Sudah seminggu ini Adidev dan lainnya tinggal di Matayogja, kini saatnya Adidev, Wasishta, profesor Abimata dan Bara untuk pergi, mereka meninggalkan para rombongan klan Arya muda dikota tersebut untuk melindungi mereka, sedangkan Adidev melanjutkan perjalanan untuk mencari cara mengalahkan Lasa dan para pengikutnya termasuk tentara monster buatannya yang begitu mengerikan.
Perjalanan mereka di mulai saat menjelang malam hari. Ini di lakukan agar tidak terlihat oleh Lasa dan para tentaranya, atau mereka akan dengan mudah menangkap Adidev dan kawan-kawannya tersebut. mereka berangkat menuju ke selatan terlebih dahulu karena Wasishta ingin meminta *izin* melewati perbatasan Matayogja di pintu selatan.
Mereka tiba disana saat tengah malam, tempatnya adalah sebuah pulau kecil yang perbatasan dengan samudra, dusana hanya ada hutan belantara, Wasishta menyuruh Bara untuk turun ke pulau tersebut, dan mereka mendaeat dengan selamat, Wasishta segera bersiap untuk keluar, namun sebelum ia keluar, Wasishta meminta ketiga orang tersebut agar tetap berada di kendaraan
"Kalian tetap disini, untuk keamanan kalian, matika. semua lampu di dalam dan lampu luar kendaraan atau bisa dengan cahaya redup di dalam saja, jika kalian tidak melakukannya, akan ada sesuatu yang mencoba berbuat buruk karena penasaran dengan kalian!" jelas Wasishta, Wasishta begitu mengenal tempat ini dan semua penghuninya.
"Ya!" Ucap Bara singkat
"Heh.....Baiklah!" Jawaban Adidev yang malah terlihat menyepelekan.
Ketika Wasishta berjalan tiba-tiba ada bola api muncul berada di sampingnya seakan mengiringi jalannya, menbuat ketiga pria di dalam kendaraan itu langsung kaget begitu api itu muncul tiba-tiba dihadapan mereka, lalu api api itu menghilang seiring sang Ardanareswari yang juga ikut menghilang dintelan malam di dalam hutan. ketiga pria itu akhirnya mencoba menuruti perkataan Wasishta tadi deemi keselamatan mereka,
*****
Sepanjang malam terdengar suara suara aneh di luar, ada cekikikan wanita yang saling bersautan, ada sekelebatan bayangan dan lain sebagainya, lalu tiba-tiba dari luar kendaraan terbang mereka, jatuh sebuah telur emas, tepat di depan kendaraan terbang itu. ketiga orang itu melihat telur emas tersebut, Adidev hendak mencoba keluar untuk melihat telur tersebut karena penasaran, namun profesor melarangnya, bahkan Bara berkata "mungkin itu adalah sebuah jebakan untuk kita, agar kita mau keluar, dan mereka akan melakukan sesuatu pada kita!"
Akhirnya Adidev mengurungkan niatnya itu, danmengamatibtelur tersebut dari dalam bersama profesor dan Bara, mereka bertiga sekarang menggunakan kacamata inframerah untuk melihat telur tersebut di kegelapan malam, telur tersebut tiba-tiba bergerak, sepertinya akan menetas. mereka bertiga masih mengamati dari dalam, proses menetasnya telur emas yang tak pernah mereka lihat sebelumnya itu.
Hidung kecil muncul dari balik kulit telur emas yang begitu tebal itu, lalu kepalanya mulai menerobos cangkang tebal itu, ternyata kepala seekor naga kecil, mereka bertiga terlihat begitu takjub sampai-sampai semua suara di sekeliling mereka yang tadi membuat mereka takut dan terganggu tak dihiraukan oleh mereka.
