Chereads / Gadis Belia Yang Jelita / Chapter 5 - Tidak Ada Pacar

Chapter 5 - Tidak Ada Pacar

Intan segera mencari keberadaan suaminya, tak sulit untuk menemukan Angga, Angga terlihat duduk mengobrol serius dengan lelaki yang terlihat seumuran dengan dia.

"Mas, kita makan dulu," ucap Intan yang datang mendekati Angga.

"Iya," jawabnya dan langsung pamit pada teman kerjanya.

"Clara mana?" tanya Angga pada Intan.

"Ada tadi di depan Mas, Mas mau ketemu sama dia?"

"Iya, ajak dia ke meja makan Mas di sebelah sana ya, Mas mau bicara sama dia."

"Baik Mas."

Intan kembali ke depan untuk memanggil Clara.

"Clara, Mas Angga panggilin kamu itu."

"Aduh, ada apa kak ya? Clara jadi takut karna hal tadi," jawab Clara yang belum apa-apa sudah gemetar untuk berhadapan dengan Angga.

"Tidak ada apa-apa kok, sudah ke sana terus, mungkin Masmu mau bicara penting sama kamu."

"Kak Intan ikut ya."

"Iya, Kakak ikut juga," jawab Intan yang mengelus kepala adik iparnya tersebut.

Mereka berjalan berdua mendekati Angga yang sedang makan.

"Duduk Clara, ada yang Abang mau tanyakan sama kamu," ucap Angga sambil menyendokkan makanan ke mulutnya.

"Ada apa Bang?" tanya Clara dengan hati-hati.

"Mana ponsel kamu?" pinta Angga sambil mengulurkan tangannya pada Clara.

"Ponsel Clara ketinggalan di rumah Bang," jawab Clara yang sudah mulai tidak enak firasatnya.

"Ya sudah," jawab Angga cuek.

"Memangnya ada apa sih Bang? Jangan buat Clara deg-degan."

"Lah, kenapa kamu jadi deg-degan? Memangnya tidak pernah duduk di samping Abangmu?"

"Bukan, bukan gitu, tapi Bang Angga panggil Clara ke sini ada apa?" tanya Clara lagi.

"Begini, Abang mau tanya sama kamu, kamu rencananya mau lanjut kuliah di mana?" tanya Angga pada Clara, Intan duduk di antara mereka tanpa mengganggu percakapan antara abang dan adik sepupu tersebut.

"Clara kuliah di sini saja Mas, Clara nggak bisa jauh dari Mama sama Papa."

"Kamu ini, manjanya kebangetan, Mama sama Papa akan baik-baik saja tanpa kamu! Kamu kuliah ke luar negeri ya, biar Abang yang mengurus semua pendaftarannya."

"Jangan lah Bang, Abang kan ganteng, baik, Clara tidak mau jauh-jauh dari Bang Angga, biar pun Bang Angga galak, tapi Clara gak bisa jauh dari Bang Angga," ucap Clara sambil mengelus lengannya Angga agar Angga tak memintanya kuliah di luar negeri.

"Sudah mulai ngerayu dia Mas," ucap Intan yang tertawa melihat tingkah adik iparnya.

"Iya, ini memang jurus dia untuk ngebatalin kuliah di luar negeri, memangnya kenapa kamu tidak mau kuliah di luar negeri?"

"Di sini saja kadang-kadang Clara merasa sepi kalau Kak Intan dan Bang Angga pergi jalan-jalan, gimana di sana, yang tinggal sendirian," jawab Clara dengan muka kusut.

"Tapi kan nanti ada kawan," timpal Intan kembali.

"Kak Intan, Kakak bahagia ya pisah sama Clara?" tanya Clara dengan wajah sedihnya.

"Sudah deh, kebanyakan drama kamu, ya sudah kalau kamu tidak mau kuliah di luar Negeri, berarti kamu harus rajin belajar biar dapat beasiswa untuk masuk universitas terbesar di Indonesia," ucap Angga yang membuat Clara tercengang.

Bagaimana bisa dapat beasiswa, masuk 5 besar saja dia jarang, "Ah, Bang Angga ada-ada saja," batin Clara dengan lemas.

"Clara tidak janji, tapi Clara akan usaha," jawab Clara kembali.

