Chereads / The Legend Of Seven Star Knights / Chapter 1 - Kelahiran Bintang

The Legend Of Seven Star Knights

🇮🇩TESSA_ALFI_UTAMI
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 21k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Kelahiran Bintang

Senyuman sinar mentari hangat kini terasa telah menembus kulit dalam perjalanan melewati dinginnya kabut di daerah perbukitan hijau yang indah. Berkeliling sambil berkuda merupakan rutinitas yang tak lagi awam dilakukan oleh masyarakat sekitar bukit ini, begitu juga yang dilakukan oleh para peserta jelajah petualang dari Akademi Langit Nusantara atau biasa dikenal dengan nama AKALA. Para murid pun tengah menikmati sunrise bersama dengan caranya masing-masing. Ada yang duduk-duduk sambil mengobrol dengan temannya, ada pula yang berfoto ria, dan ada pula yang hanya melamun sambil menatap ke arah sunrise.

Sekolah ini telah melaksanakan kegiatan jelajah petualang selama dua hari dari kemarin yaitu kegiatan rutin untuk mengisi libur panjang, karena perjalanan menuju tempat perkemahan yang lama, di hari ini mereka baru akan melaksanakan pendirian tenda. Di balik ramainya lalu-lalang orang-orang yang ada disana, terlihat ada seorang remaja perempuan yang tengah berkuda dengan tenang, seolah dia telah ahli menaiki kudanya.



Rambut yang terurai panjang menambah kesan indah tersendiri jika dilihat, wajah menawan dan hidung mancung menambah kesan indah pada dirinya, rupanya ia bukan siswi pasif di sekolahnya melainkan seseorang yang cukup dikenal oleh kalangan guru dan para murid yang lain. Ia sering dikenal dengan sebutan KETOS atau Ketua OSIS, dan banyak orang yang memanggil namanya dengan...

"Samanta!!! Hei kesini cepetan!!!" teriak seseorang dari jauh kepadanya. Ya, dia adalah Horius Samanta atau biasa dipanggil nama belakangnya lebih simpelnya sih dengan Sam. Samanta pun mengarahkan kudanya ke arah orang yang tadi memanggilnya. "Ada apa?" Tanya Samanta. "Sam lo lihat deh, kayanya sunrise nya sedikit aneh yah?" Tanya temannya. "Ahh! Lo ngaco Din. Mataharinya biasa-biasa aja kok. Makanya kumpulin dulu tuh nyawa kalo habis tidur heheheh!" ledek Samanta kepada temannya yang bernama Dinda Ariana. "Emang luarnya sih biasa aja, tapi lo lihat deh di sekitarnya masa kaya ada cahaya hitam-hitam gitu sih, coba deh lo perhatiin lebih detail lagi?" pinta Dinda.

Samanta pun langsung memicingkan matanya berharap dia bisa melihat lebih jelas, namun anehnya bukan cahaya hitam itu yang dia lihat melainkan kejadian aneh yang merasuk dalam penglihatannya, kejadian masa lalu dimana tengah terjadi pertarungan yang hebat antara sekelompok manusia melawan monster yang begitu kuat. Pertumpahan darah, rasa keputusasaan, tangisan, pengorbanan dan luka yang begitu menyakitkan kini menggerayangi hati Samanta, Samanta mencoba untuk menyudahi penglihatannya namun hasilnya nihil sampai pada akhirnya sentuhan tangan Dinda menyadarkannya.

"Hei !! Sam !! lo kenapa? Kenapa lo malah melamun sih?" Tanya Dinda. "Eeee gue gue ngga papa Din, tadi itu cuma eee sudahlah gue jadi pusing nih." Kata Samanta sambil memegangi kepalanya. "Hehhhh ya sudahlah ayo kita gabung sama yang lain, cepet turun dari kuda. Seneng amat naik kudanya." Suruh Dinda. "Heheh iya iya." Jawab Samanta sambil turun dari kudanya dan menyerahkan kuda nya ke pawang yang tidak jauh dari dirinya. Mereka berdua pun berjalan menuju ke arah murid yang lain. Apa itu, kenapa begitu mengerikan. Apa itu tadi mimpi? Tidak itu bukan mimpi itu seperti nyata tapi peristiwa apa itu tadi? Tanya Samanta pada dirinya sendiri. Para murid pun kini berkumpul menjadi satu untuk mendengarkan instruksi dari gurunya.

Guru menginstruksikan agar malam nanti mereka semua berkemah di daerah bukit ini kurang lebih selama tiga malam, sekaligus untuk melaksanakan kegiatan sosial di sekitar perkampungan yang ada di perbukitan ini.

Di saat para murid lain sibuk mendirikan tendanya masing-masing, ada satu remaja yang kerjanya hanya makan saja, sampai-sampai dia dimarahi oleh teman satu kelompoknya. "Bum!!! Jangan makan terus dong, bantuin nih buat tendanya malah makan aja kerjanya huhh!!" kesal temannya "Iya iya bentar Van tanggung nih dikit lagi, habisnya gue laper perjalanan kita kan ngga deket." Jawab anak yang dipanggil Bum itu "Bumbum.. Bumbum.. baru juga dua hari ini, masa lapernya udah keterlaluan banget sih, cepetan habisin atau kalau ngga lo ngga boleh tidur bareng kita." Ancam teman satunya lagi sambil meledek "Ih kalian kok gitu banget sih, iya iya gue bantu nih." Jawab Bumbum dengan sedikit kesal "Nah gitu dong hehehe." Ketawa teman-temannya yang terdiri dari Larnix Revanius dan Nevil Prayoga.

Sedangkan Bumbum sendiri merupakan sebuah julukan kepada dirinya karena badannya yang gendut dan kebiasaannya yang suka makan, yang sebenarnya mempunyai nama asli Enggar Gustava. Selama satu jam lebih akhirnya semua tenda pun telah berdiri. Kegiatan berikutnya adalah mencari kayu bakar di sekitar hutan di sebelah utara bukit.

