Ratu Laut, salah satu dari para pelindung terkuat, Ia juga di juluki sebagai ibu Atlanesia, ia memiliki pasangan yaitu Raja gunung yang juga salah satu pelindung Atlanesia, sang Ratu memiliki wajah yang begitu cantik bak dewi, dengan rambut panjang, lebat dan berwarna hitam sehitam arang, tak da uban sehelaipun di sana meskipun sudah ribuan tahun umurnya, jangan bayangkan wajahnya terlihat dewasa, namun jika ingin menggambarkannya mungkin diumur orang awam seperti sekitar 30 tahunan namun begitu keibuan, matanya berwarna hijau kebiruan bak samudra, dengan mahkota yang selalu melekat di kepalanya, mahkota itu memiliki batu rubi ditengahnya. Sang Ratu selalu berblut pakaian warna hijau dengan batu berwarna aqua, bibirnya merah merekah bak bunga mawar, jika orang awam melihatnya pasti akan langsung jatuh hati dan bertekuk lutut di hadapannya. namun jangan sampai membuatnya marah atau malapetaka akan kalian hadapi.
*******
Sang Ratu menyambut para tamunya di Istana megahnya, Beliau segera mengajak para tamunya untuk pergi ke ruangan istirahat mereka disana sudah tersedia banyak makanan, sebelum menyuruh para tamunya untuk istirhat, Sang ratu dan para pangeran menjamu para tamu dan menemani mereka makan bersama. Kemudian Sang Ratu memepersilahkan para tamu beristirahat setelah usai menjamu mereka,
Sang Ratu segera menemui patih Braja, Patih kepercayaannya untuk melakukan sesuatu kepada Adidev untuk membangunkan sesuatu yang ada di dalam dirinya. sang Ratu meminta salah satu pangeran memberikan sebuah kertas pada Adidev dan memberi tauhu Adidev untuk berlatih bersama salah satu anggota kepercayaan kerajaan laut, itu adalah salah satu cara agar Adidev menjadi dirinya kembali.
"jangan memberi tahunya, biarkan dia mengetahui sendiri!" ucap sang Ratu dengan lemah lembut.
"Baik ibunda!" jawab pangeran yang telah di tunjuk sang ratu.
Sang pangeran segera meninggalkan tempat Sang Ratu yang sedang berdialog dengan patih Braja, kemudian tak berapa lama setelah selesai berbincang dan memberikan tugas pada sang Patih kepercayaannya ia meninggalkan tempat tersebut untuk melihat persiapan acara ritual suci Ardanareswari, yang sudah ia percayalah pada salah satu mbok mban kepercayaannya.
Ia juga menengok para putrinya yang sedang berendam sambil di gosok badannya oleh para biada. cukup sebentar saja sang ratu kemudian kembali ke ruangannya, dia duduk disingga sananya untuk menunggu laporan mbok mban tentang persiapan upacara suci ini.
Begitu datang mbok mban segera memberi laporan yang cukup memuaskan. sang ratu kemudian segera menemui raja Adri, yang merupakan Raja gunung, yang tengah menunggunya di ruangan pribadi bersama para pengawalnya.
Sang Ratu memberikan hormat pada Raja Adri, lalu mereka mulai mengobrol ringan layaknya pasangan. kemudian membicarakan tentang ramalan dan juga Adidev.
"benarkah dia pemuda dalam ramalan itu?" tanya Raja Adri.
"benar, wajahnya juga tak berubah, dialah penerusnya!" jawab sang Ratu.
"sepertinya ramalan itu akan benar terjadi, aku akan mempersiapkan semua keperluan untuk membantunya." ucap Raja Adri dengan penuh semangat
"Hah... Apa kita bisa bertemu dengan penguasa sesungguhnya nanti saat ramalan itu terjadi baginda?" Ratu bertanya kepada Raja Adri karena mengenang satu-satunya pelindung dan penguasa dari seluruh Atlanesia.
"Ya.... kuharap, dia pasti sudah mengetahui ini, dan menunggu anak lelaki itu untuk menjemputnya, mungkin awal pertemuannya nanti tidak akan mudah, tapi aku percaya dia pasti mengenali siapa anak lelaki itu tentunya." bijak Raja Adri.
