>Kota Sofya
>2 Hari tersisa
"Bagaimana?" Shiro bertanya pada dewi pino. "Fumika sudah baikan, kau boleh menjenguknya."
tanpa pikir panjang, shiro segera masuk ke dalam ruangan yang ada di kuil dewi kearifan itu.
Terlihat seorang gadis berambut lavender dengan bando peraknya terbaring di ranjang ruang tamu dewi pino.
Dinding ruangan berhiaskan lukisan lukisan para 12 dewa dewi suci beserta bawahannya.
Shiro berjalan mendekati fumika yang sedang terlelap. Perlahan ia duduk di kursi yang terletak di samping tempat tidur.
"Fumi, Aku... aku tidak sanggup lagi kehilangan seseorang yang berarti bagiku, namun, apakah aku sanggup mengalahkan pria gila itu?" Shiro menyimpan tangan Fumika di dahi nya, sambil menutup mata.
'Nii, Kau akan menyerah begitu saja?' Di sela sela kegiatan renungan shiro, terdengar suara yang amat ia rindukan, ya, suara adiknya, Maika.
"Maika... Aku... kakakmu harus bagaimana?" Shiro bergumam pelan.
Hembusan angin kecil masuk melalui jendela yang ada di depan ranjang ukuran king size itu.
"Shi..ro.. sama.." Fumika membuka mulutnya yang kering itu, wajah pucat dan mata sendunya menambah rasa khawatir shiro.
"Fumi, kau sudah bangun, Syukurlah." Shiro kembali meletakkan tangan fumika di Ranjangnya.
"Fumi, bagaimana caranya aku membunuh orang itu.. aku.. aku takkan sanggup."
"Shiro sama, anda, tidak usah menyelamatkan saya." Fumika tersenyum miris.
"Lagipula, Jika anda membunuh pria itu, Kenyataannya takkan berubah, yang memberi kutukan ini bukanlah pria itu, melainkan Reliza san."
Lanjutnya.
Shiro terbelalak, Kenapa ia tak memikirkan itu sebelumnya, Itu berarti...
"Itu berarti.. Semua penderitaan Reliza yang semalam terjadi itu.."
"Hanyalah akting belaka." Dewi pino berdiri sambil membawa reliza yang tangannya diikat dengan rantai sihir. "LEPAS! LEPASKAN AKU! DASAR DEWI TIDAK BERGUNA!" Reliza terus berontak.
PLAK!!
Shiro menampar wajah Reliza. "Sebenarnya apa mau mu? Sebenarnya apa mau mu? sebenarnya APA mau mu?! SEBENARNYA APA MAU MU?! RELIZA!" Shiro menatap tajam reliza.
"Berisik kau! Semua kejahatan yang ku lakukan, tidak lain karena ulah kalian sendiri!" Reliza membalas tatapan tajam shiro.
"Apa maksudmu?!"
"DENGAR!! 2 tahun lalu, saat aku masih berlatih menjadi seorang ahli sihir, Keluarga ku dibantai habis oleh seseorang yang tidak diketahui, Keluarga ku adalah ahli sihir tingkat atas, Tapi... si dewi jalang ini! DIA!!! DIA TIDAK PERNAH BERUSAHA UNTUK MENCARI PELAKU DARI PEMBANTAI ITU! APAKAH ITU YANG DINAMAKAN DEWI KEARIFAN!?!"
"LALU! Apa hubungan pembantaian itu dengan Gadis ini?!?" Shiro menunjuk Fumika yang berada di ranjang dengan posisi duduk sambil memperhatikan pembicaraan ini.
"Karena aku tau, Dialah orang yang menghabisi keluargaku, Aku tau itu."
SRING!
Shiro mencabut pedang bercahaya miliknya dan mengarahkan pedangnya ke leher reliza.
"Apa bukti mu.?" Shiro berbicara dengan nada mengancam.
"Aku adalah ahli sihir tingkat profesional, melihat masa lalu seseorang adalah hal kecil bagiku."
Reliza tersenyum.
"Kau, Buka rantai menjijikkan ini, akan ku berikan bukti nya."
"Baiklah, Tapi, jika kau mencoba melarikan diri, Aku akan langsung mengeksekusi mu."
TRANG
Rantai itu pecah berkeping keping. "Bersiaplah, mari kita lihat, siapa orang jahat diantara kita."
"Shiro, sebelum itu, aku ingin mengatakan kalau sihir itu takkan bisa dimanipulasi, jadi, yang akan kita lihat sekarang adalah sebuah kenyataan, untuk berjaga jaga, pegangi fumika, aku tak ingin dia kabur." Dewi pino menyuruh shiro.
"Baik, Fumi, izinkan aku mengawasi mu."
"Silakan, Shiro sama."
