Di pagi hari yang cerah. Kayla berjalan memasuki sekolah bersama Gabriel. Menggandeng lengan Doi saat di sekolah adalah sebuah keinginan Kayla. Akhirnya sekarang terwujud, lengan Gabriel tidak menolak gandengan darinya. Menjadi sebuah perhatian dan cibiran pagi ini, Kayla tidak peduli. Ia sangat gembira, meski wajah Gabriel masih sama seperti biasanya. Wajahnya DATAR!
"Yang, pulang nanti temenin aku beli Novel, yah?" pinta Kayla, merengek manja membuat Gabriel jengah.
"Nggak gratis," balasnya.
"Ih, kok gitu." tiba-tiba Haru datang menghampiri mereka berdua. Lalu memegang pergelangan Kayla seperti akan mengajak cewek itu pergi.
"Bisa ikut gue sebentar, nggak?" tanya Haru,
Kayla masih melongo, kenapa tiba-tiba cowok ini datang. "Ih, gue mau ke kelas tau. Mau kemana coba?" Kayla tak suka dengan sikap Haru, yang seenaknya memegang tangan secara tiba-tiba.
"Lepasin tangan dia!" bentak Gabriel,
"Wou, emang lo siapanya?" Haru dengan nada sengak, wajah culas itu menjadi garang. Sepasang netra pekat itu saling menatap. Tentu membuat Kayla khawatir kalau mereka nantinya akan berkelahi.
"Bukan urusan lo! Mending lo pergi!" cetus Gabriel.
Kayla memandang bergantian, Gabriel, Haru. Rasanya dag-dig-dug. "Kalian apa-apaan sih? Udah deh, kak Haru mending masuk kelas," ujar Kayla. "Dan kita, ayok masuk kelas juga. Nggak usah ladenin dia." ajak Kayla, seraya memaksa Gabriel berjalan. Daripada mengundang masalah pagi-pagi mending kita menghindarinya. Mengingat saat mereka saling bertarung dalam pertandingan Basket. Namun tidak jadi karena Kayla datang membubarkan semuanya.
Sesampainya di depan kelas X2, Kayla menyuruh Gabriel untuk mengantarkannya sampai masuk ke dalam kelas. Tentu saja Gabriel menolaknya, ini sangat berlebihan baginya. Cewek itu malah terkekeh melihat ekspressi Gabriel yang menggemaskan. "Gemes, aku bercanda kok. Makasih udah bikin aku makin semangat pagi ini." kata Kayla seraya tersenyum lebar.
"Iya, ok." balas Gabriel santai, kemudian melangkah pergi menuju kelasnya yang ada di lantai 2. Cowok itu tersenyum tipis ketika mengingat senyum Kayla. Nyaman di dekat gadis itu. Sedikit bisa melupakan rasa beban di hidupnya.
Segerombolan cewek tertuju padanya, Gabriel sudah terbiasa dengan tatapan mereka. Tapi, ada sesuatu yang memuakkan pagi ini. Maya menyegat di tangga, "Ada apa?" tanya Gabriel,
Maya mendekat, kemudian melipatkan kedua tangannya di atas dada. "Lo punya hubungan apa sih sama anak kelas satu itu? Lo jadi cowok jangan mudah digebet deh, kasian Airin yang udah baper sama lo!" ujar Maya,
Gabriel menyatukan alisnya bingung, sejak kapan ia mendekati Airin? Sampai gadis itu baper karnanya. "Maksud lo apa, ya?" tanya Gabriel jengah.
"Lo masih pura-pura bego? Cih, lo jadi cowok nggak peka banget sih, dari awal Airin itu suka sama lo! Eh lo malah kayak cuek gitu sama dia. Gabriel, kalian udah saling dekat. Kenapa nggak jadian aja sih!" jelas Maya, mengatakan hal seperti ini demi sahabatnya.
"Tunggi-tunggu, ini hidup gue. Kenapa jadi lo yang ngatur? Ck, gue sama Airin itu nggak ada perasaan sama sekali. Inget! Gue sama anak kelas satu itu nggak ada hubungan apa-apa! Jadi, lo jangan pernah nyari masalah sama dia!" tukas Gabriel seraya menajamkan tatapannya pada Maya, cewek keras kepala itu memang sudah mengenal Gabriel. Gabriel mengancam karena ia sangat tahu kelakuan Maya, Badgirl yang suka seenaknya dan kasar pada orang yang tidak ia suka!
Gabriel pergi begitu saja meninggalkan Maya di tangga. Cewek itu berdecak sebal karena tidak bisa menghasut Gabriel. "Dasar, untung sodara kalau bukan gue gibeng tu orang!" gerutu Maya, pada dasarnya ia tidak mengetahui hubungan Kayla dan Gabriel yang sebenarnya. Jika ia tahu, pasti akan sangat terkejut.
To be continued.