Untuk mencari kayu bakar sendiri dibagi beberapa kelompok, agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan cowok-cewek pun dijadikan satu agar cowok bisa melindungi yang cewek. Samanta beruntung bisa satu kelompok dengan pangerannya AKALA yang bernama Elderiusa Arjuna atau yang biasa dipanggil Arjuna, namun bagi Samanta sendiri dia termasuk cowok yang biasa saja tidak ada yang istimewa. Berbeda dengan cewek-cewek lain yang seolah-olah memperebutkan sang pangeran.

Sedangkan di kelompok yang lain terdapat Revan, Bumbum, Nevil, Kaira dan Dinda. Pencarian pun dimulai, mereka semua diberi waktu selama dua jam untuk mencari kayu bakar. Di perjalanan sendiri mereka asyik mengobrol dan memunguti kayu bakar, namun tidak untuk Samanta yang masih kelihatan bingung dengan apa yang tadi pagi dilihatnya. "Hei Sam, lo kenapa?" Tanya Arjuna "Eh lo Jun, ah ngga papa kok, cuma lagi ngga enak badan aja." Jawab Samanta Sambil tersenyum simpul "Kalo gitu gue minta yang lain istirahat aja sambil nunggu keadaan lo membaik yah?" Kata Arjuna "Ehh ngga usah Jun, lanjut aja gue ngga papa kok santai aja." Kata Samanta

"Alahhh palingan dia itu cuma caper Jun. udah sih biarin aja." Kata cewek yang sinis kepada Samanta. Dia adalah ketua geng The Angel atau geng cewek-cewek yang tajir, dia bernama Amara Giovani atau sering dipanggil Amar. "Hei lanjutin aja cari kayu bakarnya ngga usah ikut-ikut deh." Kata Arjuna, Amar hanya mendengus kesal dan meninggalkan mereka berdua.



Entah kenapa kepala Samanta kembali pusing dan bayangan masa lalu itu kembali merasuki pikirannya, Samanta begitu merasa kesakitan dan langsung memegang kepalanya yang kemudian disusul oleh Arjuna.



Mereka berdua terlihat kesakitan ketika ada tujuh sosok manusia yang tengah hinggap dalam otak mereka, tujuh manusia yang tersenyum lembut ke arah mereka. Namun anehnya mereka terbang dengan berpakaian seperti orang pada zaman kerajaan. Samanta dan Arjuna pun bingung dengan keadaan ini, dimana mereka seolah-olah tengah masuk ke dalam dunia mimpi yang terasa nyata. Tak lama kemudian ke tujuh manusia itu mendekat ke arah mereka dan memperkenalkan dirinya masing-masing.

"Selamat datang wahai keturunanku." Sapa seorang wanita yang anggun dan berada di tengah enam orang yang lain "Keturunan? Keturunan apa maksud kamu?" Tanya Arjuna "Kalian berdua adalah keturunan kami para anggota tujuh ksatria bintang, maaf kami telah memanggilmu ke dunia kami secara tiba-tiba, karena tak ada waktu banyak untuk menyembunyikan identitas kalian yang sesungguhnya." Kata seorang lelaki yang terlihat tegas "Kalian tak perlu takut kami disini adalah manusia seperti kalian, hanya saja kami ini istimewa yang mempunyai kekuatan lebih dari manusia biasa, kami ini keturunan rasi bintang ke enam yang telah lama pergi dari dunia sejak 700 tahun yang lalu." Sambung seorang wanita yang terlihat lebih muda dari wanita yang sebelumnya.

"Keturunan rasi bintang? Apa itu? Kami tak tahu apapun tentang itu, dan apa gunanya kalian memanggil kami kesini?" Tanya Samanta "Karena kami butuh kalian untuk melindungi bumi ini dari serangan musuh para bintang. Kalian adalah dua di antara tujuh keturunan kami, kami meminta bantuan pada kalian untuk mencari lima bintang yang lain. Sebelumnya perkenalkan aku adalah Claraus si bintang biru, aku merupakan pemimpin rasi bintang ke enam." Kata Claraus "Kalau aku adalah Elderius si bintang merah." Kata Elder "Sedangkan aku adalah Calico si bintang kuning." Sambung Calico "Kalau aku Larnix si bintang ungu." Sambung Larnix "Aku adalah Demolius si bintang jingga." Kata Demolius "Aku adalah Bilius si bintang hijau." Kata Bilius dan yang terakhir adalah "Aku Horius si bintang putih." Kata Horius sambil tersenyum ke arah Samanta.

"Horius? Sepertinya aku tidak asing dengan nama itu tunggu itu kan" "Iya itu adalah nama depan kamu Horius Samanta. Kamu adalah keturunanku si bintang putih." Jawab Horius "Tunggu bagaimana bisa, orang 700 tahun yang lalu menjadi nenek moyangku? Bahkan sampai tahun 2017 ini?" Tanya Samanta yang tak percaya "Karena takdir." Jawab Claraus "Dan kau Arjuna kau adalah keturunanku si bintang merah Elderius." Kata Elderius.

"Aku keturunan orang hebat? Wow keren!!" kata Arjuna yang sedikit bangga "Kalian berdua adalah keturunan kami para bintang, dan sekarang kami hanya minta pada kalian temukan lima bintang yang lain, karena waktu itu sebentar lagi akan tiba." Kata Claraus "Waktu apa maksud kamu?" Tanya Arjuna "Waktu dimana kalian akan merasakan kejadian yang kami alami pada masa lalu, karena dendam masa lalu masih hidup sampai sekarang." Kata Claraus "Tunggu!!! Kami tak mengerti." Kata Samanta "Lebih baik sekarang kalian selesaikan tugas kalian yang pertama." Pinta Horius "Tapi bagaimana kami menemukan keturunan yang lain?" Tanya Arjuna.

