L tersadar dari tidurnya. Ia sempat kaget saat menemukan sesuatu yang tak sengaja dia sentuh. Dia beranjak berdiri dan mulai berjalan, entah apa yang terjadi dia malah nyasar ke tempat lain, dia tidak tau apa yang dia lakukan sehingga berpindah tempat.
Segerombol orang datang menyeret seorang kaum yang entah berasal dari mana tapi dari penampilannya saja sangat mirip dengan dirinya.
Diam-diam L mengikuti dari belakang hingga sampai di sebuah ruangan persegi empat yang di dalamnya terdapat benda-benda yang belum pernah L lihat sebelumnya, L tidak bisa masuk dan hanya mengintip dari kaca pembatas.
Kaum itu di baringkan lalu dua orang penjaga datang mengikat kedua lengan dan kakinya di alat yang tersambung dengan tempat tidurnya.
Kaum itu sempat memberontak dan mulai berteriak dengan bahasa yang tidak di mengerti L sedangkan dia hanya bisa diam melihat semuanya.
Seseorang datang dengan membawa sesuatu di dalam tabung kecil sambil berdiri di samping kaum itu.
L tersentak kaget saat tak sengaja menyentuh lengan dingin yang berada di sampingnya.
"Oh ayolah aku tidak akan menggigitmu," kekeh lelaki itu yang terlihat seumuran dengan dirinya. Dia sempat terkejut melihat reaksi L yang menurut nya berlebihan.
Sedangkan gadis itu diam saja dan kembali menonton.
"Apa kau tidak penasaran dengan apa yang mereka bilang?" tanya lelaki itu lagi membuat perhatian L terbagi.
"Ngomong-ngomong sejak kapan kau di sini, aku tidak melihat ... "
"Aku penasaran," potong L membuat lelaki itu berhenti sejenak, kemudian dia tersadar lalu meraba saku celanannya sambil mengambil alat yang berukuran kecil dan meletakanya di telinga L, dia menekan tombol yang berada di alat itu hingga membuat mata L membulat sempurna saat mendengarnya.
Banyak pertanyaan yang ada di otaknya kenapa ada alat seperti itu tapi dia urungkan dan mulai fokus mendengar percakapan mereka.
"Kau berada di kumunitas mana?" tanya lelaki yang memegang tabung.
"Aku tidak sepertimu kaum bangsat!"
Lelaki yang memegang tabung itu terdiam sebentar sambil memijit kepalanya yang terasa ngilu.
"Kau mengambilnya dari distrik mana?" tanya lelaki itu kepada salah satu penjaga.
"Kami hanya menemukannya di perbatasan," jawab penjaga itu sambil menunduk takut.
Lelaki itu kembali melihat kaum itu. "Aku akan memberikan satu pertanyaan padamu dan kau hanya menjawabnya saja. Siapa tuhan dari Greek alphabet?"
"Bangsat!" teriaknya lantang sambil tertawa keras.
"Buka mulutnya!" titah lelaki itu kepada kedua penjaga dengan penuh amarah.
"Kenapa? Bukanya itu jujur?" Pertanyaan kaum itu membuat dua penjaga itu menghentikan aksinya.
"Aku tau kau akan menanyakan hal itu untuk mengetes apa aku berbohong atau tidak dan aku menjawab jujur, tapi kenapa aku di berikan hukuman serupa dengan seorang pembohong?"
"Jawabanmu menyimpang, dan kau pantas di hukum karna menghina."
"Jadi bagaimana dengan kaum kalian yang menghina kaum buangan sepertiku? Apa bukan sebaiknya kalian juga di hukum? Kalian tidak terima di panggil kaum bangsat tapi sikap kalian malah serupa. Jadi, di sini aku yang keliru apa kalian?"
"Kami juga menaati aturan yang dibuat oleh Tuhan dari Greek alphabet, jadi jangan menilai seseorang dari luarnya saja sebelum mengenal satu per satu kaumnya."
"Bukanya seharusnya kaum kami yang mengatakan hal itu? Kau mengatakan seolah-olah kaum buangan adalah orang yang paling jahat dan pantas di hukum! Kau membuat orang jujur dan pembohong sama saja, sama-sama hina dan tidak beradab! Kalau tidak suka dengan pernyataanku jangan membuat sesuatu yang membuat diri kalian terlihat menjijikan di hadapan kaum kami! Kalian hanya bisa menunjukan amarah sedangkan kami hanya bisa menerima amarah kalian bukanya itu tidak adil?!"