Kali ini badannya mulai berusaha menembus telur emas tersebut, mereka bertiga mengira akan melihat badan ular, layaknya ular naga yang mereka ketahui, namun ternyata tidak, mereka malah melihat badan hewan kuda yang berbulu emas dengan sayap seperti sayap pegasus dengan ekor kecil seperti ekor kambing, lalu kakinya juga seperti kaki seekor kambing yang juga berbulu emas, semua orang di dalam kendaraan itu hanya terdiam heran melihat hewan tersebut dan bertanya-tanya tentang hewan tersebut,
mereka masih mengamati hewan kecil yang baru menetas itu, hewan itu langsung mengeluarkan api begitu ada sesuatu yang mencoba mendekati, lalu semua suara dan kelebatan itu menghilang, tiba-tiba Wasishta muncul dari kegelapan malam bersama sosok lain.
Wasishta melihat hewan kecil itu, dan mencoba mendekatinya, namun seperti halnya tadi hewan tersebut menyemburkan apinya ketika ada yang mencoba mendekatinya atau menyentuhnya, hampir saja Wasishta terkena api tersebut, lalu tiba-tiba sosok di sebelahnya mengeluarkan aliran listrik berwana hijau, dan mengurung hewan itu di dalam aliran listrik itu dan memberikan hewan tersebut ke tangan Wasishta, ia menerimanya dengan senang hati.
Ketiga orang di dalam kendaraan itu langsung mengalihkan pandangan merkea ke makhluk yang berada di dekat Wasishta itu, mereka begitu kaget ketika melihatnya bagaimana tidak makhluk itu setengah badannya berbentuk ular besar dengan sisik naga berwarna hijau, namun setengah badannya keatas adalah seorang wanita dengan mahkota dikepalanya, di magkota itu terdapat batu mustika berwarna hijau terang, seperti batu zamrud.
Wasishta menyuruh teman-temannya untuk keluar dari kendaraan mereka dan berkenalan dengan sosok itu, mereka awalnya ragu untuk keluar namun Wasishta mencoba meyakinkan bahwa semuany akan aman. ketiga lelaki macho ini ( yang tidak macho-macho amat sebenarnya) akhirnya keluar dari kendaraan terbang tersebut dan mendekati sosok di dekat Wasishta.
"Salam hormat dari kami penduduk Atlanesia!" ucap Adidev mencoba tegas, agar tak terlihat ketakutan di hadapan Wasishta. makhluk itu tersenyum dan memberi hormat ke mereka dengan membungkukkan badan,
"Perkenalkan ini adalah salah satu bibiku, yang bertugas merawatku selama 1000 tahun ini!" ucap Wasishta tiba-tiba, yang malah membuat ketiga pria itu termasuk Bara berdiri kaku, Bara berpikir "Bagaimana bisa ia (Wasishta), gadis cantik dan Anggun sepertinya memiliki saudara yang begitu....!" tiba-tiba Bara tak ingin melanjutkan pikiran anehnya.
"Saya profesor Abimata, ini Adidev, dan Bara!" ucap profesor sopan.
"Aku adalah ratu ular, aku adalah panglima perang dari ibunda Wasishta, selain itu aku juga bertuga menjaganya dari mara bahaya kala itu!" ucap sosok itu memperkenalkan diri.
"Maaf jika tubuhku ini mengagetkan kalian terutama kau pria berambut silver (Bara)!" imbuhnya, Bara hanya bisa terdiam, ia tak menyangka pikirannya bisa begitu saja di baca oleh sosok dihadapannya sekarang.
Lalu sosok itu merubah dirinya menjadi manusia, dengan baju berwaena kuning emas, rambutnya sama indahnya dengan rambut milik Wasishta, namun itu hanya kamuflase, yang sebenarnya rambut tersebut adalah kumpulan ular-ular berbisa. Bara yang melihat mode manusia dari bibi Wasishta malah terpikat dengan kecantikan beliau, dan pipi Bara tiba-tiba bersemu merah saat matanya bertemu dengan iris kuning terang milik sang ratu ular.
Adidev sedari tadi malah sibuk dengan hewan kecil yang tengah nyenyak tertidur di gendongan Wasishta seperti kucing kecil, ia mendengkur halus di tangan Wasishta, seperti orang tua yang baik mereka berdua (Adidev dan Wasishta) asik menimang hewan tersebut.