"Akan ada tanda bintang di bagian lengan kiri pada mereka termasuk pada kalian." Kata Demolius, Samanta dan Arjuna pun melihat lengan kiri mereka dan ternyata benar ada tanda bintang disana "Selain itu nama mereka juga ada kaitannya dengan kami, ingatlah kebenaran akan terungkap pada saatnya nanti." Kata Bilius, "Kalau kalian mencari keturunanku tak perlu repot, dia orang yang semangat tak mudah menyerah walau kadang jahil tapi dia selalu membawa keceriaan." Kata Larnix sambil terkekeh. Samanta & Arjuna pun hanya tersenyum mendengar kata Larnix.

"Baiklah kami mengerti, terima kasih telah memberitahu kami." Kata Samanta sambil tersenyum "Berjuanglah Sam, Juna sesungguhnya akan ada banyak rintangan yang menghadang kalian, tapi ingatlah ketika hidup menumbangkan kalian, hanya ada dua pilihan yang harus kalian putuskan yaitu bangkit atau tidak sama sekali." Kata Claraus, "Baik kami siap apapun risikonya, karena kami adalah keturunan bintang, tak ada kata gentar dalam hidup kami. Terima kasih eyang." Kata Arjuna "Baiklah sekarang waktunya kami pergi, sampai jumpa lagi keturunanku kami akan selalu ada sampai nanti saat The Finally tiba." Kata terakhir yang diucap Claraus sebelum tujuh bintang itu benar-benar menghilang dan keadaan pun kembali normal.

Samanta & Arjuna pun saling pandang satu sama lain, mencoba untuk menyatukan pikiran masing-masing apakah itu tadi benar adanya atau tidak. Untuk memastikan keduanya langsung melihat lengan kiri masing-masing, dan ternyata itu semua benar adanya, bahwa mereka adalah keturunan rasi bintang ke enam. Seketika itu pula di leher masing-masing sudah memakai kalung bintang, dimana Samanta dengan bintang putih, sedangkan Arjuna bintang merah.

Lama mereka berpikir, dan diakhiri dengan saling tersenyum satu sama lain.

"Sam itu nyata adanya, kita benar-benar keturunan orang hebat." Kata Arjuna "Jun, awalnya gue pikir itu semua hanyalah ilusi semata, tapi setelah gue alami sendiri gue yakin memang akan datang waktu dimana kita benar-benar menghadapi sebuah pertempuran yang hebat." Kata Samanta yang sedikit mulai takut "Hei Sam tenang, lo adalah ketos lo ngga boleh takut sama rintangan apapun jenisnya. Inget kita disini bareng kita bisa hadapi ini bersama, percaya sama kekuatan diri kita itu penting Sam (sambil menggenggam kedua pundak Samanta)" kata Arjuna.

Perasaan apa ini, kenapa begitu nyaman. Apa ini yang namanya ah tidak aku tidak pernah menyukai siapa pun Kata Samanta dalam hatinya. Mereka berdua lama dalam posisi saling berhadapan, sampai pada akhirnya mereka berdua sadar bahwa posisi itu tak mengenakan apalagi dengan status mereka yang hanya sebatas teman "Eeeee maaf gue terlalu bersemangat tadi, maaf yah? (Sambil garuk-garuk kepala dan tersenyum)" kata Arjuna "He he ee iya ngga papa kok Jun." jawab Samanta "Cie cie ada yang lagi kasmaran nih ekhemm!" ledek seseorang yang baru datang menghampiri mereka, yang tak lain orang itu adalah Dinda dan kelompoknya.

"Ih apaan sih Din, siapa juga yang lagi kasmaran? Lo kali sama Revan haha!!!" ledek Samanta "Eh.. eh..eh kok bawa-bawa nama gue sih?" sewot Revan "Ngomong-ngomong kalian udah dapet kayu bakarnya belum?" Tanya Nevil "Eh iya yah gue sampe lupa hehe, yaudah kita cari kayu bakar dulu yah. Eh! Bum bagi dong makanannya, jangan buat sendiri (Merebut makanan ringan yang ada di tangan Bumbum) Dahhhhh!!!!" pamit Samanta yang kemudian melangkah pergi dan diikuti oleh Arjuna. "Huhhh dasar ketos nyebelin!!!!!" kesal Bumbum. Mereka pun kembali melanjutkan pencarian kayu bakar.

Di kelompok lain sendiri terdapat anak-anak yang memang sudah terkenal di sekolahnya, seperti halnya Elang Bagas Pratama yang menjadi Pradana muda putra dengan pasangannya yaitu Altania Viona Ilazar sebagai Pradana muda putri, ada juga C. Elnesia Vera dan Sherinia Demolius merupakan penari putri terbaik, dan ada juga kumpulan coker atau cowok keren yang diketuai oleh Rama Pamungkas yang beranggotakan Panji, Yoga, Jonathan, dan termasuk Arjuna tetapi untuk Arjuna sendiri tidak begitu sering berkumpul bersama mereka. Waktu terus berjalan, sampai pada akhirnya sekarang sudah pukul 15.30 WIB. Semua murid pun kembali berkumpul di lapangan perkemahan. Kegiatan pun dilanjutkan, ada yang mulai mandi, memasak, dan lain-lain.

Di sisi lain ada sebuah tenda kuning dengan sedikit perpaduan warna jingga atau tepatnya tenda yang ditempati oleh Vera dan Sherin itu terlihat sedang asyik, ada anak yang sedang memasak, bermain gitar dan ada juga yang sedang duduk santai di dekat perapian. Sherin yang sedang asyik memainkan gitarnya bersama teman-temanya tiba-tiba merasakan sakit yang amat sangat di bagian lengan kirinya. Dia tiba-tiba menghentikan permainan gitarnya "Rin kenapa kok berhenti sih lagi asyik nih?" Tanya Kaira "Ngga tahu nih tiba-tiba lengan kiri gue sakit banget, gue ke tenda dulu yah ambil obat." Jawab Sherin "Oh yaudah deh jangan lama-lama yah?" pinta Kaira.

