Chereads / Lupakan namaku Hahah / Chapter 13 - Epilog volume 1

Chapter 13 - Epilog volume 1

Setelah lari begitu lama, Sem berhenti sejenak karna lelah menggendong Esta. L menatap sendu kearah keduanya. "Sedikit lagi kita akan sampai."

"Untuk apa kita kesana?" tanya Sem heran dengan napas yang masih terengah-engah.

"Ada orang yang bisa membantu kita di sana." Sem menurut saja, sebenarnya dia masih ingin bertanya kenapa wujud L ada 2 tapi dia tahan dan menunggu untuk sampai.

Tidak butuh lama akhirnya mereka sampai di sebuah Pos kecil. L memasuki pos yang berukuran persegi itu di ikuti Sem. "Kita ngapain di pos ini?" tanya lelaki itu. L tidak menghiraukan dan mencari tombol yang sudah tersembunyi oleh tanaman yang  merambat. Setelah menyingkirkan tanaman itu akhirnya dia menemukan tombol merah, dia menekannya dan tempat yang mereka pijakan bergerak turun seperti lift.

Sem sempat terkejut hingga terjongkok dan Kembali berdiri mengatur posisinya. Setelah sampai Sem dia buat ternganga dengan ruang rahasia yang berada di dalamnya.

"Maaf dok, aku telat." Sapa L kepada seorang perempuan yang sedang fokus menatap monitor.

Wanita itu menoleh, takalah terkejutnya dia melihat Sem begitupun dengan lelaki itu.

"Ibu?"

"Sem?"

_o0o_

L

Menceritakan tahun lalu di mana keluarga Sem masih bersama. Ayah Sem bekerja berada di naungan pemerintah sedangkan ibu Sem bekerja sebagai labor, mereka membantu menciptakan sebuah penelitian manusia setengah robot di mana di gunakan untuk pengganti SDM karna terlalu banyak tidak menaati peraturan dan kinerja yang buruk. Mereka membangun dinding circle dan menguji kelayakan mereka, apakah mereka siap atau tidak. Saat itu Sem melanggar aturan yang telah di buat dan di hukum dengan cara di buang di tempat itu. Setelah masuk ke dinding circle masih ada tahapnya lagi, mereka akan di uji kualitasnya jika mereka lolos maka akan naik ke dinding selanjutnya sedangkan yang tidak maka akan di jadikan Zolu. Dan ayah Sem lah yang menggantikannya.

Ibu Sem tidak bisa menolongnya karna sudah terikat. Tapi saat tetap menjalani percobaan membuat manusia setengah robot ada beberapa kru menentangnya dan ingin berhenti, mereka adalah 2 lelaki berjas putih yang bernama RI dan Ru. Mereka di keluarkan dengan hasil buatannya yaitu L bersama Avatar lainnya. Dan di buang ke dinding circle. Saat pembuangan itu ibu Sem diam-diam ikut kabur dan manaruh alat pelacak di pikiran L agar bisa leluasa menguasai pikirannya dan mencari keluarganya.

_o0o_

L

"Jadi apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Sem saat mendengar semua cerita ibunya.

"Yaitu memasuki gerbang Phi di mana tempat komunitas orang-orang yang penuh peraturan berada."

"Kita harus membukanya dari dalam, karna cara itulah yang membuat kita berhasil masuk."

"Tapi. Bagaimana caranya sedangkan kita berada di luar?"

"Dengan cara teleportasi." Ibu Sem melihat alat hasil buatannya di samping Esta tidur setelah lelaki itu meletakkannya di sofa.

"Apa itu aman?"

"Ya tapi hanya dua orang yang bisa kesana."

"Ibu?"

"Tidak. Kalian tidak bisa mengirimku kesana karna tidak tau mengoperasikan alat itu."

"Dia?" tunjuk Sem kepada L.

"Saat mesin ketemu mesin itu akan sangat beresiko."

"Kau Sem yang harus pergi bersama Esta," Putus L.

"Bagaimana aku kesana? Aku tidak tau apapun?"

"Aku tau kau anak yang cerdas." Ibu Sem tersenyum berusaha menenangkan Sem yang mulai khawatir.

Mereka terdiam sesaat dan akhirnya Sem mengembuskan napas pelan lalu berucap, "Okeh. Jadi kapan mulainya?"

"Nanti malam, alat itu belum benar-benar sempurna." Lanjut ibu Sem beranjak dari duduknya menuju monitor.

L dan Sem saling pandang sebentar lalu tertunduk masing-masing.

"Aku boleh bertanya?" Ucap L pelan. Sem mendongak memandang L bingung. "Ya?"

"Kenapa kau bisa percaya padaku? Saat disana tadi."

"Itu karna ... Tatapanmu," lirihnya.

"Ada apa dengan tatapanku?" tanya L bingung.

"Tatapanmu tidak pernah berubah. Selalu  sama, rumit dan sulit ku pahami." L tertegun mendengar hal itu.

"Selain itu?"

"Karna kau mengingatku, jujur saja orang yang mempunyai wujud yang sama denganmu selalu mengelak dan itu menjengkelkan," ujar Sem tidak habis pikir.

