Chereads / Gadis Belia Yang Jelita / Chapter 6 - Mengikuti Clara

Chapter 6 - Mengikuti Clara

Clara sudah bersiap-siap untuk segera pergi, pergi ke perpustakaan umum untuk meminjam buku yang dia butuh kan.

"Ma, Clara pergi dulu ya," ucap Clara pada Mama dan Papanya begitu dia sudah di teras rumahnya.

"Kamu mau ke mana?" tanya Papanya.

"Clara mau ke perpustakaan Pa," jawabnya sambil membenarkan posisi tas ranselnya.

"Papa antar kamu?" tanya Papanya lagi.

"Tidak perlu Pa, Clara pergi naik taksi saja."

"Ya sudah, kamu harus hati-hati ya, jangan pulang terlalu malam," pesan Alena pada anak perempuan semata wayangnya.

"Siap Ma," jawab Clara dengan gaya hormat tangan di kepala.

Tit tit ... suara taksi online yang sudah sampai di depan rumah Clara.

"Clara pergi dulu Ma, Pa ya," ucap Clara sambil berlari menuju taksi, dia tidak bisa menyetir mobil ke jalan kota, karna dia belum punya SIM, kesibukannya dengan sekolah membuat Clara tidak punya waktu untuk mengurus SIM.

Rio yang mengetahui dari mata-matanya Clara keluar dari rumah langsung mengikuti Clara dari belakang.

"Pak, saya berhenti di depan toko itu saja, sekalian saya mau beli cemilan," ucap Clara yang membuat sopir taksi tersebut menurunkan Clara tepat di depan toko.

"Kasih bintang 5 neng ya," ucap sopir tersebut yang membuat Clara mengacungi jempol ke arah sopir itu, dan sopir itu pergi meninggalkan Clara.

Rio segera mencari tempat parkir aman, setelah memarkirkan mobilnya dengan aman, dia membuntuti Clara untuk masuk ke dalam perpustakaan, setelah sampai di perpustakaan, Clara memilih beberapa buku bacaan dan membawanya ke tempat duduk.

Rio yang masih membuntuti Clara memilih duduk di belakang Clara untuk bisa melihat buka apa yang sedang di baca oleh Clara.

"Oh, buku pelajaran, oke, aku sanggupi juga," batin Rio yang bangkit dan mencari buku yang sama seperti buku bacaan Clara.

Setelah mendapatkan buku yang dia mau, Rio memberanikan diri duduk di samping Clara tanpa berbicara sepatah kata pun, takut mengganggu konsentrasi Clara.

"Ini gimana ya? Kok susah banget," ucap Clara yang ternyata dia juga membawa buku tulis dari rumahnya.

"Boleh Aku bantu?" ucap Rio yang menawarkan dirinya untuk Clara membuat Clara kaget karna lagi-lagi dia dibuntuti oleh Rio.

"Om ngapain sih ke sini? Aku mau belajar, jadi tolong jangan ganggu aku!" bentak Clara dengan judes yang langsung merapikan bukunya dengan cepat dan hendak pindah, tapi Rio langsung menarik tangan Clara hingga Clara terduduk kembali di tempat duduknya.

"Jangan ribut," ucap salah satu pengunjung perpustakaan yang membuat Rio mempraktikkan jangan bersuara dengan menempelkan telunjuknya di bibir ranum milik Clara.

Clara dengan cepat memukul tangan Rio karna sudah berani menyentuh bibirnya yang belum pernah tersentuh sekali pun oleh lelaki lain.

"Kamu mau duduk di mana, lihat sekeliling kamu, semua kursi terisi," ucap Rio yang menunjukkan sekelilingnya dengan telunjuknya, dan Clara pun ikut mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan di sana, dan benar saja, tidak ada lagi kursi yang kosong karna kedatangan mahasiswa yang datang berkelompok memenuhi ruangan tersebut.

Dengan rasa kecewa Clara kembali duduk di perpustakaan tersebut tepat di samping Rio.

"Yes, sebentar lagi bakal masuk ke dalam perangkap ini!" batin Rio yang memandang Clara sambil tersenyum.

"Apa?" tanya Clara dengan judes melihat Rio menatapnya demikian.