"Iya iya tenang aja." Kata Sherin yang kemudian menuju ke tendanya, di dalam tenda sendiri terdapat Vera yang sedang asyik bermain hp. Vera sedikit heran dengan tingkah Sherin yang terlihat kesakitan memegangi lengan kirinya "Rin lo kenapa?" Tanya Vera "Ngga tahu nih Ve, lengan gue sakit banget sumpah awwww!!!" kata Sherin "Coba sini gue lihat?" pinta Vera, betapa terkejutnya Vera ketika melihat luka yang ada di lengan kiri Sherin. Bukan karena besar kecilnya luka melainkan bentuknya yang begitu aneh "Ve kenapa? Kok lo malah bengong sih?" Tanya Sherin "Rin luka lo kok aneh sih." Jawab Vera.

"Aneh gimana?" penasaran Sherin "Luka ini berbentuk bintang Rin, dan di sekitar luka ini kaya ada cahaya jingga-jingga gitu Rin." Kata Vera "Ah masa sih ada luka kaya gitu Ve? Tapi ini tuh sakit banget Ve." Kata Sherin yang sudah mulai meringis kesakitan. "Coba lo tahan, gue mau ambil kotak P3K dulu." Kata Vera yang mulai membuka tasnya dan mengambil kotak P3K yang ada di dalamnya, Vera mulai meneteskan sedikit demi sedikit cairan obat merah ke atas luka itu.

Namun anehnya luka itu bukan lagi berbentuk luka melainkan seperti tanda lahir atau sejenis tatto yang sudah rata dengan kulit Sherin. "Ve kenapa lagi?" Tanya Sherin "Lukanya sudah berubah jadi tatto Rin!" kata Vera yang terkejut dengan perubahan itu "Apa!!!!!! Ngga.. ngga mungkin, tatto ini harus hilang Ve nanti dikiranya gue anak yang ngga bener lagi aaaa tidakkkk!!!" histeris Sherin, Vera mencoba menghilangkan tanda itu dengan menggosok-gosokkan telapak tangannya ke lengan Sherin, namun tiba-tiba...

"Tanda itu ngga akan pernah hilang Rin." Kata seseorang yang memasuki tenda mereka tanpa izin "Samanta kok kamu bisa ada disini sih?" Tanya Sherin yang sedikit terkejut. Samanta yang mengerti apa yang harus ia lakukan langsung menggenggam tangan Sherin dan memperlihatkan tentang bayangan masa lalu bintang...

Flashback 700 years ago..

"Mungkinkah ini memang takdir kita?" Tanya seseorang yang mulai membuka percakapan dalam perjalanan mereka "Kadang hidup tak bisa kita tebak, namun hanya bisa kita jalani." Jawab seorang laki-laki yang berwibawa "Ingin rasanya aku menghirup udara kebebasan tanpa adanya ikatan seperti ini." Kata orang itu lagi "Hehe tapi semua ini sangat sayang untuk kita lewatkan bukan?" kata laki-laki yang sedikit terlihat jahil "Yah itu karena kamu terlalu bersemangat dan sangat cerewet, makannya asyik aja kamu mah." Kata temannya yang lain "Haha!!!! Biarkan saja, coba deh bayangin kalo ngga ada aku pasti ngga bakal seru kan?" ledek laki-laki itu lagi "Hem itu hanya perasaanmu saja Larnix." Kata teman yang satunya lagi "Kakak apakah kita akan menghadapi sesuatu yang sangat menakutkan pada hari ini?" Tanya seorang wanita yang lebih terlihat sebagai gadis kecil.

Dia hanya terdiam merasakan hembusan angin lembut yang menerpanya, memejamkan mata entah apa yang dia pikirkan. Detik demi detik berlalu, alam semakin lembut memberikan kesejukan, seolah-olah ingin membuatnya menjawab pertanyaan dari sang adik "Entahlah, mungkin saja bukan hanya menakutkan tetapi..." Suara yang begitu anggun namun selalu membuat hati menjadi menerima perasaan yang aneh, yah dialah Claraus sang pemimpin para tujuh ksatria bintang.

"Tetapi apa Clara?" Tanya seorang anggotanya "(Membuka mata) tetapi juga menyangkut nyawa kita." Jawab Claraus kepada anggotanya yang bernama Elderius "Clara apakah memang harus kita yang menghadapi?" Tanya anggotanya yang lain yang bernama Bilius "Yah itu benar, kita hanya menghadapinya tetapi bukan untuk memusnahkannya." Jawab Claraus

"Maksudmu?" Tanya Demolius "Kita mungkin memang kuat namun tugas yang sesungguhnya untuk kita hanyalah menghadapinya, kita sendiri tidak tahu apakah kita bisa mengalahkannya atau tidak." Kata Claraus. Sungguh ketakutan yang terbesar yang harus mereka hadapi di sebuah bukit yang tenang, mereka saling memandang & terhanyut dalam pikiran masing-masing, apakah begitu menakutkan lawan yang harus mereka hadapi? "Lalu jika kita hanya bertugas menghadapinya, siapa yang akan mengalahkannya jika seandainya kita mati?" Tanya Horius

"(Tersenyum) para bintang yang baru." Jawab Claraus "Maksudmu?" Tanya Elderius "Para keturunan kita nanti." Jawab Claraus, yah pasangan bintang itulah Claraus dan Elderius mereka telah dilukiskan akan memberikan keturunan yang sangat kuat dan akan menjadi legenda rasi bintang terakhir. "Hem cieee mesranya pasangan kekasih ini hehe!" ledek Larnix "Bilang aja kamu ngiri hihihi!" kekeh Calico "Ih ya ngga lah wleee!" kata Larnix.

