Hari-hari setelah itu kini berlalu, tapi jiwaku telah tertinggal dan menetap bersamanya.
Kata "rindu", selalu berkumandang dikala wajahnya menghias di dalam kepala. Kerap aku tersenyum sendiri, menertawakan diriku ini saat menatap cermin.
Sejak hari itu, malam-malam ku terasa berat.
sepanjang malam selalu terjaga, mataku sulit terpejam, Tapi ku nikmati indahnya rasa itu.
Aku tak pernah se kacau ini! kerap kutanyakan pada diriku sendiri: "kenapa dengan diriku? Apakah ini yg namanya cinta?" pertanyaan disertai senyuman.
Dikala selepas shubuh, mataku baru terasa ngantuk, hingga bisa tertidur dengan lepas.
pagi yang tak seperti biasanya pukul 08:30wib. Ketukan pintu keras terdengar: "tok tok tok. Nu bangun nu!" gugah ibuku.
suara panggilannya terdengar, namun ku abaikan karna masih ngantuk.
Beberapakali ibu melakukan hal yang sama, Tapi tetap aku tak kunjung bangun.
terpaksa ibuku masuk dan membangunkan secara pisik.
"Nu bangun nu!" ucapnya menggoyangkan pinggangku.
"Hemm." desahan tubuhku. "apa sih bu?" tanya dengan mata yg masih tertutup. kemudian memalingkan badan, menarik selimut, menutupi sekujur tubuhku.
ibuku menarik selimut, "buruan bangun!" nadanya cukup menyentak. "Bantuin mamang tuh!" pintanya kemudian.
Melihat ku yg tak kunjung bangun, lantas merasa bosan, kemudian pergi dari kamarku.
Beberapa jam setelah itu, ibu kembali lagi, dengan ciri khasnya yg rewel, ia mencaci maki diriku. "Astagfirallah. Belum bangun juga!" nadanya sangat tinggi begitu nyerocos. "Ayo bangun-bangun, orang-orang udah datang tuh!" aku tak mengerti orang mana yang datang, dengan yg di maksud ibuku tadi.
Sontak aku langsung terperenjap dari tidur, dan merasa kaget: "ada apa dengan orang-orang!"
Dengan terheran aku menanyakannya: "emang ada apa?" tutur nada yg mengayun.
Sesegera ku elus-elus sekujur wajahku.
Ibuku menggeleng-geleng kepala: "mangkanya jangan tidur ajah! Ketinggalan info kan!"
Akupun menggaruk garuk kepala yg terasa gatal. Kemudian melentangkan tubuhku kembali. Ibuku langsung menarik guna menegakan tubuhku, iapun memapahku hingga berdiri. "Kaya anak bocah ajah!"
Setelah aku terbangun, ibuku hendak pergi: "liat tuh di luar!" ucapnya sambil berjalan.
Segera ku buka jendela kamar. pandangan di luar agak samar, Mataku sedikit melongo campur kaget: "itukan si meera!" ucap diriku sendiri.
guna memperjelas kebenarannya aku mengucek-ngucek kedua bola mataku, agar tak terlihat samar. Dan ternyata itu benar-benar meera. sedikit mencubit pipiku untuk memastikan bahwa ini bukan mimpi: "aww" jerit rasa sakit.
Melihat kehadirannya, aku langsung menarik handuk, dan bergegas untuk mandi: "coba bilang ada si meera gituh, pasti dari tadi aku bangun!" kataku sambil berlari ke kamar mandi.
---ooo---
segera aku berkunjung ke rumah si ilham. "Wah banyakan amat!" kataku dalam hati, melihat meera serta rombongan ke rumah si ilham.
baru aku teringat bahwa ini acara munjungan. sebuah rutinitas yg biasa di lakukan di daerah kami, di mana pasca resepsi pernikahan, akan berkunjung keluaga besar mempelai wanita untuk bersilaturahmi, Guna memperkenalkan dan mempererat tali saudara.
tanpa rasa malu aku masuk kedalam rumah ilham. "assalammualaikum!" salamku kepada semuanya.
"Waalaikum salam!" jawab bersamaan orang-orang yg ada. Kemudian aku menyalami orang-orang satu persatu. Kecuali meera, yg sengaja ku lewatkan.