SIHIR: TIME LEAP
>FLASHBACK
>2 TAHUN LALU
>Ultimea
"Ayah, Aku berangkat mengerjakan misi dulu!" seorang gadis berambut lavender berjalan keluar dengan pakaian misi dengan sebuah tombak ditangannya.
Fumika berjalan pelan menuju sebuah istana megah, Istana Ultimea, istana yang dipimpin oleh Venena alias coenubia.
"Ada tujuan apa kau kemari?" Seorang prajurit lyark menghadang Fumika yang hendak masuk ke dalam istana melalui gerbang luar.
"Saya dipanggil oleh kaisar untuk sebuah misi, Mohon jangan halangi saya." Dingin fumika.
"Baiklah, Silakan masuk."
Fumika berjalan menyusuri Koridor yang terlihat mewah itu, berjalan menuju ruang singgasana milik kaisar iblis itu.
"Fumika Sanada, Akhirnya kau datang juga." Sang kaisar duduk anggun di singgasana nya dengan 2 pengawal di sampingnya.
"Ada khendak apa anda memanggil saya, kaisar?" Fumika tunduk hormat.
"Aku ada misi penting untukmu."
"Apakah itu?"
"Di kota sofya, ada sebuah keluarga dari kaum resistle yang sangat handal, aku ingin kau menghabisi mereka semua." Venena berbicara tanpa ekspresi.
"Namun, Apa kesalahan mereka?"
"Jika mereka dibiarkan hidup, Mereka akan merusak muka bumi ini dengan sihirnya, Lantas, lakukanlah."
"Baik, kaisar." Fumika bergegas berlari, Ia melewati hutan terlarang untuk menuju kota sofya. Fumika yang masih berusia 14 tahun ini dimanfaatkan oleh iblis itu.
"GRAAAAH!!!" Monster berbentuk lendir cokelat menghadang fumika dari jauh.
SKILL: DRAGON TOOTH
Fumika melompat sambil memutarkan tombaknya di atas kepala.
SRING
Tubuh monster itu tercerai berai menyisakan cairan menjijikkan berwarna hijau bercampur cokelat.
"Aku harus bergegas, atau.. aku akan dihukum kaisar." Ia kembali berlari tanpa menghiraukan bangkai monster itu.
>Kota Sofya
"Ini tempatnya, ya." Fumika memasang posisi siaga sambil berdiri di depan pintu sebuah rumah besar.
"Sejujurnya... Ini tugas yang berat... kenapa harus aku?"
"...lau begitu, aku jemput reliz.."
CRAT!!
Saat seorang pria berusia 40 tahunan hendak keluar dari rumah, Fumika langsung menebas tubuh pria itu.
Seorang wanita yang ternyata istri dari pria itu terpaku melihat suami nya terjatuh bersimbah darah.
"SAYAN-"
Cleb!
Fumika melemparkan tombaknya ke jantung wanita itu.
"Hah... hah... selesai, Target sudah binasa." Fumika segera berlari menjauh dari tempat itu.
FLASHBACK OFF
"Aku... aku bisa menjelaskan ini semua, shiro sama."
"Lalu? kau akan mengelak, pembunuh?" Reliza mulai mendekati fumika dengan sihir aneh di tangannya.
"Hentikan itu, reliza." Shiro menghalangi reliza untuk mendekati fumika.
"Shiro sama.."
"Sepertinya kau mulai tertarik pada gadis jalang ini." Reliza tersenyum sinis.
"Dia adalah pelayanku." Shiro menatap seram reliza.
"Pembunuh tetaplah pembunuh." Reliza membalas tatapan shiro.
"Kalian berdua, Sudahlah!" Dewi pino angkat suara.
SIHIR: TOMBAK!
Reliza mengambil kesempatan dan membuat gerbang sihir di belakang fumika.
SKILL: PESONA PEDANG
Shiro menangkis serangan reliza dengan skill ksatria sihirnya.
"Kau... SIALAN!"
dengan penuh amarah, Shiro membuka mode serigala peraknya, energi kuat terpancar dari tubuhnya.
SKILL: FANG OVER FANG
Shiro berputar dengan cepat di udara sehingga membuat pusaran angin di tubuhnya.
"Kau memaksa ku, Tuan pahlawan."
Reliza menggunakan teknik evasion untuk menghindari putaran angin shiro.
BRAK!!
Dinding ruangan hancur.
"Jika kalian ingin berkelahi, Jauhi kota ini!" Dewi pino membuat gerbang teleportasi.
"Fumi, Tunggu di sini." Shiro tersenyum.
"Shi-"
SSTTT
Reliza, Shiro dan Dewi pino berpindah tempat menuju sebuah tempat yang tedapat lahar dimana mana.
"Kenapa.. aku tak bisa mengingat itu semua..?" Fumika memegangi kepala nya.
Bersambung