"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanya Bilius "Mungkin kita hanya bisa menunggu disini sampai mereka datang." Jawab Elderius. Ketika semua sedang berjaga-jaga, hal yang tak terduga menimpa sang pemimpin bintang "Aaarrrrggghhhh!!!!!!!!" teriak Claraus "Clara!!!!!" teriak Elderius yang kahawatir "Astaga!!! Elder segelnya!!!" teriak Horius. Ya Tuhan kenapa segelnya bisa terbuka, siapa yang mampu melakukan ini? Tanya Elderius dalam hatinya "Kalian cepat cari orang yang telah membuka segel halycon!!!" pinta Elderius "BAIKKKK!!!!!" jawab ke lima bintang yang lain, dengan usaha yang keras, Elder berusaha untuk menutup kembali segel halycon.

"Aaarrrggghhhh!!!!" ronta Claraus "Shittttt!!!!! Halycon jangan keluar, aaaaaaaa!!!!!" Teriak Elderius saat tubuhnya terpental tak bisa menutup segel halycon kembali. "GRRRRAAAAAA!!!!!!!" suara keras halycon yang menggelegar, karena telah berhasil keluar dari segelnya. "Astaga!!! Dia telah keluar, siapa yang telah melepaskannya?" curiga Bilius "Bukan orang biasa yang pasti, karena dia telah mengetahui jurus untuk membuka segel halycon dan kemungkinan dia tidak jauh dari sini." Kata Larnix "Lebih baik kita kembali kesana dan membantu Elderius, karena kemungkinan kita juga tak akan menemukan orangnya." Kata Demolius "BAIKK!!!!" kata mereka serempak.

Mereka pun langsung melesat pergi dengan cepat menuju ke arah Elderius.

"GROOAAA!!!!!" halycon semakin beringas dan mulai memorak-porandakan keadaan alam sekitar. Ada yang telah mengendalikannya, tapi siapa dia? Elderius bertanya-tanya dalam hatinya, tak lama kemudian para lima bintang yang lain pun telah kembali "Elder sekarang bagaimana?" Tanya Larnix "Aku tidak tahu. Mungkin sekarang kita harus melawan Halycon." Jawab Elderius "Lalu bagaimana dengan keadaan Claraus?" Tanya Horius "Aku baik-baik saja." Jawab Claraus sambil meringis kesakitan, karena cukup banyak darah yang keluar dari mulutnya. "Halycon!!!! Tenanglah kita adalah sahabat, kau ingat!!!? Kita sahabat!!!" teriak Claraus pada Halycon dan mencoba menenangkannya.

Namun apa daya Halycon kini tengah dikuasai oleh orang lain yang entah siapa itu dan dimana dia sekarang. "Baiklah kalau begitu. Formasi bintang!!!" teriak Claraus pada anggota bintang "Baikk!!!!" jawab anggota bintang. "Kakak kau yakin, kau baik-baik saja?" khawatir Calico "Tenanglah adikku, aku tidak apa-apa. Percayalah (tersenyum)." Kata Claraus "Clara maafkan aku?" sesal Elderius "Tak apa Elder." Jawab Clara "GRROAA!!!!" Halycon semakin mengamuk dan membabi-buta. Pertarungan pun dimulai, sepertinya halycon dibebaskan karena ada maksud tertentu yaitu untuk membunuh para tujuh bintang rasi ke enam, Halycon adalah salah satu kekuatan yang ditakdirkan ada pada tubuh pemimpin tujuh bintang. Kekuatan besar yang harus disegel, namun dia bisa menjadi sahabat ketika dia dan juga pemiliknya bersatu.

GRRROAAA, BEESSSS, DEEEMMM, DARRR saling beradu kekuatan, itulah yang sedang terjadi dalam perlawanan tujuh bintang untuk menghadapi Halycon. "Kita tidak bisa mengalahkannya, dia terlalu kuat untuk kita hadapi sekarang." Keputusasaan yang kini melanda Calico mulai merambat pada anggota bintang yang lain kecuali pada sang pemimpin Claraus. "Saudaraku apakah kalian menyadari sesuatu hal yang kita lupakan?" Tanya Claraus "Sesuatu yang kita lupakan? Apa itu?" Tanya balik Larnix "Bukankah kita hanya bertugas untuk menghadapinya bukan untuk mengalahkannya?" kata Claraus menekankan.

"Tunggu!! Jika sekarang kita hanya menghadapinya, apa mungkin kita akan menunggu bintang yang baru sedangkan mereka sendiri belum terlahir?" Tanya Bilius "Halycon adalah kekuatan bintang, dia tidak mungkin musnah ataupun dihancurkan. Dia hanya bisa disegel dalam tubuh seseorang yang tak lain itu adalah tubuh pemimpin bintang." Jelas Claraus. Sebuah tanda tanya besar yang ada di benak para anggota bintang, apa yang dimaksud oleh Claraus dan kapan atau pada siapa Halycon harus disegel kembali, lalu apa yang harus mereka lakukan sekarang "Mungkin kalian bertanya-tanya, tentang apa, kapan, dimana dan pada siapa kita harus menyegel Halycon. Halycon akan aku segel pada keturunanku si bintang biru rasi ke tujuh." Kata Claraus "Apa maksudmu? Apa kita akan menggunakan tubuh putri bintang untuk tempat penyegelan Halycon? Aku tidak setuju!" sanggah Elderius.

Elderius tidak mau tubuh putrinya sendiri untuk tempat penyegelan monster itu, karena dia tidak mau lagi kehilangan dan mengalami penyesalan yang kedua kalinya. Anggota bintang yang lain sendiri hanya bisa terdiam, berpikir apa yang harus mereka lakukan. "Elder putri bintang memang sudah ditakdirkan untuk menyimpan kekuatan itu. Tidak ada pilihan lain selain menggunakan tubuhnya." Jelas Claraus "Lalu apakah sekarang mereka telah terlahir?" Tanya Demolius "Mereka akan segera terlahir kecuali bintang biru, tapi untuk sekarang kita harus fokus untuk menghadapi halycon mengerti!!!" kata Claraus, formasi bintang pun kembali digunakan untuk melawan halycon, namun kekuatan halycon begitu besar sehingga para tujuh bintang pun tidak sanggup untuk mengalahkannya.