"PENJAGA!" teriak lelaki itu gerang.
Kedua penjaga itu sempat ragu dan kemudian langsung membuka mulut kaum itu secara paksa setelah melihat lototan matanya.
Lelaki itu membuka tabung dan mengambil salah satu bahan penelitiannya berupa parasit pemakan lidah yang biasa berada di dalam mulut ikan. Dia meneliti parasit itu hingga berkembang lebih buas untuk seukuran manusia.
Parasit itu bernama Cymothoa exlgue (Parasit pemakan lidah). Parasit ini menyedot lidah ikan sampai lidahnya copot. Lalu menjadikan dirinya sebagai lidah pengganti fungsi organ inangnya.
Kaum itu menjerit kesakitan setelah parasit itu mulai beraksi. Lelaki itu kembali mengambil alat bedah untuk mengoprasi kepala lelaki itu lalu menanamkan alat Neuralink (Alat pembaca isi pikiran otak). Bentuknya seperti koin jadi sangat mudah menanamkannya.
Setelah selesai mengoprasi, kaum itu juga berhenti berteriak dan malah tenang seperti tidak terjadi apa-apa tapi bedanya pandanganya terlihat kosong dan lesuh seperti tidak punya semangat hidup.
Penjaga itu membuka salbet pengikat kaki dan tanganya lalu merangkul kaum itu pergi dari rungan. L yang sedari tadi melihat semuanya ikut mengekori penjaga itu sampai di perbatasan.
Kaum itu di biarkan duduk di depan pintu gerbang pembatas lalu meninggalkannya begitu saja.
L hendak ingin menghampiri tapi lelaki yang meminjamkan alat penerjemah bahasa langsung penahan pergelangan tanganya. "Kau ingin mati?"
"Tidak."
"Lantas kenapa kau ingin ke sana?"
"Aku hanya ... "
"Ingin menolongnya?" L mengangguk mantap.
"Sebenarnya kau dari komunitas mana? Di sini tidak ada sistim kasihan kepada orang lain, jika kau menolongnya orang akan menganggapmu lemah."
"Kenapa kalian membedakan seseorang hanya karna beda komunitas?"
"Waw lihat dirimu kau seperti lelaki itu saat berbica, apa jangan-jangan kau sama seperti dia dari kaum buangan?" L langsung terdiam membuat lelaki menghentikan untuk melanjutkan ucapannya.
"Oke lupakan saja, ayo ikut aku."
"Apa kau tidak menolongnya?"
"Dia itu akan menjadi monster beberapa menit kemudian, jadi tidak ada harapan lagi untuk menolongnya. Lagipula belum ada obat untuk penawarnya." Lelaki itu melangkah menjauh diikuti L yang pandangannya masih setia kepada kaum itu.
Mereka berjalan melewati beberapa gang sempit sambil terus bersembunyi berusaha menghindari penjaga.
"Lihat mereka seperti tidak punya masalah sedikit pun," kekeh lelaki itu saat melewati penjaga yang sedang mabuk-mabukan bersama pelayan wanita. Sedangkan L hanya melirik sekilas tidak mengidahkan ucapannya.
"Jika kamu ingin terbang bersama rajawali, kamu harus mulai berhenti berenang bersama bebek, itu kata Pak Frandy dari buku perpustakaan yang pernah aku baca tempo hari."
"Maksudmu?" L terhenti dengan kening yang berlipat membuat lelaki itu juga ikut terhenti.
Dia menatap L sebentar lalu mengembuskan napas kasar."Kau sensitif sekali, nanti aku jelaskan saat kita sudah sampai di tempatku." Lelaki itu melanjutkan perjalananya sambil menarik pergelangan baju L yang longgar.
Dalam perjalanan tiba-tiba gemba bumi membuat L dan lelaki itu sempat kaget.
"Hais mulai lagi!" umpat lelaki itu dengan cepat menarik L untuk lari mengikutinya.
"A ... ada a ... apa?" Perasaan L jadi was-was.
"Jangan panik, itu hanya seb ... Aaaa!" Belum sempat lelaki itu melanjutkan ucapannya dia langsung jatuh ke dalam tanah terbelah akibat gemba bumi yang sangat kuat bersamaan dengan L yang ikut jatuh.
_o0o_
L