"Tidak, tadi Aku dengar kamu kesusahan sama tugas yang kamu kerjakan, boleh aku lihat tugasnya?" pinta Rio pada Clara hati-hati, takutnya Clara error dan berbicara dengan suara menggelegar di dalam perpustakaan ini, bisa-bisa mereka berdua di usir dari sini.

"Gak usah sok pintar Om!" kelakar Clara dengan cepat dan mulai fokus kembali pada bacaannya.

Rio membiarkan Clara kembali fokus pada buku-bukunya, dia tidak mau Clara terganggu konsentrasinya hanya karna Rio.

Tapi diam-diam Rio tetap mengamati Clara agar dia bisa membantu Clara dalam pelajarannya, biar Rio bisa lebih dekat dengan Clara.

"Ada yang mau ditanyakan?" tanya Rio lagi yang membuat Clara melotot tajam ke arah Rio, dan Rio hanya mengelus dadanya melihat mata Clara yang membuat dengan cepat ke arahnya.

"Eh, ini gimana sih?" tanya seorang perempuan cantik pada temannya juga yang duduk di samping Rio.

"Aku juga kesusahan soal yang ini," jawab temannya yang membuat Rio punya ide untuk mencari perhatian dari Clara.

"Boleh saya lihat," pinta Rio yang membuat Clara mengejek kepedean Rio karna mau membantu mahasiswa cantik itu.

"Abang bisa?" tanya perempuan itu yang memanggil Rio dengan sebutan Abang, yang membuat Clara rasanya ingin muntah saja.

"Saya lihat dulu bisa atau tidaknya," jawab Rio yang mengambil buku dari tangan perempuan itu.

Terlihat jelas mereka berdua kagum pada ketampanan Rio.

"Ini lumayan mudah," ucap Rio begitu melihat soal kimia yang mereka bilang susah.

"Oh ya? Memangnya gimana cara kerjakannya Bang?" tanya salah satu dari mereka.

"Ini, pertama kali kalian berdua harus pakai rumus ini, terus ikuti langkah ini," ucap Rio yang terus menjelaskan cara penyelesaian soal tersebut dengan detail.

"Wah, terima kasih banyak Bang ya, berkat bantuan Abang, kami bisa nyelesain beberapa soal yang susah," ucap salah satu gadis yang berambut ikal dan berkulit putih itu.

"Sama-sama," jawab Rio sambil tersenyum, karna dia berhasil membuat Clara sedikit melirik ke arah Rio, mungkin Clara ikut penasaran juga sama kemampuan Rio.

"Abang ke sini sama siapa?" tanya mereka dengan suara pelan agar tidak mengganggu pembaca lain.

"Ini, sama si ini," jawab Rio sambil menunjukkan Clara yang membuat Clara kaget, sejak kapan Rio dan dia jalan bersama.

"Oh, sama adiknya Bang ya? Tapi tadi kayaknya dia panggil Om, apa keponakannya Abang?" tanya mereka lagi yang membuat Clara terkejut, bisa-bisanya gadis belia seumur dia di bilang adik abang sama Om-om berjas seperti waktu pertama kali mereka bertemu.

"Menurut kalian bagaimana?" tanya Rio yang ingin membuat Clara cemburu karna Rio melayani pembicaraan gadis-gadis cantik itu.

"Sepertinya adiknya Bang ya?" tebak mereka.

"Begitulah," jawab Rio dengan senyum percaya diri.

"Bang, minta nomor ponsel boleh? Kalau kami kesusahan lagi dengan soal-soal kimia, kami bisa tanya sama Abang," pinta salah satu dari mereka

Mendengar permintaan mereka, Rio menelan ludah, "Sepertinya salah pancingan ini," batin Rio yang tersenyum cengengesan dengan mengeluarkan ponsel miliknya dengan ragu-ragu.

Clara yang melihat sikap Rio yang enggan memberikan nomor ponselnya pada mereka menjadi tersenyum mengejek.

"Mampus!" ucap Clara setengah berbisik, tapi masih bisa terdengar oleh Rio.

"Sini ponsel kamu, biar saya tulis saja," ucap Rio, dan cewek yang berada paling dekat dengan Rio langsung menyodorkan ponselnya pada Rio, Rio mengetik nomor di ponsel mereka dan menyerahkannya kembali.

Bersambung ...

Untuk pembacanya, mungkin ini akan slow update ya, karna saya masih menyelesaikan cerita yang lainnya dulu. ^_^