Setelah lama bertarung, tujuh bintang mulai kewalahan dan mendapatkan serangan secara bertubi-tubi sampai mereka pun terluka cukup parah. "Kita tidak bisa melawannya lagi Clara, dia terlalu kuat. Semuanya akan berakhir Clara." Kata Bilius yang kesakitan "Bukankah itu memang tujuan Halycon dilepas? Dan inilah tugas terakhir kita sebagai bintang rasi ke enam? Tak perlu takut saudaraku, jangan pernah menyerah. Kita keluarkan seluruh kemampuan kita." Kata Claraus mencoba meyakinkan anggotanya.

"Kita itu satu, kita adalah bintang jika memang ini yang harus kita hadapi, hadapilah dan jangan pernah lari dari kenyataan kita." Kata Claraus yang memberi semangat pada anggotanya yang kelihatan sudah berputus asa. "Sekarang lepaskan kalung bintang kalian, dan taruhlah di atas tanah kemudian bentuklah formasi lingkar bintang." Perintah Claraus "Lalu bagaimana denganmu kak?" Tanya Calico "Aku akan menyusul dik, karena ada tugas yang harus kakak selesaikan." Kata Claraus. Ke enam bintang lainnya pun langsung mengikuti perintah dari sang pemimpin "Bacalah harapan bintang kalian, setelah itu kalung bintang akan aku serahkan pada Elezar." Kata Claraus.

Claraus telah mengerti benar apa yang harus dia lakukan dan ternyata benar, setelah harapan bintang diucapkan, Elezar pun datang untuk mengambil dan menjaganya. "Elezar tolong jaga kalung bintang ini dan untuk selanjutnya kamu tahu apa yang harus kamu lakukan?" kata Claraus "Ya aku tahu itu dan aku mengerti, tapi bukankah itu berarti...." Elezar tidak melanjutkan kata-katanya karena ketika dia menengok ke arah enam bintang yang lain, mereka telah tergeletak tak bernyawa. "Elezar aku mohon padamu, tunggulah aku melepas kalung bintangku ini setelah aku menyegel halycon, karena sebentar lagi aku juga akan menyusul bintang yang lain." Pinta Claraus

"Baiklah." Dengan berat hati Elezar menyanggupi permintaan dari sang pemimpin bintang dan dia pun harus siap menyaksikan kematian orang yang sangat dia sayangi sebagai sahabatnya itu. Claraus pun pergi menghadapi halycon seorang diri, dengan bersusah payah dia melawannya, namun Tuhan tengah berada di pihaknya dan akhirnya Claraus pun berhasil menyegel Halycon kembali di kalungnya yang akan diberikan pada anaknya, dalam kenyataannya sendiri sang putri bintang ke tujuh sudah menjadi wadah untuk Halycon saat Claraus berhasil menyegelnya.

Setelah semuanya selesai, Claraus pun tak lama kemudian menyusul para enam bintang yang lain, namun sebelum itu, dia menemui Elezar dengan tertatih kesakitan "E.. ele.. zar sekarang tugasku sudah selesai. Aku telah berhasil menyegel halycon di kalung ini, jagalah kalung ini dan kalung bintang yang lain." Kata Claraus "Baiklah aku mengerti." Jawab "Elezar Aku percayakan kalung ini padamu sahabatku." Kata Claraus, dengan kesakitan Claraus masih sempat memberikan senyum terakhirnya pada sahabatnya itu, Elezar menangis tak kuasa melihat para bintang sudah tergeletak tak bernyawa termasuk Claraus dan lama-kelamaan tubuh mereka pun memudar dan menghilang.

"Aku akan menjaga kalung ini baik-baik, aku janji pada kalian para tujuh bintang rasi ke enam." lalu Elezar pun kembali ke tempatnya.

End flashback....

Samanta pun membuka matanya dan melepaskan genggamannya pada Sherin "Apa itu tadi Sam?" Tanya Vera. Astaga kenapa Vera bisa melihat hal itu. Bukannya yang bisa melihat hanya keturunan bintang saja kata Samanta dalam hatinya. "Ve bagaimana lo bisa?" Tanya Samanta keheranan "Tadi ngga sengaja tangan Sherin megang tangan gue, karena dia terkejut dengan tindakan lo yang tiba-tiba." Jelas Vera "Tapi tadi itu apa Sam? Dan apa itu tujuh ksatria bintang?" sambung Sherin "Penjelasannya panjang Rin, kalo lo mau tahu kebenarannya nanti malam temui gue sama Juna di deket tenda gue, dan lo Ve lo juga ikut karena lo tadi juga lihat tentang peristiwa itu." Kata Samanta yang kemudian keluar tenda lalu pergi, sedangkan Vera dan Sherin sendiri hanya bertatapan dan saling memahami apa yang sebenarnya mereka lihat tadi.

Malam harinya sekitar pukul 19.00 WIB Sherin dan Vera pun menemui Samanta yang sudah duduk dengan Arjuna yang tengah menanti kedatangan mereka. "Datang juga akhirnya, gue kira lo bakal lari dari masalah tanda bintang yang ada di lengan lo itu." Kata Samanta "Engga kali ini gue serius mau tahu apa itu tujuh ksatria bintang Sam." Kata Sherin "Eh tunggu dulu, ngomong-ngomong kalian udah Shalat isya?" Tanya Arjuna "Udah dong kita kan anak rajin, wleeee!! (Menjulurkan lidah)" kata Vera dan Sherin "Hmm nah kamu udah belum Sam?" Tanya Arjuna "Maaf gue non muslim Jun." jawab Samanta

"Oh maaf gue ngga tahu, yaudah gue minta izin sholat dulu ya, nanti gue balik lagi kesini." Kata Arjuna yang kemudian pamit pergi.

