"Jangan takut, aku tidak akan macam-macam sama kamu, aku cuma ingin kenalan sama kamu, sepertinya hatiku sudah jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat kamu kemarin," ucap Rio yang begitu mudah melafalkan cinta, padahal dulunya dengan Intan setengah mati dia belajar mengumpulkan keberanian untuk mengucapkan kalimat itu.
"Sudah deh, jangan aneh-aneh, pergi dari sini, sebelum saya teriaki maling," jawab Clara yang masih dengan sikap galaknya.
"Jangan dong, kemarin pedofil, sekarang maling, kejam benar, saya ini lelaki baik-baik loh."
"Jadi Mas lelaki yang kemarin?" tanya Clara memastikannya, dia menatap Rio dari atas hingga bawah.
Penampilan Rio sangat berbeda dengan kemarin, hari ini Rio terlihat seperti kakak kelasnya, bukan seperti om-om.
"Emm ... aku tahu, hari ini aku terlihat lebih ganteng dari pada kemarin kan?" tanya Rio dengan penuh percaya diri.
"Iya, sangat ganteng, kalau dilihat dari puncak Monas!"
"Apa? Ahaha ... kamu bisa bercanda juga rupanya ya, jadi bagaimana, bunga ini tidak mau di terima?" tanya Rio dengan wajah pura-pura kecewa.
"Apaan sih bunga-bunga, kenal juga tidak!" jawab Clara dengan ketus.
"Tidak kenal makanya tidak sayang, kalau sudah kenalan berarti akan sayang, kenalan kita yuk, biar sayang," ucap Rio yang sudah seperti pujangga tersesat alamat.
"Aduh, kuping aku panas dengar kalimat sayang-sayang dari tadi, lebih baik Mas keluar saja, dari pada aku panggilkan satpam untuk mengusir Mas dari sini!"
"Ya sudah deh, kalau sudah main begitu, aku menjauh, tapi tidak pergi jauh, aku tetap menunggu kamu selesai belanja," ucap Rio yang mundur dua langkah.
"Terserah lu saja deh," jawab Clara yang tidak ingin peduli lagi dengan lelaki setengah waras itu.
Setelah berbelanja, Clara keluar dari mall, Rio yang masih terus mengikuti Clara, hingga Clara sampai di depan mobil, dengan cepat Rio kembali mengulurkan buket bunga ke hadapan Clara, tapi Clara langsung menepiskan bunga tersebut.
"Kamu kenapa tidak mau terima bunga dari aku? Apa bunganya jelek?" tanya Rio yang selalu memasang wajah kecewa setiap kali mendapat penolakan dari Clara.
"Bukan, tapi saya sudah punya pacar!" jawab Clara dengan tegas.
"Ah cuma pacar, selama janur kuning belum melengkung, berarti masih bisa ditikung," jawab Rio santai, yang membuat Clara tertawa.
"Haha ... ogah, aku tidak mau ditikung sama om-om," ucap Clara yang masuk ke dalam mobilnya, dan dengan secepat kilat Rio melempar buket bunga ke dalam mobil Clara, dan dari balik jendela, Clara kembali melempar bunga tersebut tepat ke wajah Rio, dan segera ditangkap oleh Rio, membuat Rio tertawa karna mendapatkan penolakan mentah-mentah dari gadis belia itu.
"Aku tak akan menyerah Sayang," ucap Rio yang mencium bunga itu sambil membayangkan kemenangannya yang akan membuat Intan cemburu.
Di dalam mobil, Clara menggerutu kesal.
"Dasar, om-om ganjen, belum kenal saja sudah berani bilang cinta!" gerutu Clara yang terus melajukan mobilnya dengan cepat membelah keramaian di sepanjang jalan.
Sesampainya di rumah, Clara memarkirkan mobilnya di garasi dan masuk menemui Intan.
"Kamu sudah pulang Clara?" tanya Intan yang sedang merapikan meja kerja suaminya-Angga.
"Sudah Kak, ini aku sudah belikan barang yang kita rencanakan tadi," ucap Clara sambil meletakkan barang yang dia beli barusan.
"Terima kasih ya kamu sudah bantu kakak, mau repot-repot pergi cari barangnya," ucap Intan yang kini sudah mengambil barang yang di bawa oleh Clara.