Aku pun terduduk di antara mereka. ratna yang waktu itu ikut, lantas menegurku. " ka, ko te meera gk di ajak salaman?" tanyanya
Dengan bergurau aku menjawab:"nanti ajah, salamannya di pelaminan!"
Sontak membuat semua orang tertawa, kecuali meera yg merasa malu.
Orang-orang terdengar asik dengan obrolannya, tapi lihatlah diriku yg juga asik memandangi wajah pujaan hatiku.
ia yang merasa aku liatin, Kerap menunduk bahkan berpaling. Prasaannya risi, hingga membuat ia terusik, kemudian pergi keluar. tau ajah dengan apa yang aku harapkan.
pergi keluarnya meera itu ku anggap sebagai kode darinya, Aku pun segera menyusulnya.
Kutemukan meera tengah terduduk di bangku depan rumah ilham, dengan tatapan pokus ke layar hanpone.
"Hai!" sapaku lembut dengan senyum. "Hi!" balasnya tanpa menoleh.
"Apa kabar?" tanyaku, hingga ikut menemaninya duduk.
"Alhamdulilah baik!" jawabnya, sedikit menggeser duduk.
"Terlihat masih cantik yah!" gombalku terhadapnya.
Ia tak merespon alih-alih bertanya: "rumah kamu di mana?"
"Tuh!" tunjuk dengan rumahku.
"Boleh gk aku numpang sholat!"
aku merasa terheran dengannya yang meminta untuk menumpang sholat, padahal jam di pergelangan tanganku menunjukan baru jam sembilan.
"Sholat duha kah?" tanyaku agak penasaran.
Iapun menganggukan kepala.
"masya allah, yg begini nih calon penghuni syurga! "Dengan senang hati, Mari saya antar!"
Ia pun ku bawa ke rumah, dan berniat menunjukan kamarku yg akan di pakenya untuk menunaikan shalat. tetapi aku malu dengan kondisi kamar yg berantakan. tepat di depan kamar aku pintanya untuk menunggu sesaat: "tunggu dulu disini sebentar!" Ia pun merasa heran, terlihat dari kedua alisnya yg mengerut, di tambah bola mata yg menyempit.
Segera aku masuk kedalam kamar, hingga membereskan barang-barang yg terlihat brantakan. Setelah usai dan terlihat rapih, aku mempersilahkan masuk: "silahkan tuan putri masuk!" ujarku layaknya pengawal.
"Iiih, mau sholat kan harus berwudhu dulu!" kata meera. lalu ku antar dirinya ke kamar mandi.
Selama ia shalat, aku menunggunya di ruang tamu, duduk-duduk santai di shopa. Betapa riang gembiranya diriku, rasanya seperti banyak bunga yang bertaburan di dalam hatiku.
Setelah usai dari shalatnya, ia pun ikut duduk bersamaku.
"Udah beres?" tanyaku mengawali. Ia tak menjawab melainkan hanya anggukan kepala.
"Kamu suka baca buku?" tanyanya dengan iseng.
Sedikit ku bantah: "gk terlalu sih?"
ia tak percaya, karna banyak tersimpan sebuah buku di kamarku. "Itu di kamar kamu, banyak sekali bukunya!"
"Itu cuma koleksi, jarang di baca!"
"Ouh!"
"Kamu suka, baca buku?" tanyaku.
"Gk begitu sih!" jawabnya
Aku pun berdiri, dan menawarkan minum untuknya: "kamu mau minum apa?"
"Gk usah repot-repot!" "yang ada ajah!"
"kebetulan, adanya cuman air putih!"
"iyah gk apa-apa, aku lebih suka air putih ketimbang jus yg gk ada!"
---000--- moments later
Hari memasuki senja. Rombongan berpamitan undur diri hingga kembali pulang, terkecuali dengan meera. Aku mengira meera ikut pulang bersama rombongan, nyatanya ia tengah berdiri di samping jalan menunggu bus angkutan umum, yang akan membawanya ke asrama tempatnya mengajar. berlokasi di maja, daerah perkotaan di Pandeglang, jarak dari rumahku sekitar 20km ke arah timur. meera tak tahu bahwa sudah tak ada angkutan umum yang melintas di jam segituh.
meera yg tak tahu, tegag berdiri menunggu di pinggir jalan, berkali-kali tangannya menekok jam di pergelangan tangan, memandang sana dan sini sudah tak nyaman. untungnya orang tua si ilham mengetahui hal itu, ia segera menghampiri dan memberitahu pada meera, bahwa di jam tersebut sudah tak ada mobil angkutan umum.