"Oke Sam. Sekarang jelasin ke kita apa itu tujuh ksatria bintang?" Tanya Sherin "Awalnya gue juga ngga tahu Rin, gue kira itu cuma ilusi semata. Tapi setelah gue ngalamin sendiri bareng sama Arjuna, gue jadi yakin kalo kita emang keturunan mereka para manusia hebat." Jelas Samanta "Oh jadi tanpa disengaja, kalian itu masih terhubung dengan kisah bintang 700 tahun yang lalu. Ibaratnya kalian itu emang takdir yang telah lama ditunggu oleh mereka." Sambung Vera

"Mungkin saja Ve, tapi sampai sekarang sejak kejadian tadi siang. Gue sama Arjuna baru nemu Sherin si bintang jingga atau keturunan Demolius, dalam kata lain masih ada empat lagi yang belum ketemu. Arjuna si bintang merah, gue si bintang putih dan Sherin si bintang jingga lalu...." "Tinggal bintang hijau, ungu, kuning dan yang terakhir sang pemimpin yaitu bintang biru." Sambung Vera "Ah lo bener, tapi siapa ke empat orang itu?" bingung Samanta, tak lama kemudian Arjuna pun datang kembali

"Kalo misalnya tinggal empat orang lagi, coba deh kita lihat tujuh bintang yang dulu. Mereka terdiri dari empat cewek dan tiga cowok siapa tahu keturunan kali ini gendernya sama. Nah sekarang kan udah ada dua cewek dan satu cowok, berarti kalian hanya tinggal mencari dua cewek dan dua cowok lagi." Kata Vera. Kenapa Vera bisa tahu tentang tujuh bintang? Bukannya dia anak biasa kata Arjuna dalam hatinya yang kemudian menatap Samanta dan memberikan bahasa mata yang seolah-olah bertanya kenapa Vera bisa tahu?

"Mmm gini Jun, lo pasti bingung kenapa Vera bisa tahu kan? Sebenarnya waktu Samanta memperlihatkan bayangan 700 tahun yang lalu itu, gue ngga sengaja megang tangan Vera dan akhirnya tersalur deh. Tapi yang masih gue bingungin, kenapa Samanta bisa tahu kalo salah satu keturunan bintang ada di tenda gue dan ternyata itu adalah gue?" bingung Sherin. "Sebelumnya gue nerima rungu amanat entah dari siapa, yang berkata bahwa bintang jingga telah keluar dan ternyata ada di tenda lo, gue lari dan akhirnya gue tahu siapa bintang jingga itu." Jelas Samanta

"Oke sekarang kalo misalnya kita cuma butuh empat lagi, kita bagi tugas aja. Gue bagian yang cowok dan Samanta sama Sherin bagian yang cewek." Kata Arjuna "Gue setuju! Tapi lebih baik Vera juga ikut karena dia juga udah tahu tentang rahasia kita." Kata Sherin, Arjuna dan Samanta pun mengangguk menyetujui pemikiran Sherin. Mereka pun kembali ke tenda masing-masing. Pada malam harinya sekitar pukul 20.00 WIB, terlihat banyak murid yang sedang bernyanyi-nyanyi ria dan ada pula yang asyik dengan kegiatannya masing-masing.

Saat itu terlihat ada dua pasangan yang tak asing, di balik cahaya api unggun yang remang-remang terlihat pasangan itu sedang mengobrol membicarakan sesuatu yang penting "Vi, bentar lagi kan jelajah petualang ini akan selesai, setelah itu kita balik lagi ke sekolah. Yang mau gue tanyain, apa proker pramuka kita selanjutnya untuk ke depan?" Tanya anak cowok itu pada seseorang yang dipanggil Vi, yang tak lain itu adalah Viona "Menurutku lebih baik kita istirahat sebentar Lang, karena jika kita langsung ngadain kegiatan lagi, anak-anak pasti bakal capek." Kata Viona pada sahabatnya Elang.

"Hmm iya juga sih yah, eh ngomong-ngomong Mawar mana yah? Dari tadi siang gue ngga lihat dia?" Tanya Elang sambil melihat ke arah kerumunan murid yang lain "Ngga tahu." Jawab Viona dengan cuek dan terasa lebih dingin "Ih! Lo kenapa sih? Jadi orang tuh jangan dingin kaya es batu napa, nanti yang ada orang-orang yang ada di dekat lo bisa ketakutan loh hehe!" ledek Elang, namun Viona hanya terdiam memandangi api unggun yang ada di tengah kerumunan murid yang lain, tak lama kemudian ada dua orang anak yang menghampiri mereka

"Permisi apa kalian adalah pradana AKALA?" Tanya salah satu anak itu "Iya kami adalah pradana AKALA, ngomong-ngomong siapa kalian, kayanya gue baru lihat kalian deh selama satu tahun sekolah di AKALA?" Tanya Elang "Oh ya, kenalin gue Robi dan ini temen gue Exel." Kata Robi "Oh, gue Elang dan ini Viona." Sambung Elang, namun bagi Viona sendiri kedua anak ini terasa aneh, dan begitu tajam memperhatikan dirinya dibanding Elang. "Lang lebih baik kita pergi dari sini." Kata Viona yang kemudian berlalu pergi

"Ehh..eh..eh Vio tunggu!!! Yaudah kita cabut dulu yah, sampai jumpa!!" kata Elang yang kemudian berlalu pergi. Tanpa Elang sadari kedua anak yang baru saja memperkenalkan dirinya, tengah berseringai entah apa itu artinya yang jelas itu kelihatan tidak baik "Itu yah anaknya?" Tanya Exel pada Robi dengan nada sedikit licik "Yah itu dia anaknya, sekarang kita hanya tinggal menutupi sebuah kebenaran yang nyata. Jangan sampai mereka menemukan anak itu, karena dialah harapan kita." Kata Robi yang kemudian tersenyum ke arah Elang dan Viona pergi. Robi dan Exel pun pergi ke tendanya.

