli sihir itu." Ujar dewi pino.

"Apa maksudmu?"

"Dia adalah penyihir yang tidak waras, Semua wanita cantik yang ia temukan, ia akan mengutuknya dengan sihirnya, ingat! Dalam 3 hari, pelayanmu akan..."

Dewi pino berbalik memunggungi shiro.

"Meninggal."

"TIDAAAK!!" Suara Fumika.

"Fumi?!" Shito menatap fumika yang mengintip pembicaraan mereka dari depan gerbang. Ia terlihat sangat frustasi.

"Sudah di mulai, ya." Dewi pino menatap sendu Fumika.

"apanya?! fumi!" Shiro berlari menuju fumika yang menarik rambut lavender nya.

"Saat ini, mental nya sudah setengah rusak, akibat ulah reliza. Kau harus memaksa reliza untuk mencabut sihrinya." Dewi pino mencoba menenangkan Fumika dengan sihir penenang.

"Bagaimana caranya?!"

"Bunuh dia."

"Aku tak ingin kehilangan lagi seseorang yang berharga bagiku, Akan ku lakukan apapun." Shiro mengeluarkan aura putih dari tubuhnya.

"Aku serahkan fumika padamu." Shiro berlari menjauh dengan tergesa gesa, pikirannya dipenuhi oleh amarah, penuh benci pada reliza yang berniat membunuh Fumika.

'Takkan ku biarkan... takkan ku biarkan kau merenggut orang yang berharga bagiku!'

>Ultimea

"Ini saatnya! Hancurkan pedang itu!" Venena melemparkan pedang kembar ke hadapan seorang pria berjas layaknya seorang ilmuwan.

"Dengan senang hati."

Orang itu memasukkan pedang kembar shiro kedalam sebuah alat.

namun..

"Mencoba membunuhku dengan alat rendahan seperti itu, kalian memang sampah rendahan." Suara Midori terdengar dari pedang itu.

"apa?!"

Pedang itu mengeluarkan aura hijau dan perlahan berubah bentuk menjadi naga raksasa berkepala tiga.

"Saat ini, aku tak ada waktu untuk bermain main dengan kalian, tuanku sedang membutuhkanku." Midori masuk kedalam sebuah gerbang sihir untuk menemui shiro yang memanggilnya.

>Dusun Douce

"Maaf atas keterlambatan saya, Shiro." Midori munc di hadapan shiro.

"Tak apa, Aku butuh bantuanmu, midori."

"Baik, sebelum itu, aku turut berduka atas kematian adikmu dan temanmu." Midori berubah wujud menjadi pedang kembar.

"Pinjamkan kekuatanmu, MIDORI!" Tubuh shiro mengeluarkan aura putih disertai hijau.

Bayangan Naga kegelapan dan Serigala putih tercipta di belakang shiro.

Mata Shiro menyala hijau karena kekuatan midori.

STTRRTTZZTTRR

Listrik muncul dari tubuhnya.

"Reliza, habislah kau." Shiro tersenyum mengerikan.

>El Scaro

"Aku... Aku melakukannya... Aku tidak melakukan itu.. aku.. aku... aku tidak membunuhnya.." Suara seorang wanita terdengar sangat frustasi.

"Menyedihkan sekali dirimu, Reliza." Shiro datang dengan aura membunuh. "B-bagaimana keadaan gadis itu?! d-dia tidak mati kan?!" Reliza menatap shiro sangat ketakutan. Air mata membasahi pipinya.

Tampak sekali, ia sama sekali tidak terlihat sedang berakting.

"Apa maksudmu? bukannya kau yang mencoba membunuhnya?"

"Tidak!! aku.. aku tidak mungkin membunuh seseorang.. aku..."

"Aku tidak pernah... memiliki niat sejahat itu..." Reliza mengambil pisau dari balik rambutnya.

Menempelkan ujung pisau di lehernya.

"Hentikan itu." Shiro menarik tangan Reliza yang gementaran.

Ia menggunakan teknik penenang sambil mencoba mencerna semua kejadian ini.

"Bisa kau katakan, apa yang terjadi denganmu?" Tanya shiro.

"Ini... Ini semua ulahnya... Brahe... dia merusak Pikirank-AAAAAAKHH!!!!!!!!" Reliza berteriak menjadi jadi, Air mata nya semakin deras keluar.

Terlihat ia sangat menderita, sangat kesakitan.

"Reliza-san!"

Tak kuat dengan rasa sakit itu, akhirnya ia tak sadarkan diri.

"Brahe... Aku... harus bagaimana..." Shiro mengacak acak rambut putihnya

bersambung