L terkekeh mendengar hal itu.

"Terimakasih sudah mempertemukanku dengan ibu, apa yang harus kulakukan untuk membalas perbuatanmu?"

"Iya sama-sama. Tapi kau tidak perlu berkata seperti itu, membantumu saja itu sudah membuatku senang."

Mereka saling memandang sambil tersenyum.

_o0o_

L

Malam telah tiba mereka bersiap-siap untuk mencoba mesin itu. Sem masuk bersama Esta yang saat itu sudah sadarkan diri.

"Apa kalian siap?" tanya ibu Sem.

"Tentu saja. Kau Esta?" Sem melirik saudara kembarnya yang hanya diam saja.

"Ada apa?" Esta tersadar lalu menatap Sem. "Aku barusan sadar dan belum lama bertemu ibu. Apa aku tidak bisa tinggal sebentar disini?" Semua yang berada di ruangan itu terdiam.

Ibu Sem berjalan mendekati Esta sambil mengusap kepalanya. "Setelah semuanya selesai kita bisa bertemu kembali," lirihnya tanpa sadar bening kristal jatuh di kedua pipinya.

Esta mengangguk setuju sambil berusaha menahan tangisnya.

Ibu Sem mundur dan menutup pintu kabin. Dia kembali memonitor menekan tombol merah dan mulai menghitung mundur. "3 2 1." Tiba-tiba aliran listrik terpancar terang kemudian semua lampu padam.

Terdengar suara napas L dan Ibu Sem yang tidak teratur. Setelah lampu menyala muncul di hadapan mereka L Avatar bersama pasukan khusus dan Ru, Ri si kembar.

"Hello Salma," Sapa Avatar L membuka topengnya.

"Meza?" Ibu Sem terkejut melihat sahabat lamanya.

"Kenapa? Terkejut? Seharusnya kau senang bisa bertemu denganku disini bersama saudara kembarku."

Ibu Sem yang bernama Salma menunduk sedih. "Maaf, aku melakukan hal itu karna ingin menolong keluargaku, aku tidak tau kalau mereka berdua adalah saudara kembarmu."

Salma kembali mengigat masa lalunya , dia menceritakan bahwa Ri dan Ru menentang semua itu padahal sebaliknya dia menceritakan kepada atasan seperti itu sehingga Ri dan Ru di keluarkan. Dengan cara seperti itu Salma bisa keluar tanpa di keluarkan.

Meza yang mengetahui hal itu marah, dia  mencari sumbernya dan mengetahui bahwa Sahabat SMAnya lah yang melakukan perbuatan itu.

"Kau egois, meskipun itu bukan saudaraku kau tega melakukan hal itu kepada orang lain?"

"Aku melakukan hal itu karna terdesak! Kalau kau berada di posisiku pasti kau melakukan hal yang sama, bukan?" Terdengar decakan kesal dari mulut Meza.

"Kau tidak pernah berubah, alasan itu juga yang kau pakai untuk mengeluarkan ku dari SMA dulu."

"Aku tidak tau kalau kau juga di keluarkan."

"Ah lupakan aku malas membahasnya, ikat dia!" seru Meza. Pasukan khusus itu bingung dan saling menatap.

"Kalian tidak mau?" tanya Meza melihat mereka tidak melakukan apapun.

"Kau bukan L maka kami tidak berhak ... " Tiba-tiba 5 pasukan Khusus itu mati tergeletak di lantai di bunuh oleh Ru dan RI.

"Hey nak, ayo kembalilah keciptaanmu, " ucap Meza kepada L yang terdiam melihat kematian pasukan khusus itu.

L tersadar sambil menatap keduanya bingung antara memilih Meza atau Salma.

"Aku tidak ingin memilih," cicitnya sambil menunduk.

"Kalau begitu biarkan Ri dan Ru memilih," lanjut Meza. Saudara kembarnya pun melangkah mendekati L tiba-tiba bola asap bergilinding di kaki mereka.

Mereka berdua terdiam sesaat kemudian asap itu keluar dengan begitu tebal, mereka terbatuk, dan berusaha keluar dari tempat itu tapi ternyata pintu itu sudah naik keatas bersama L, Ken dan Salma.

"Salma!"teriak Meza gerang tenggelam bersama kumpulan asap.

Ketiganya berhasil keluar dan lari bersama.

Setelah lama berlari akhirnya mereka terduduk lemas di rerumputan.

"Kau siapa?" tanya Salma kepada Ken.

"Aku teman Sem kami sekelas di academy," jawab Ken berusaha berbicara, dia langsung menyingkirkan alat panah yang dia pegang bersama tasnya.

"Bagaimana kau bisa ada disana?"

