Chereads / Lupakan namaku Hahah / Chapter 9 - Lupa

Chapter 9 - Lupa

"Dia siapa?" tanya Sem kepada salah satu lelaki yang berada di sampingnya.

"Dia primadona Academy, kau tidak tau?" Sem menggeleng. "Kupikir seseorang yang kukenali, tapi ... tidak mungkin dia sampai sejauh ini," guman Sem dan keluar dari kerumunan menuju asrama laki-laki.

Saat dalam perjalanan menuju asrama sekumpulan manusia menghalang jalan, Sem sempat berdecak kesal dan berusaha memasuki di sela-sela banyak orang, tapi karna memaksakan diri dia malah terikut arus hingga berujung masuk ke dalam museum.

Sem tertegun saat melihat patung seorang gadis yang memiliki rupa seseorang yang dia kenali.

"Waw dia mempunyai gelar yang panjang!" takjup seorang lelaki yang berada di sampingnya hingga membuatnya ikut ke arah pandangnya yang tertuju pada nama yang berada di bawah patung.

L . N . H

"Apa apaan ini, apa aku tidak salah lihat?" Sem jadi kesal sendiri dan berlalu pergi.

_o0o_

L

Esta sedang sibuk mengerjakan tugas tiba-tiba mendengar suara ketukan pintu, dia menoleh dan beranjak mendekati pintu untuk membukanya.

"Halo Mrs. Relin," sapa Esta. Wanita yang berumur 40 tahun itu membalas dengan senyuman sambil memperbaiki poninya yang berantakan.

"Kau sering mengeluh tentang teman sekamarmu, sekarang aku membawa yang baru. Kuharap kau tidak membuat ulah padanya," ujar Mrs. Relin memperingati dan pergi begitu saja meninggalkan keduanya. Esta bingung mau berkata apa saat melihat sosok gadis yang menjadi teman sekamarnya nanti.

"Kau?"

"Ya?" Gadis itu menunggu Esta berbicara. Tapi setelah sedetik berlalu dia juga tidak menjawab. Dia kembali  mulai membereskan baragnya.

"Namamu?" ucap Esta akhirnya berbicara.

"L," jawab gadis itu singkat dan pergi meninggalkan Esta yang masih setia dengan pijakannya.

_o0o_

L

Pelajaran pertama di mulai semua siswa dan siswi mulai duduk di bangku masing-masing. Sem dan Esta memiliki kelas yang beda. Sem mengikuti Academy bala tentara sesuai keinginan paman Max, sedangkan Esta menjadi perawat.

Di kelas Sem, mereka sudah di rekrut sesuai markas dan akan di pasangkan dengan kelas perawat sebagai penunjang keselamatan mereka saat turun di lapangan. Di sana mereka di latih untuk melawan para Zolu. Yah meskipun masih di samping pembatas mereka masih menerima informasi bahwa ada siswa yang di serang.

Kumpulan siswa dan siswi kelas perawat datang di kelas Sem, dan duduk di sebrang tempat duduk yang sudah di susun leter U.

"Oke karna para perawat sudah datang maka bapak akan memulai pelajarannya. Tapi sebelum itu ada siswi pendatang baru yang akan menjadi pengawas kalian selama latihan. Nak, silahkan masuk," ujar Mr. Robert membuat semua seisi kelas tertuju pada satu gadis yang baru memasuki kelas.

"Hai, sapa aku dengan nama L. Hari ini dan seterusnya aku akan menjadi perwakilan kalian karna Mr. Robert akan pergi ke distrik beta.

"L saja?" Pertanyaan Sem membuat seisi mata tertuju padanya.

"Ya." Jawab gadis itu singkat.

"Lyora? Lola? Lili? Luxi? Luminox? Limo?"

"Hentikan Sem," lerai Mr. Robert. Lalu kembali menatap L. "Saya pergi dulu," ujarnya dan dianggukan mantap oleh gadis itu.

"Oke kita mulai saja misinya, pertama di mulai dari lingkaran cricle yang kita tempati, di dalam Cricle ada 24 distik dan 26 kode fonetik di setiap urutanya, aku tau pasti kalian semua paham dengan yang aku katakan, disini aku mau tim terbagi menjadi 5, 3 bala tentara dan 2 perawat, mereka akan di utus di kesetiap distrik untuk mengambil salah satu kaum Zolu untuk di jadikan bahan penelitian, dan mulai dari sekarang kalian bisa menentukan kelompok kalian masing-masing. Dan untuk sampai di sini ada yang mau bertanya?"

