Sem memandang L sejenak kemudian menunduk sambil tekekeh pelan. " Kau selalu membuatku spechless," ungkapnya.
L berdehem sebentar berusaha mengurangi kecanggungan yang hadir di antara mereka.
"Aku pernah baca buku yang di dalamnya bertuliskan 'Aku belajar orang akan melupakan apa yang dia katakan, orang akan melupakan apa yang kamu lakukakan tetapi orang tidak akan pernah melupakam bagaimana kamu membuat mereka merasa ada' karya dari Maya Angelou. Kupikir itu sudah menjelaskan semuanya," ucap Sem sambil tersenyum.
L menunduk diam tidak tau mau membalas apa lagi. "Mungkin kau perlu mengalaminya agar mengetahui rasanya menjadi aku," lirih L pelan.
Sem menghampiri L sambil mengelus puncuk kepalanya. "Jangan berkata seperti itu kita sama-sama pernah merasa kehilangan tapi dengan cara berbeda," ujarnya membuat L tersenyum kaku.
"Kau mau ku ajak pergi berkeliling?" L mengangguk pelan lalu berjalan mengikuti Sem.
"Kalian mau pergi ke mana?" tanya Esta saat tak sengaja berpapasan dengannya di jalan.
"Hanya jalan-jalan," jawab Sem.
"Kau tidak lihat matahari sudah terbenam? kalau bertemu Zolu gimana?
"Aku tidak selemah itu!" banta Sem
"Heleh kalau enggak lemah enggak mungkin kau pingsan!"
"Hais dahlah." Sem berbalik lalu menarik L pergi.
"Kau mau mengajakku ke mana? Menurutku ucapan Esta ada benarnya, tanya L di sela-sela perjalanan mereka.
"Aku ingin menunjukan tempat di mana berisi ilmu pengetahuan, Distrik 1 menyebutnya perpustakan."
"Kalau Distrik 24 menyebutnya apa?"
"Ruang dunia," bisik Sem saat melewati pos penjaga.
"Kupikir kau yang membuatnya," guman L yang masih terdengar di telinga Sem hingga membuatnya terkekeh pelan." Yap benar."
L hanya ber o riah sambil mengekori
Sem dari belakang.
"Kenapa kau ingin mengajakku ke sana?"
Sem menoleh lalu menarik tangan L dengan cepat menuju gedung yang berada di tengah Distrik.
Diam -diam mereka masuk lewat lorong kecil yang berada di samping gedung dan akhirnya berhasil masuk ke gedung tua itu.
L sempat terbatuk karna banyak debu di setiap tempat.
"Karna kau perlu mengetahui semuanya, jujur saja aku kadang bingung menjelaskan satu per satu pertanyaanmu." Sem menjawab pertanyaan L tadi.
"Jadi menurutmu di sini semua informasi tersimpan?"
"Yap!" Jawab Sem mantap.
"Mereka menyimpannya lewat tulisan, kau bisa membacakan?"
L menggeleng pelan membuat Sem membulatkan matanya tidak percaya.
"Aku lebih suka di dongeng kan," cicit L sambil terkekeh.
"Kau bukan anak kecil lagi," ucap Sem sambil menggertakan giginya. L tertawa melihat hal itu.
"Kau bisa mengajariku besok, ayo kita balik sekarang."
"Sebentar, ada buku yang perlu kubawa." Sem beranjak pergi ke rak buku, sedangkan L mulai merasa was-was saat melihat langit yang mulai gelap.
"Cepatlah!" Pekik L mulai kesal. Tapi tidak ada sahutan dari lelaki itu, dia pun menghampiri dengan diam-diam dan tidak mendapati Sem di sana.
Napas L mulai memburu dengan kringat yang mulai membanjiri seluruh tubuhnya, L keluar dari gedung dengan beribu pikiran negatif, dia berjalan tergesa-gesa di sertai mata yang tak berhenti menjelajah di sekitarnya. Hingga tanpa sengaja dia malah berpapasan dengan kumpulan manusia yang mereka sebut Zolu.
Tapi ada yang aneh mereka tidak bergerak sama sekali seperti waktu berhenti sekejap dan hanya L yang menyadari akan hal itu. Dengan pelan dia melewati semuanya sambil memperhatikan satu per satu Zolu yang memiliki paras mengerikan, wajah pucat, badan kurus kering dan lidah besar yang menjulur keluar.
Kepalanya mulai pusing dengan tertatih dia terus berjalan hingga sampai di bawah pohon kemah Sem dan Esta. Dan akhirnya pingsan.
Di tempat lain Sem kembali setelah mendapatkan buku yang dia inginkan. "Ayo!" Ajak Sem tapi dia tidak menemukan gadis itu.
Dia keluar sambil mencari L tapi tidak menemukan keberadaan gadis itu, keputusan terakhirnya yaitu pulang karna hari sudah semakin larut.
Sampai di pohon kemah, Esta menyambutnya dengan beberapa pukulan yang menbuat Sem meringis kesakitan.
"Ada apa?" tanya Sem bingung.
Esta menunjuk pakai dagunya ke arah L yang meringkuk di sudut ruangan dengan tatapan kosong.
"Apa yang kau lakukan padanya?" tuding Esta sambil mengarahkan pisau di wajah Sem.
Lelaki itu mundur perlahan sambil menggeleng bingung, dia menghampiri L. "Kau dari mana saja? aku sudah mencarimu ke mana-mana, kalau mau pulang kanapa tidak barengan?"