"Waktu itu kami dikejar Zolu, dan sampai di subuah kota yang tidak berpenghuni, kami terpisah karna Sem melihat Esta, aku sudah berusaha menghentikannya tapi tidak bisa. Karna takut Zolu yang semakin dekat aku lari meninggalkannya dan tanpa sadar aku tersesat di hutan karna kabut tebal saat tersadar aku mendengar perdebatan seseorang, aku bangun mengintip, dan melihat Sem dan L yang 2 wujud, aku sama bingungnya dengan Sem  tapi tersadar saat mendengar tembakan, aku bersembunyi dan diam-diam mengikuti kalian hingga sampai di sana. Aku mendengar semuanya."

"Terimakasih," ucap Salma sambil tersenyum. Ken mengangguk dan kemudian beralih menatap L yang hanya diam saja.

"Namamu siapa?"

"Aku?" L terngungu mendengar hal itu.

"Jangan tanya dia, kau tidak akan mendapatkan jawabannya."

"Oke baiklah, Jadi di mana gerbang itu?"

"Tepat di belakangmu." Ken dan L menoleh dan menatap bingung.

"Di balik sana adalah distrik Phi?" tanya Ken. Salma mengangguk sebagai jawaban.

"Di mana distrik Chi?"

"Tempat di mana kalian dan Sem tersesat."

"Tidak mungkin," lirih Ken tidak percaya.

"Salah satu dari pekerja distrik Chi tak sengaja lupa menutupnya kembali sehingga distrik itu tak bisa terselamatkan lagi."

"Oh pantas saja kaum Zolu semakin banyak saat di perbatasan."

"Jadi kenapa ibu bisa selamat?"

"Aku bersembunyi di ruangan itu." Ken ber o ria saat kembali mengingat dia melemparkan bola asap kedalamnya.

"Kalau dia?" Tunjuk Ken kepada L.

"Aku  berbicara dengannya lewat pikiran nya, jadi dia bisa mengetahui tempat itu,"

"Ah, apa mungkin dia robot?"

"Aku setengah manusia," potong L tidak terima.

"Okeh." Putus Ken.

"Hey, apa kalian tidak akan masuk?" tanya sebuah suara membuat ketiganya menoleh kaget.

"Esta?!" Ucap mereka serempak.

Esta membuka gerbang itu lebar-lebar. "Ayo masuk."

"Dimana Sem?" tanya Salma.

"Dia punya urusan, ayo cepat masuk!"

"Hey!" terik Ri.

"Semuanya masuk biar aku yang urus," ucap L.

"Tapi?" Belum sempat Salma berbicara L langsung menutup pintu itu. "Kunci!" Teriak L lalu beralih menatap 3 kembaran itu.

"Ayo pulang, bukanya kalian menginginkanku?"

"Aku menciptakanmu untuk membuat kami keluar dari dinding circle ini tapi kau malah menahan kami disini? Buka pintu itu dan biarkan kami masuk."

"Oh jadi jika aku menolong  kalian, maka aku bisa bebas?"

"Ya, itulah tujuan kami membuatmu," jawab Meza. L terdiam lalu melihat alat Ken yang ketinggalan, dia mengambilnya dan memberikan alat panah tembak kepada mereka.

"Kau membalas kami dengan ini? Tidak akan cukup!"

"Tembakan ke atas dinding ini, untuk menyelamatkan diri."

"Kami tidak butuh pertolonganmu lagian kami mau menyelamatkan diri dari siapa? Kau? Kau sudah merasa hebat?"

Tiba-tiba gempa bumi membuat mereka terdiam sesaat. Dari jauh terlihat kaum Zolu datang ribuan.

"Dari mereka," ucap L pelan. Buru-buru Meza menembakanya dan RiRu berpegangan di sampingnya.

"Terimakasih," ucapnya dan mereka bertiga meluncur ke atas meninggalkan L sendirian.

L tersenyum sambil menatap kumpulan Zolu yang semakin dekat.

"Yah aku terlahir untuk ini," gumannya merasa miris dengan kehidupannya. Sayup-sayup dia mendengar panggilan Sem.

"Mungkin aku terlalu merindukan lelaki itu," ucapnya tanpa sadar.

"Hey, kau tidak ingin masuk?" tanya Sem muncul dari bawah tanah. L kaget melihat lelaki itu.

"Ayo!" teriaknya gerang. Buru-Buru L masuk ke pintu bawah tanah dan menutupnya. Terdengar langkah kaki para Zolu, L meringis sambil menutup mata.

"Malam itu aku terus memikirkankmu," ucap Sem sambil menatap L. Dia kembali teringat saat tadi malam dia duduk di sofa bersamanya.

"Jadi apa kau sudah tau namamu siapa?"

"Tidak, seharusnya kau tidak perlu menanyakan sesuatu yang tidak ada jawabannya, seseorang sepertiku adalah pemeran yang dilewati dan akan di lupakan. Jadi jangan membuang-buang waktumu."

"Setelah mengatakan hal itu aku berpikir, kau hanya perlu tau bahwa semua orang adalah tokoh utama di kehidupan mereka masing-masing." L membuka matanya lalu menatap Sem,  cahaya pintu yang berada di atas kepala mereka menerangi wajah Sem hingga L  leluasa melihat nya.

"Boleh kubuatkan nama untukmu?" L tersenyum mendengar hal itu.

_o0o_

L