Sem mengangkat tangannya membuat Esta langsung melotot kesal.

"Kau belum menjawab pertanyaanku, namamu siapa?"

"L." Jawab gadis itu mantap.

"Iya. L siapa?"

"L-upakan." Jawaban gadis itu membuat seisi rungan tertawa terbahak-bahak.

"Sudah lah Sem jangan memaksa," sindir teman sebangkunya. Gadis itu menjawab dengan jujur tapi jawabannya malah tidak di tanggapi dengan benar.

"Apa kau masih marah padaku?" tanya Sem tiba-tiba membuat seisi rungan menjadi sunyi.

"Aku tidak marah padamu."

"Kalau tidak marah kenapa kau pergi tanpa pamit?" Semua orang kebingungan mendengar penuturan kata Sem.

"Apa kalian saling kenal?" tanya salah satu teman Esta.

"Ya."_"Tidak." Jawab mereka serempak.

"Jadi beneran kau masih marah padaku?" tanya Sem tidak percaya dengan jawaban gadis itu.

"Aku sering menemui orang yang sepertimu di luar sana, dan jawabannya tetap sama aku tidak mengenalmu, mungkin wajahku terlalu pasaran tapi kau juga tidak bisa memaksakan orang yang tidak mengenal dirimu," saran L membuat Sem mengepalkan tanganya kuat.

"Oke impas, aku minta maaf. Berhenti membuatku terlihat bodoh di sini, ucapanmu yang dulu benar adanya dan opiniku yang salah, tapi kenapa kau harus juga berpura-pura bodoh di hadapanku sedangkan sekarang kau seorang yang tau segalanya?"

"Aku tidak mengerti arah ucapanmu."

Sem mengembuskan napas kasar lalu menatap mata L tajam.

"Sebenarnya aku tidak ingin membahas masa lalumu disini, tapi karna kau masih berpura-pura maka aku akan membeberkanya kesemua orang."

"Okeh silahkan," jawab L mantap.

"Jangan gila Sem!" teriak Esta gerang.

"Kau berasal dari distrik 25 kan? Kau kaum yanke, kaum buangan, kau cacat dan di tinggalkan semua orang!"

Mendadak rungan jadi mencekam mendengar hal itu, sedetik kemudian terdengar tawa pelan dari L membuat kerutangan bingung diwajah Sem.

"Kau salah orang! Dia berasal dari distrik 4!" seru seseorang menjawab tuduhan Sem.

"Mungkin kau sangat merindukannya sehingga wajahku saja tak bisa kau bedakan, tapi sudah lah cukup sampai sini. Yang sudah menemukan kelompoknya segera pergi kemarkas masing-masing di sana sudah ada senior yang menunggu kalian," ujar L. Semua orang berpencar menyisahkan Sem, Esta, L dan satu lelaki yang sibuk memakai earphone di telinganya.

"Jadi ini kelompok sisa?" tanya Esta tidak percaya.

"Karna kalian kekurangan orang, maka aku akan masuk di kelompok kalian," ucap L mengambil alih.

"Hey kau!" teriak Sem gerang melampiaskan amarahnya kepada lelaki itu.

"Tidak usah berteriak," tegur L dan mulai menghampirinya. L membuka erphone di telinga lelaki itu hingga membuatnya menatapnya bingung.

"Apa?"

"Kau ingin tetap disini?" tanya L sambil tersenyum.

Lelaki itu celinggukan kesana kemari lalu terkekeh saat mulai menyadari orang di sekitarnya menyisahkan mereka berempat.

"Kau satu kelompok dengan kami," ujar L dan melangkah keluar  menuju markas.

"Dia  sombong," guman Sem membuat Esta  langsung melayangkan cubitan sadis di perutnya.

"Lah apasih!"

"Kalau di dengar gimana?" Esta melotot kesal.

"Wajar kan, bukanya dia punya telinga?" Sem berlalu meninggalkan Esta begitu saja.

"Apa kau sedang cemburu?" Lelaki yang memakai erphone sempat tertawa melihat kelakuan Esta dan menyusul Sem dari belakang.

"Nih lagi manusia, dia sodaraku bangsat!" Esta menendang kursi yang berada di sampingnya dengan emosi.

Lelaki itu sempat memberhentikan langkahnya lalu menoleh menatap  Esta."Oh. Kalau begitu panggil aku Ken," ujarnya kembali melanjutkan langkahnya.

"Enggak ada yang nanya woi!" teriak Esta gerang.

_o0o_

L