Chereads / Atlanesia / Chapter 7 - Serangan Tak Terduga

Chapter 7 - Serangan Tak Terduga

Mereka tak langsung menuju tempat persembunyian dimana para klan Arya muda sudah bersiap perang sekarang dengan alat seadanya. Wasishta mengajak Adidev dan Bara pergi ke sarang para Ahool itu lagi, untuk mengantarkan keturunan yang berhasil mereka selamatkan tersebut. begitu sampai sambutan waspada yang mereka dapat, sepertinya rasa benci kepada manusia membuat mereka ingin melakukan sesuatu pada mereka bertiga,namun begitu melihat Wasishta yang kepayahan menggendong keturunan mereka sikap waspadanya berubah, tak ada lagi wajah yang ingin menyerang terlihat dari mimik mereka,

Adidev sedari tadi memang lebih mengamati kebiasaan mereka, dan membuat kesimpulan jika benar mereka adalah makhluk yang cerdas, dan bisa memiliki ketakutan dan trauma, Wasishta menyerahkan anak Ahool itu kepada kelompoknya dan kemudian mereka bertiga pergi, tak ada suara dari mereka (para ahool), hanya terdengar kepakan sayap mereka menjauh dari pintu gua, mungkin mereka langsung kembali ke sarangnya. Akhirnya mereka sampai dengan selamat di tempat persembunyian, dan membuat lega para rombongan yang lainnya. mereka memilih beristirahat, saat akan masuk ke dalam kendaraan tiba- tib datang Ahool yang memiliki bulu berwarna merah tadi, ia melemparkan beberpa ikan besar ke kendaraan dan kemudian pergi menghilang di antara kegelapan malam, mungkin itu sebagai ucapan terimakasih. Wasishta mengambil salah satu hadiah pemberian lalu melambaikannya pada Ahool yang telah menghilang.

Keesokan paginya, sebelum berangkat lagi menuju ke pelarian selanjutnya Wasishta melindungi pulau tersebut dengan kekuatannya, ia membuat dinding transparan di pulau tersebut hingga tak terlihat dari luar, seperti pulau itu menghilang, ini ia lakukan agar para Ahool tak bisa keluar dari pulau itu, dan tak ad juga yang dapat mengganggu mereka. Lalu merekapun pergi meninggalkan pulau tersebut dengan para Ahool di yang tersembunyi disana.

Sementara di Kartavia, para penduduk Kartavia begitu terkejut terutama para klan Abdi, dengan apa yang terjadi di perbatasan, setelah seorang saksi yang melaporkan kepada klan Abra memberikan berita tersebut ke seluruh klannya. Mereka semua mencoba melihat sendiri di wilayah perbatasan.

Tentara klan Abra yang mengetahui keberadaan para Arya muda dari laporan di pusat Abra segera mengejar kendaraan mereka, ternyata keberadaan tentara klan Abra tak jauh dari rombongan mereka, begitu melihat kendaraan Adidev dan kawan-kawannya mereka segera menyerang kendaraan tersebut dengan senjata mereka, untunglah kendaraan itu di rancang oleh Bara dengan sempurna, ia menggunakan bahan anti peluru yang cukup tebal, dan juga memasang kaca dengan kaca anti peluru juga, namun utu cukup membuat penghuni di dalamnya kaget dengan suara senjata api dari para tentang Abra. Akhirnya mau tak mau mereka harus bersiap melakukan serangan balik,

" sekarang kita harus siap berperang!" ucap Adidev pada semua klan Arya muda,

"Untuk orang tua kita, untuk keselamatan kita!" lanjutnya lagi. Semua klan Arya begitu bersemangat, kali ini mereka siap, dengan kekuatan Wasishta yang mampu membuat benteng untuk mereka, seperti yang ia lakukan saat berhasil membawa pergi klan Arya muda. Wasishta juga mengajukan diri untuk maju bersam Arya muda, profesor Abimata dan Bara bertugas sebagai pertahanan belakang. kini perangoun tak dapat dihindari lagi oleh para Arya muda

*******

Sementara pemimpin tertinggi ingin menemui orang tua Adidev sambil menunggu laporan dari para tentaranya. ia akan memperlihatkan perang itu langsung di hadapan keluarga Adidev ia ingin tahu apa jadinya jika orang tua Adidev melihat sendiri kematian anaknya, itu pasti akan membuatnya terluka, dan itu akan membuat pemimpin tertinggi bisa merubah ketua klan menjadi monster paling kuat diantara tentara monsternya yang lain. sementara istrinya bisa di jadikan selir selanjutnya.