Di sisi lain terlihat tenda Revan sedang ramai, nampak nya penghuni tenda itu sedang bercanda ria "Hei Bum!! Ada makanan ringan ngga, gue minta dong?" kata Revan "Emang makanan lo kemana? Ngga boleh ini buat gue aja ngga nyukup apalagi kalo gue bagi ke lo!" jawab Bumbum "Yaelah minta dikit kek, laperrrrrrrr banget nih gue." Kata Revan "Ngga boleh!!! Cari aja di luar sana!" kata Bumbum "Yaelah, pelit amat lu. Yaudah deh gue cari di luar aja, lo disini aja jagain tuh si tukang molor hihihi!!" kekeh Revan "Iya iya udah sana pergi!" Kata Bumbum yang sedang asyik makan.

Revan pun pergi untuk mencari makanan, setelah cukup lama mencari dia pun menyerah karena memang sulit mencari makanan pada pukul 21.00 WIB, karena kebanyakan para murid sudah tidur "Hehhh (Menghela nafas) masa ngga ada makanan sama sekali sih, haduh laper berat nih!" kata Revan yang kemudian duduk di dekat api unggun yang masih menyala "Nih buat kamu, kelihatannya kamu lagi laper." Kata seseorang dari belakang Revan, Revan pun menengok ke arah suara itu "Eh lo Ve, kok jam segini belum tidur sih?" Tanya Revan yang kemudian menerima uluran makanan dari Vera

"Hem ngga tahu lagi insom nih, nah lo sendiri belum tidur karena kelaparan yah?" Tanya Vera dengan sedikit meledek "Hehe tahu aja lo mah, mmm ngomong-ngomong makasih makanannya yah?" Tanya Revan "Iya sama-sama." Kata Vera tersenyum lembut ke arahnya, entah kenapa senyuman Vera membuat Revan tanpa tersadar dan berkata lirih Cantik.



"Apa? Lo tadi bilang apa Van?" Tanya Vera yang sedikit mendengar kata Revan yang kurang jelas "Ah eh bukan apa-apa hehe." Kata Revan yang langsung bulshing dan menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tak gatal.

"Hei!! Kalian belum tidur?" teriak seseorang dari kejauhan "Siapa itu Van?" Tanya Vera yang mulai memicingkan matanya ke arah teriakan itu "Oh itu si Farel, atau nama lengkapnya Farelinan Bilius." Kata Revan yang terlihat tidak kesulitan saat melihat Farel dari kejauhan. Kenapa mata Revan bisa setajam itu, padahal jaraknya agak jauh? Keren banget tuh mata kata Vera yang memandangi mata Revan, Revan yang sadar dirinya sedang diperhatikan hanya bisa bermuka merah dan "Apaan sih Ve, jangan lihatin gue kaya gitu dong!" Kata Revan yang malu.



"Hihihi gue tuh cuma heran aja, kok lo bisa lihat jelas dalam keadaan remang-remang gini, agak jauh pula tuh?" Tanya Vera "Mmm entahlah, tapi yang gue tahu kita bukan hanya memanfaatkan mata untuk mengetahui seseorang, kita bisa juga menggunakan pendengaran atau cukup melihat bayangannya saja. Bayangan bukan berarti tak terlihat dalam keadaan gelap,

karena bayangan itu akan selalu bergerak sesuai dengan kenyataan dan bayangan adalah apa yang selalu kita lakukan. Dari suara dan gerak-geriknya gue udah tahu kalau itu adalah Farel." Jawab Revan.

Vera hanya bisa tertegun mendengar jawaban yang tak pernah ia duga dari mulut Revan, sedangkan Farel sendiri mulai mendekat ke arah mereka "Oh lo Van, kenapa belum tidur? Eh! Ada Vera juga ternyata." Kata Farel "Iya nih tadi Revan kelaperan, makannya gue kasihan sama dia, terus gue kasih makanan dan nemenin dia di disini deh, kalo gue sendiri lagi insom Rel." kata Vera "Ciee yang ditemenin asyik dong!" goda Farel pada Revan "Apaan sih, nah lo sendiri belum tidur kenapa?" Tanya Revan "Gue sama kaya Vera nih." Jawab Farel, Vera & Revan pun hanya meng OH ria atas jawaban Farel.

Ketika mereka sedang asyik mengobrol, Vera tiba-tiba melihat dua bayangan yang bergerak-gerik aneh sekitar 500 meter di depan mereka.

"Hei guys, kayanya ada yang aneh deh di depan kita." Kata Vera "Apaan Ve?" Tanya Farel "Lihat itu.. ada dua bayangan yang gerak-geriknya mencurigakan." Kata Vera sambil menunjuk ke arah yang dimaksud. Farel & Revan pun langsung melihat ke arah yang ditunjuk oleh Vera "Mereka lagi apa yah malam-malam gini? Kenapa mereka bawa..." "Astaga! Itu golok!" kaget Vera yang menyambung kata Revan yang menggantung "Ah! Lo benar Ve, lebih baik kita ikuti mereka takutnya mereka berbuat yang macam-macam." Ajak Farel.

Mereka bertiga pun langsung membuntuti dua bayangan yang mencurigakan itu, lama mereka berjalan secara diam-diam untuk mengikuti, tiba-tiba bayangan yang ada di depan mereka menghilang dengan cepat "Ha!!! Apa itu tadi vampire yah? Hiii serem amat." Merinding Revan "Ah! Masa tahun 2017 masih ada vampire kaya ngga mungkin banget deh." Sela Farel "Tapi buktinya mereka ngilangnya cepet kan Rel hiii serem amat." Kata Revan "Eh lo jangan nakut-nakutin dong Van, kita kan cuma ngikutin mereka kalo mereka ngilangnya cepet wajar aja kali karena mereka mungkin udah tahu kita mbuntutin." Kata Vera.

"Ya tapi aneh juga sih Ve, masa manusia normal bisa ngilangnya cepet banget bahkan ngga ada jejak sama sekali." Sanggah Farel. Vera pun coba untuk berpikir, benar adanya perkataan dari Farel. Kalau memang mereka manusia normal pasti akan ada suara ketika mereka bersembunyi dan larinya juga tidak akan cepat seperti dua bayangan itu.