Malah Esta yang di buat bingung dengan ucapan Sem. "Kupikir ...,"
"Jangan berpikir macam-macam!" Potong Sem kesal.
"Maaf," lirih L dan masuk ke dalam kamar Esta begitu saja.
"Kenapa dengan dia?" tanya Sem sambil terduduk lelah di kursi.
"Dia pulang dengan keadaan pingsan di bawah pohon, saat sadar dia hanya menangis," ungkap Esta pelan.
Kening Sem berkerut sambil mencondongkan badanya menatap saudara kembarnya.
"Nah karna itu kupikir ... "
"Ah sudah-sudah," lerai Sem.
"Jadi? Kau kemana saja?"
"Aku hanya berada di perpustakaan mencari buku saat selesai aku tidak menemukannya lagi."
Esta berpikir sejenak lalu beranjak pergi.
"Mau ke mana?" tanya Sem bingung.
"Mau tidur," jawab Esta polos membuat Sem gerang dan langsung melemparkan buku yang dipegangnya.
Dari kamar Esta, L mulai mendengar perdebatan saudara kembar itu. Dia mengabaikan dan mulai menyadari ingatannya mulai pulih, dengan potongan kejadian-kejadian singkat yang sulit di jamahkan.
L tidak yakin dengan ingatannya, saat membayakan kembali, memori itu terlintas di otaknya begitu saja dengan suatu gambaran dunia yang berbanding terbalik dengan distik 25.
L bingung apakah ia harus percaya atau tidak? Dia beranjak dari kasur menuju jendela kamar sambil memandang langit. Belum puas dengan apa yang di liatnya dia keluar jendela lalu memanjati pohon kemah itu hingga sampai di dahan paling atas.
Dia menghirup dalam-dalam udara malam itu yang terasa sangat sejuk. Membuat pikiran L terasa lebih ringan.
"Karbon monoksida tidak baik untuk kesehatan," sahut seseorang membuat L terdiam sesaat.
"Kau berkata perpustakaan adalah ruang dunia, tapi kenapa kau tidak memberikan ruang seseorang bagi yang ingin sendiri?"
"Oh maaf, aku hanya ..."
"Menggangu?"
"Tidak. Aku hanya menghirup udara segar."
"Bukannya kau bilang karbon monoksida tidak baik untuk kesehatan?" tanya L balik membuat Sem hanya bisa menelan salivanya dengan susah payah.
"Ah lupakan, aku ingin memberimu buku," ujar Sem menghampiri L dan duduk di sampingnya.
"Buku apa?"
"Buku yang berisi peraturan bala tentara, sebenarnya paman Max sudah melarangku membacanya tapi aku melanggarnya dengan diam-diam membaca di perpustakaan. Kau mau lihat?" L mengangkuk pelan dan Sem mulai membuka lembarannya. Mereka diam sambil membaca.
Sandi Angka
1-1 : Hubungi per telepon
1-4 : Ingin bicara diudara (langsung).
,3-3 : Penerimaan sangat jelek/orang gila.
3-3L : Kecelakaan korban luka
3-3M : Kecelakaan korban material.
3-3K : Kecelakaan korban meninggal
3-3KA : Kecelakaan kereta api
3-4-K : Kecelakaan, korban meninggal, pelaku melarikan diri.
4-4 : Penerimaan kurang jelas
5-5 : Penerimaan baik/sehat
8-4 : Tes pesawat/penerimaannya.
8-6 : Dimengerti
8-7 : Disampaikan
8-8 : Ingin berjumpa langsung.
10-2 : Posisi/keberadaan
10-8 : Menuju
2-8-5 : Pemerkosaan
3-3-8 : Pembunuhan
3-6-3 : Pencurian
3-6-5 : Perampokan
8-1-0 : Pembunuhan
8-1-1 : Hidup
8-1-2 : Berita agar diulangi (kurang jelas).
8-1-3 : Selamat bertugas
8-1-4 : Laporan/pembicaraan terlalu cepat.
8-1-5 : Cuaca 8-1-6 : Jam/waktu 8-1-9 : Situasi
"Jadi apa kau mengerti?" tanya Sem sambil melirik L
"Siap 86!" Jawaban L membuat keduanya sontak tertawa.
Mereka kembali membuka lembaran berikutnya. Dan melihat sandi huruf yang menyebutkan nama setiap distrik.
"Bukanya ini?"
"Iya, apa sekarang sudah ada pencerahan?" tanya Sem. L terdiam sambil menggeleng pelan.
"Apa tujuan mereka membangun semua distrik hingga memberikan lebel komunitas untuk salah satunya?"
"Sampai sekarang aku tidak tau, tapi satu hal yang perlu kukasi tau, di depan pembatas semua distrik ada padang rumput yang luas di mana di letakkan kumpulan para Zolu yang ganas, di jalan itu lah yang menghubungkan jalan menuju gerbang utama distrik 1."
"Kenapa mereka membiarkan para Zolu tinggal di dalam distrik bukanya di luar pembatas?"
"Karna mereka masih mengawasi pergerakan mereka, kau tau tujuan dia tanamkan Neuralink di dalam otaknya?" L menggelang bingung.
"Untuk mengetahui apa mereka masih pantas bertahan hidup atau tidak, mereka selalu menguji coba jika tidak bisa terselamatkan lagi maka mereka melemparnya di pembatas."
"Jadi apa tujuannya di berikan parasit? Bukannya itu akan menambah para Zolu dan mereshkan semua orang?
"Kalau itu ... " lirih Sem sambil terseyum kecut.
_o0o_
L