"Apa nama hewan ini?" tanya Adidev pada Wasishta.
"Warak ngendog!" jawab Wasishta singkat.
"Dia adalah salah satu hewan suci yang jarabg menampakkan dirinya di hadapan manusia biasa, mereka adalah hewan pemalu!" tambah Wasishta.
"Ia adalah salah satu yang bertugas melindungi hewan-hewan langka seperti kuda sembrani, kuda turangga, kijang kencana, macan lodaya dan lainnya. yang energinya sudah diubah olehnya ke mode yang tak terlihat (gaib), agar tak dinburu oleh manusia manusia yang menginginkan mereka!" kata sang ratu ular.
"Kuda sembrani? kijang kencana? seperti apa mereka? bisakah aku memiliki salah satu dari mereka?" ucap Adidev yang mulai bertingkah seperti anak kecil.
"Mereka akan menampakkan dirinya ketika mereka memilihmu sebagai tuannya!" kata sang ratu menutup.
.
Adidev ingin melihat hewan-hewan itu sebenarnya, entah kenapa ia begitu penasaran dengan hewan yang baru saja ia dengar namanya ini, selama ini tak ada pelajaran yang mempelajari tentang hewan tersebut.
"Aku beritahu, jika kau ingin melihat mereka semua, kau harus bisa menembus portal transparan ini, ini adalah dinding yang di buat oleh penjaga hewan-hewan langka itu!" hasut Wasishta
"Caranya?" tanya Adidev polos.
"Carilah sendiri! karena aku tak pernah mencobanya, aku selalu bertemu mereka di luar portal gaib ini, hehehehe!" seru Wasishta.
"Kau pernah bertemu dengan hewan itu? seperti apa mereka?" tanya Adidev mulai semangat.
"Ya seperti hewanlah, masa seperti bibiku!" jawab Wasishta bercanda.
terdengar erangan dari sang bibi tiba-tiba
"Maaf bibi, hanya bercanda!" melas Wasishta.
"Aku kasih contoh satu saja ya aku pernah bertemu kuda sembrani yang berwarna hitam, dia tinggi dengan sayap yang lebar, saat itu ia menyuruhku untuk menungganginya, saat ia mengepakkan sayapnya untuk terbang dalam sekali kedip aku sudah ada di tempat lain jauh dari rumahku, seperti teleportasi!" cerita Wasishta panjang lebar. Kini mereka terlihat seperti kedua anak kecil yang sedang asik menceritakan pengalaman liburan ke teman-temannya.
*******
Profesor Abimata sedang berbicara dengan sang ratu tentang izin melewati perbatasan, sedangkan Bara di sampingnya hanya terkesima melihat sang ratu yang ada di hadapan Bara, dan bertingkah konyol layaknya orang yang sedang di mabuk asmara, memungut bung liar di dekat mereka, lalu mengumpulkannya, dan memberikan bunga itu pada sang ratu yang kemudian diterima dengn ramah oleh sang ratu, begitu mereka selesai berbicara profesor segera mengajak Wasishta, Adidev dan Bara untuk melanjutkan perjalanan.
Merekapun berpisah, dan warak ngendog kecil itu ikut bersama rombongan, kata sang ratu itu adalah hadiah untuk Wasishta darinya. sebelum berangkat Wasishta diminta untuk pergi ke keraton laut memberikan titipan bibinya itu ke ibundanya. setelah mendapat "Izin* dari orang yang tak disangka-sangka merekapun melanjutkan perjalanan ke keraton Laut usai Wasishta mengatakannya pada Bara yang kini terlihat melankolis setelah bertemu dengan sang ratu ular, ia begitu emosional saat akan berpisah dengan sang ratu, dan malah terlihat lebay dimata teman-teman perjalanannya itu. sedangkan sang ratu hanya tersenyum melihat tingkah konyol Bara saat itu.