Aku kembali menulis di buku jurnalku di tempat yang sepi.
Pelajaran akan dimulai dalam beberapa puluh menit lagi, dan ini adalah kesempatanku untuk menulis dan mencurahkan semua perasaanku akhir-akhir ini.
Aku merasa lelah dan ingin tidur sepanjang hari. Tempat tidur adalah teman terbaikku saat ini. Sejujurnya aku cukup takut terkena gangguan tidur, tapi aku begitu malas untuk beraktivitas.
Suara beberapa orang sedang bercakap-cakap dan juga langkah kaki yang begitu jelas terdengar. Aku memutuskan untuk menyudahi sesi menulisku hari ini.
Di setiap kelas, aku selalu mengambil tempat duduk yang paling belakang dan pojok. Karena tubuhku yang kecil dan terlalu ramping, maka ketika guru memberikan pertanyaan, aku aman.
Lagipula aku tidak punya teman dekat di sini.
Setiap hari aku merasa bosan dan bosan. Ingin rasanya aku pergi berjalan-jalan entah dengan siapa.
Mungkin aku cukup paham perasaan macam apa ini. Ini adalah masalah remaja yang tidak memiliki kisah asmara!!!
Ketika aku menolehkan kepalaku ke kanan, aku mendapati pasangan yang sedang bermesraan. Ketika aku menoleh ke kiri, aku juga melihat hal yang sama.
Benar sekali, aku sedang cemburu dan membutuhkan seorang lawan jenis untuk menghabiskan waktu bersama.
Tapi, siapa yang ingin bersama dengan gadis desa seperti diriku?
Di saat pikiranku sibuk dengan masalah hidupku yang sekarang ini, suasana tiba-tiba menjadi begitu hening. Oh, jangan orang itu lagi!!!
"Selamat siang profesor, maaf mengganggu waktu mengajar Anda," kata orang itu kemudian masuk ke dalam kelas tanpa permisi.
Ya, siapa lagi kalau bukan Pangeran Pertama.
Dia melangkah dengan tegas dan percaya diri, dia tidak mengalihkan pandangannya sama sekali meskipun banyak orang sedang melihatnya.
Deg!!!
"Ukh ...." dadaku terasa sesak dan seperti ditusuk oleh jarum. Ini sakit, dan apa yang sebenarnya terjadi.
Aku mengemasi barang-barangku dan segera izin untuk pergi ke ruang kesehatan. Beruntung atau tidak beruntungnya, ruang kesehatan begitu sunyi. Tidak ada orang di sini.
Anehnya, rasa sakit itu juga sudah menghilang.
"Tidak mungkin aku kembali lagi ke kelas," gumamku, kemudian memutuskan untuk berbaring hingga aku terlelap.