"Sama-sama kak," jawab Clara, "Coba Kakak lihat, suka tidak?"
"Kalau pilihan kamu, Kakak pasti suka," jawab Intan sambil menarik hidung mancung Clara yang membuat Clara tertawa.
"Kuenya bagaimana kak?" tanya Clara kembali.
"Sudah kakak persiapkan juga, kakak pesan di toko kue langganan kita, tukang dekorasinya nanti tengah malam baru kakak suruh datang."
"Semoga acara ulang tahun Tante Mirna berjalan dengan lancar kak ya."
"Amin, kalian nanti pagi langsung bersiap-siap ya, biar kita tidak telat."
"Sip Kak," jawab Clara sambil mengancungi jempol pada Intan, "Clara pulang dulu kak ya," pamitnya.
"Iya," jawab Intan sambil tersenyum.
Clara pulang ke rumahnya yang hanya bersebelahan dengan rumah mertuanya Intan, karna Mamanya Clara dengan mertuanya Intan adik kakak, jadi mereka memilih hidup dekat-dekatan, agar mereka bisa terus bersama setiap saat, karna kebiasaan orang tuanya yang sangat dekat membuat anak-anak mereka juga saling dekat, tak terkecuali Intan dengan Clara yang sangat manja pada Intan, bahkan tugas sekolahnya Clara dia minta bantu sama Intan.
Clara pulang ke rumah merebahkan tubuhnya di kasur empuk milik dirinya.
"Clara, kamu sudah pulang? Sudah membeli kado untuk Tante Mirna?" tanya Alena pada anak gadisnya.
"Sudah Ma, sudah Clara kasih sama Kak Intan," jawab Clara yang bangkit dari tempat tidurnya dan duduk di tepi ranjang karna melihat Mamanya masuk ke dalam kamar dirinya.
"Oh baik, baju kamu untuk pesta besok sudah Mama siapkan di lemari kamu, awas kalau kamu pakai baju yang beda lagi!" ucap Alena dengan wajah judesnya.
"Ih Mama, haha, waktu itu Clara tidak sengaja pakai baju berbeda, Mama ih, kejadian 5 tahun lalu masih saja Mama ingat," ucap Clara sambil menaikkan ujung bibirnya.
"Gimana Mama bisa lupa, kamu yang ngelakuin kesalahan, tapi kamu yang menangis bilang tidak disayanglah, tidak dianggaplah," cibir Alena.
"Hehe, ih Mama ngejek terus nih."
"Ya sudah, Mama keluar dulu, kamu istirahat saja, mungkin kamu lelah habis belanja."
"Iya Ma," jawab Clara sambil tersenyum.
Clara kembali merebahkan badan sambil memainkan ponselnya.
Ting ... suara notifikasi dari aplikasi chat warna hijau milik Clara.
Clara membuka pesan yang masuk ke ponselnya.
"Sudah sampai di rumah cantik?" pesan dari seseorang dengan emot love warna merah.
"Ini siapa?" balas Clara.
"Ini orang yang selalu menunggu balasan cinta darimu," balasnya lagi dengan emot love bertaburan.
Rio yang sedang memainkan ponsel tersenyum begitu melihat Clara membalas pesannya, dia dengan sengaja tidak menaruh foto profil asli agar Clara tak memperlihatkan pada siapa pun tentang dirinya.
Sedangkan Clara yang menerima pesan dari Rio mendadak mencebik.
"Idih ... siapa lagi ini?" batin Clara yang dengan cepat bangun dari tempat tidurnya dan bersandar di ujung tempat tidur.
"Kamu siapa?" kembali Clara mengirimkan isi pesan yang hampir sama tanpa menggubris gombalan alay si empunya nomor.
"Tadi yang ketemu sama kamu," balas Rio di seberang sana.
Clara yang membaca pesan Rio langsung teringat pada lelaki yang mengganggunya saat belanja tadi.
"Dari mana Om dapat nomor saya?" balas Clara.
"Kalau sudah cinta, jangankan nomor Dek, orangnya pun akan Abang dapatin," balas Rio yang sok masih muda.
Bersambung ...