"Oke," jawab Angga sambil memasukkan sepotong buah segar ke dalam mulutnya, sedangkan Clara memandang Intan dengan wajah sedih untuk mengiba pada Intan, dan Intan hanya mengangkat bahunya tak mau ikut campur.

Acara ulang tahun Tante Mirna telah usai, Clara kembali ke rumahnya dan langsung mengambil ponselnya.

"Sedang apa Sayang?" pesan dari Rio yang terlihat begitu Clara membuka ponselnya.

"Dia lagi, dia lagi," ucap Clara begitu melihat pesan dari nomornya Rio.

"Apa maksudnya Anda mengirim bunga ke rumah Tante saya?" balas Clara yang tanpa memedulikan beberapa pesan Rio di atas, dia bahkan tak membaca gombalan alay Rio yang tidak jelas.

"Untuk perkenalan Sayang," balas Rio yang membuat Clara menggidikkan bahunya dengan rasa jijik karna di panggil sayang oleh Rio.

"Stop panggil aku Sayang, sebelum aku blokir!" balas Clara kembali yang membuat Rio tertawa membaca chat Clara.

"Aduh ini cewek cantik-cantik kok galak bener ya," ucap Rio begitu membaca pesan yang dikirim oleh Clara.

"Tidak mempan di blokir Sayang, kan aku masih punya 1000 kartu untuk mengejarmu," balas Rio kembali yang membuat Clara merasa Rio lelaki ngeselin, tapi ngeselin.

"Aku tanya kenapa Om kirim bunga ke rumah aku? Om mau lihat aku kena marah sama keluarga aku karna aku dikira pacaran?" balas Clara lagi.

"Jadi kamu tidak ada pacar?! Wah beruntung banget Mas bisa dapatin perempuan yang sama-sama seperti aku, sama-sama jomblo tidak pernah pacaran," balas Rio lagi dengan emot love.

"Ini orang benar-benar sinting!" ucap Clara yang langsung memblokir nomor ponsel Rio dan melempar kembali ponselnya ke atas kasur.

"Dia pikir hidup aku mainan dia apa?! Dia tidak tahu kalau tatapan Bang Angga seperti ingin membunuh aku lihat aku terima bunga, apalagi kalau Bang Angga tahu itu dari dari Om-om ganjen, bisa-bisa aku tidak boleh keluar rumah setahun!" gerutu Clara yang sangat kesal dengan Rio.

"Wow, aku benar-benar di blokir," ucap Rio begitu melihat dirinya tidak lagi bisa membalas pesan Clara.

"Apa benar gadis itu tidak punya pacar? Ah masa? Gadis secantik dia tidak punya pacar, tapi aku tidak peduli, mau dia ada pacar atau tidak, yang penting belum menikah," sambungnya lagi yang tidak peduli dengan status Clara, yang penting dia bisa membalas rasa sakit hatinya pada Intan.

"Coba saja kalau Intan ada saudara kandungnya, aku pasti akan menikahi saudara kandungnya!" ucap Rio sambil memutar-mutar pulpen di atas meja kerjanya.

Keesokan harinya.

"Kak, bagaimana ini? Masa bang Angga suruh Clara harus dapat beasiswa, kan Kakak tahu sendiri aku tidak pernah juara pertama, bagaimana bisa dapat beasiswa," gerutu Clara dengan wajah bingung.

"Kamu pintar kok, tapi kamunya saja yang malas, asyik kejar barang keluaran terbaru," jawab Intan yang sedang merapikan lemari suaminya.

"Belajar itu lelah Kak," jawab Clara dengan wajah masam.

"Berarti kesuksesan itu juga mahal kalau belajar itu malas," timpal Intan sambil memandang wajah adik sepupu suaminya itu.

"Ah Kakak mah gitu, belain suaminya terus biar Clara jadi kutu buku."

"Nah, itu kamu tahu kalau kakak sama Abang kamu maunya apa, kakak dulu juga belajar dengan sungguh-sungguh biar bisa bekerja di kantor Abang kamu," jawab Intan yang kembali teringat awal mula bertemu dengan Angga.

"Cie yang kembali teringat kenangan jatuh cinta sama Bang Angga," goda Clara untuk Intan.

Bersambung ...