"Aku tak sabar ingin bertemu dengannya juga, entah apa yang dipikirkannya, memilih sembunyi di tempat itu, dan merubah dirinya untuk dan menyembunyikan identitasnya." keluh sang ratu.
"Dia hanya menunggunya, salah satu bgian darinya, kepercayaannya yang sudah lama menghilang, kau tahu kan sebelum Indonesia menghilang kala itu, karena ultahnya karena murka dengan semua penghuni negara ini yang mengacau kala itu." Raja gunung mengenang kejadian ribuan tahun lalu.
"Ya.... dan hanya Adidev yang mampu menenangkannya kala itu, hanya dia yang bisa menenangkan *si ajag (liar)* itu." harapan sang ratu agar Adidev segera mengetahui dengan cepat siapa dirinya yang sebenarnya, agar masalah Atlanesia tidak memburuk, atau kejadian pada Indonesia akan terulang kembali dan mungkin akan lebih parah jika *si liar* yang dimaksud oleh Ratu laut tak bisa menahan emosinya dan bertindak liar kembali seperti dulu. Mungkin negara ini akan benar-benar hilang selamanya dan juga menghilang dari peta dunia.
"Oh... jadi namanya juga Adidev, aku baru tahu, kukira namanya di ganti ternyata dia juga tak ingin mengganti namanya?" gurau sang Raja pada pasangannya.
"Tentu saja dia tak ingin mengganti namanya, setelah utusan murninya menghilang pun karena kesalahan keturunan murni sebelumnya juga, dia tak pernah mau mengganti namanya, sepertinya setelah ramalan ini selesai terjadi, Atlanesia akan kembali ke awal lagi dengan Adidev dan Wasishta." ucap sang ratu panjang lebar.
"Dan kurasa mereka yang akan seterusnya berkuasa!" lanjutnya.
"kita lihat saja dan nikmati alur dari ramalan ini, yang pasti kita buat Adidev menjadi dirinya kembali sebelum bertemu dengan sahabat lamanya." ucap sang raja.
Sang Ratu hanya mengangguk saja untuk membenarkan itu semua.
*****
*Flash back*
Beberapa tahun sebelum keturunan murni melakukan kesalahan dan menghilang keturunan murni terakhir peramal kepercayaan para penjaga Atlanesia menemui Ratu Laut dan Raja Gunung, saat mereka sedang bersama. Ia memberikan kabar tentang penglihtannya kal itu, sebelum beliau purna tugas untuk selamanya sebab umur beliau karena hanya manusia biasa yang akan meninggal karena sakit atau umur yang sudah tua.
Isi dari ramalan itu juga sampai di telinga Adidev dan *carya ajag* (sahabat liar) yang di sebutkan Ratu Laut. Karena ramalan itu Adidev berpisah dari sahabatnya sementara waktu dan berjanji akan menjemputnya di tempat persembunyian mereka dan para pengikutnya untuk melihat seperti apa ramalan itu terjadi.
Setelah berdiskusi dengan *carya ajagnya* dan para penjaga Atlanesia akhirnya Adidev berinisiatif untuk muka dan akan lahir di salah satu klan yang akan ia pilih.
Ia dan sahabatnya pergi ke salah satu tempat yang tak pernah manusia biasa tahu, tapi percaya tempat itu ada, karena memang terlindung dalam barir tak kasat mata meskipun dapat di tembus oleh manusia biasa. Ia meninggalkan sahabatnya disana untuk menjalankan tugasnya, dan menemui penguasa wilayah yang tak pernah tunduk oleh kekuasaan Atlanesia dari dulu hingga sekarang. walaupun mereka keturunan yang sama dan bertempat di wilayah yang sama, berpijk di tanah dan air yang sama.
Adidev meminta raja dari tempat tersebut untuk membantunya menemukan orang tang tepat agar bisa di lahirkan kembali, dan ia menjatuhkan pilihannya pada klan Arya yang bisa di percaya setelah klan Abra. Adidev juga memberi tahu raja dari wilayah tersembunyi itu untuk menemui calon orang tuanya setelah beberapa tahun hilangnya keturunan murni Atlanesia, yang merupakan salah satu kepercayaannya juga yang dipilih oleh para penjaga kala itu, atas permintaan dirinya dan sahabatnya. Utusan yang mereka pilih sebenarnya.