Tahanan klan Arya akhirnya di perintahkan untuk bertemu pemimpin tertinggi, awalnya sang ketua menolak, tapi begitu tahu bahwa itu berita tentang putranya, ia menyetujuinya, dengan istrinya ia pun pergi menemui pemimpin tertinggi.

******

Adidev dan yang lainnya kini dalm posisi menyerang, Wasishta menolong mereka dari belakang dengan kekuatannya, klan Arya muda berperang di udara dengan mengandarai papan luncur terbang mereka, senjata berupa tembakan panah, panah, dan lainnya menghiasi langit, untunglah mereka masih berada di atas laut, jadi jika semua amunisi meleset penduduk di bawah tak ada yang terkena anak panah juga senjata mereka yang lain.

Kali ini para pemanah sudah bersiap di tempatnya, Adidev sebagai pemimpin memulai intruksi menyerang lagi dengan tegas, seperti Ayahnya, Adidev dapat memimpin barisan perang ini dengan baik. sehingga tak ada korban jiwa dari mereka, mungkin hanya luka kecil dan luka berat, dan sebelum salah satu dari mereka jatuh, kekuatan Wasishta menangkap klan Arya muda agar itu semua tak terjadi. Selama pertarungan tanpa Adidev ketahui, seseorang tengah mendukungnya dan melihatnya dengan bangga dari kejauhan. Ayah dan ibunya meskipun mereka tak berkata apapun di tengah-tengah penduduk Abra namun kebanggaan itu dapat terlihat dari mata mereka.

*****

Saat para klan yang berbeda ini saling berperang, entah darimana tiba-tiba ada yang menyerang para monster tersebut, seakan mengetahui bahwa mereka penjahat yang sebenarnya, para monster itupun juga tak dapat membalas serangan dari para gerombolan yang tak di ketahui identitasnya, mereka benar-benar seperti hantu, Setelah merasa terpojok para monster itupun pergi karena kekuatan mereka sudah pada batasnya. lalu para gerombolan itu juga ikut menghilang.

Para Arya muda yang melihat kejadian itu juga ikut bingung dibuatnya, kecuali Wasishta yang mungkin mengetahui sesuatu. Adidev segera menyuruh penduduk klannya kembali masuk ke dalam kendaraan karena tempat yang dituju mereka sudah dekat, dan banyak diantara rombongan itu yang harus diobati karena perang yang terjadi secara mendadak tadi. Wasishta dan yang lainnya menuruti, dan kemudian mereka kembali melanjutkan perjalanan.

******

Di perbatasan Abra, pemimpin tertinggi begitu murka melihat semua yang terjadi, ia seperti di permalukan di depan klan Arya yang sebelumnya berhasil ia kalahkan dalam semalam. ia memerintahkan para ilmyan Abra untuk segera membunuh para monster yang gagal itu dengan suntik mati karena telah gagal menjalankan tugas yang dianggap begitu mudah di lakukan, benar-benar tak ada ampun untuk mereka yang gagal.

Sedangkan orang tua Adidev diperintahkan kembali ke selnya di bawah tanah untuk menjalani hukumannya karena memberontak kepada klan Abra, ia dan istrinya hanya di taruh disana tanpa tak ada yang lain, karena pemimpin tertinggi belum menginginkan hal itu, pemimpin tertinggi hanya menunggu, karena ia tahu jika sang ketua Arya marah kekuatannya akan semakin kuat, dan saat itulah pemimpin tertinggi akan merubahnya menjadi monster terkuat. dan bisa menjadi senjata untuk menghancurkan kerajaan Laut dan Gunung nantinya.

Di dalam kendaraan, semua Arya muda yang terluka sedang diobati oleh para gadis Arya, untunglah luka lukanya tak begitu parah, Adidev ia memilih menyendiri di kamar belakang setelah peperangan tadi, tak ada kata-kata tntang muncul darinya setelah berhasil lepas dari kepungan monster Abra, ia hanya tiduran sambil memandangi gambar dari layar transparan miliknya yang keluar dari bluetoot miliknya yang terpadng di telinganya, gmbar-gambar yang memperhatikan kebahagiaan keluarga kecilnya sebelum klan Abra mulai bertindak semena-mena, tanpa sadar butiran kristal air mata keluar dari ujung matanya, Profesor yang menyadari itu hanya dapat melihat Adidev dri kejauhan tanpa bisa melakukan apa-apa.