Orang tua si ilham, bergegas menemuiku: "nu, kamu gimana sih? Itu si meera bukannya di anterin!" ucapnya memarahiku.
"Hahh." aku kaget dan bingung, "anterin kemana?" tanya penasaran yg memang tidak tahu.
"Ya anterin ke asramanya lah!" tuturnya.
"Bukannya ikut pulang tadi?"
"Iyah, tadinya mau ikut pulang, tapi katanya nanti capek bulak balik ajah!" cerita orang tua si ilham.
Aku pun langsung menemui meera yg berada di pinggir jalan.
"Ra." panggilku. Ia menoleh ke arahku. "bilangnya mau pulang? "ini ko malah nungguin mobil ?" timpalku.
"Tadinya mau pulang, terus berubah pikiran!"
"gk konsisten banget! ''Jam seginih sudah gk ada mobil!"
wajahnya kian murung, "aku gk tau sih!" ucapnya melas.
coba ku ajukan tawaran padanya "aku anterin ajah yah!" iapun tak menolak hanya saja basa basinya keluar, "Emang gk keberatan?"
"Kan naik motor!"
"Maksudnya, gk ngerepotin gituh?"
" jangankan meminta kali ini, Jika harus setiap hari aku pasti bersedia."
"Kamu bisa ajah!" tutup meera sambil tertawa.
akupun mengajaknya kembali ke rumah, guna bersiap-siap dahulu. kemudian mengeluarkan sepedah motor dan memberikannya sebuah helm. saat hendak berjalan,dengan iseng ku usap-usap jok motor yang akan meera duduki. "hu huhh" tiuppanku membersihkan.
ia berkata, "segitunya amat sih?"
"untuk pertama kalinya jok ini akan di duduki oleh orang spesial, jadi harus bersih dan nyaman! "klo bisamah harus di selamatan nih!"
"hihihi" ia menertawakan ulahku.
Hari itu, menjadi sebuah ke beruntungan dalam hidupku, di mana tak pernah ku sangka, akan duduk bersamanya di atas motorku.
Pertemuan dengannya begitu indah, begitu mudah untukku mengenalnya, semudah rasa yg muncul kepadanya.
Suasana dalam perjalanan.
malam itu, aku sangat dekat dengannya, dan menjadi awal untukku mengenalnya lebih dekat. "ra, kamu gk bertanya padaku?" pertanyaanku yg terdengar aneh di telinganya.
Meera merasa heran, "haah." terdengar hembusan napas yang menggebu: "tentang apa?" tanya baliknya.
"Ya tentang apa saja!"
"Ouh, jadi kamu pengen di tanya?"
"Ya iyah, biar suasananya jadi hidup!"
Ia terlihat bingung: "tanya apa yah?"
"Ya tanya-tanya nama kek! Prasaan saya, kamu blum menanyakan akan hal itu."
"Hahaha." ia malah menertawakanku. "Rupanya kamu ke pikiran hal itu yah!" ucap sindirnya. "Ya udah aku tanya nih, namamu siapa?"
"Kalau kamu percaya, namaku roberto!"
Ia tahu bahwa aku bercanda, dengan isengnya ia menepuk pundakku. " gk percaya!"
"Trus, orang kaya aku ini, pantes namanya siapa?"
"Kamu itu, kalau gk su'eb, pasti sarkim!"
"Hahahaha" aku pun tergugu mendengar banyolannya. "Sebenarnya namaku itu MD!"
Dengan spontan wajahnya mendekati wajahku. "Md siapa? Madropi kah?" kembali dengan sindirnya.
"Hahaa, massa Madropi! Bukan itu!"
"Trus siapa?" tanyanya kini penasaran.
"Masa depanmu!" jawab gombalku.
"Iihhh, bisa ajah."
"Bukannya di aminin!"
"Udah di hati."
Hampir setengah perjalanan, aku sedikit mengurangi kecepatan dan menepikan speda motor, kemudian berhenti di tempat tersebut.
Ia pun menanyakan: "kenapa berhenti?"