Setelah pengusa tersebut setuju meskipun dengan adu mulut dan tenaga lebih dulu karena merasa dianggap tunduk pada Atlanesia padahal Adidev tidak pernah menyatakan itu, Adidevpun berpamitan pada sahabatnya yang tak pernah ia tinggalkan, dianggap bagian dari dirinya itu, dan sahabatnya juga memilih menunggunya di wilayah itu, bukan tempat persembunyian mereka untuk menunggu Adidev menjemputnya. ia juga meminta tempat kepada pemimpin wilayah tersebut dan memberikan sesuatu kepada Adidev itu adalah kunci menemukannya, dan sebagai pelindung Atlanesia sementara selama mereka menghilang dan bersembunyi.
"Adidev kau harus memecahkan puzzel ini, dan mereka akan menyebar di tempat uang mereka inginkan, kau harus menemukannya suatu saat nanti, agar kau bisa bertemu dan menjemput di tempat ini, aku akan menunggumu." itu pesan *carya ajagnya* Adidev terakhir sebelum mereka berpisah.
Dan sebelum muka Adidev menghancutkan puzzel itu di suatu tempat, setelah menyelesaikan tugasnya, ia menemui Ardanareswari sebelumnya untuk berpamitan juga. setelahnya menyuruh Ardanareswari untuk mengantarkan dirinya setelah muksa dalam bentuk yang berbeda kepada pemimpin wilayah tersembunyi.
Satu hal yang tak pernah di ketahui penduduk Atlanesia jika Adidev memiliki ikatan abadi dengan Ardanareswari, karena yang mereka tahu adalah Ardanareswari pasangan pemimpin keturunan murni. rumit bukan?
kita ikuti saja alurnya nanti ketahuan siapa sebenarnya Ardanareswari dan Adidev,seperti apa ikatan sebenarnya antara Adidev, Ardanareswari dan juga pemimpin keturunan murni.
-----------------------------------
Di tempat lain, lapangan pendopo dalam keraton, Adidev sudah bertemu dengan patih Braja, Di sana juga ternyata sudah ada Washista, sepertinya gadis itu juga sedang berlatih dengan salah satu patih kepercayaan keraton laut.
"Hai!" sapanya
"Hai, nona ardanareswari!" sap balik Adidev
"Apa ibu ratu laut sudah memberikanmu sebuah kertas?" tanya gadis itu pada Adidev yang sedang mencari-cari senjata untuk berlatih sesuai keinginannya.
"Itu bukan *gamau* (senjata) milikmu, senjatamu berada di ruang sana, bersama dengan barangmu yang milikmu yang lain" sambungnya mencoba mengingatkan.
"Gamanku? aku punya Gamanku sendiri?" tanya Adidev ragu.
"Tentu saja, dari dulu kau tak ingin berpisah dengannya, bahkan kau juga menamainya, emmm.... kalau tidak salah... Ki Aryasatya".
"ARYASATYA? yang benar saja, kenapa jadi nama keluargaku di senjata itu? aku pasti akan dikutuk ayahku setelah ini!" gerutu Adidev tak habis pikir.
"*Ndika* (tuan) Adidev, *jengandika* (di baca njenengandiko: anda, kau *bahasa sansekerta*) memang menamai beliau Aryasatya, sesuai dengan namanya, beliau adalah teman setia *jengandika*." ucap Patih Braja saat ikut bergabung dalam pembicaraan tersebut karena tak sengaja mendengar teriakan Adidev tadi.
"Sendika dhawuh (meminta izin atau ampun) ayah aku jadi anak *dhurhaka*(nakal), aku benar-benar tak sengaja, kurasa!" sesal Adidev
"Sudah selesai? sekarang ambil dia, dia kau tancapkan pada wit *cangkring* (nama pohon)" beritahu Wasishta.
"Bisa Antar aku kesana?" ajak Adidev pada patih Braja.
"Baiklah, *mangga*!" (dibaca monggo: silahkan *bahasa jawa*)
Washista yang melihat kelakuan Adidev yang seperti itu hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepala
"Sabar! semua akan kau ingat sedikit demi sedikit" ucap Washista dalam hati. Lalu ia kembali berlatih bersama Patih Dhanu salah satu patih kepercayaan yang dilihat Adidev tadi