"Abang! Kakek kali!" balas Clara dengan emot muntah.
Rio yang membaca balasan pesan Clara tertawa hingga terdengar oleh Lina dan Indah mendekati Rio.
"Kamu lagi ketawa sama siapa? Sepertinya seru sekali," tanya Lina kepo.
"Eh, Ma, tidak ... anu ... sama teman Ma," jawab Rio terbata-bata membuat Lina mengerutkan keningnya.
"Kamu masih normal kan?" tanya Indah yang membuat kening Rio ikut berkerut.
"Maksud Mama?" tanya Rio yang sekarang malah dia yang bingung.
"Kamu masih suka sama perempuan kan? Tidak mencintai lelaki," tanya Lina dengan hati-hati.
"Mama! Ya ampun Mama, doanya jelak benar, Rio masih normal Ma, Mama sementang Rio telat nikah Mama bilang macam-macam untuk anaknya," gerutu Rio dengan kesal.
"Bukan, bukan gitu maksud Mama, ya Mama tiap hari lihat kamu asyik bersenang-senang sama teman lelaki kamu, kan Mama jadi khawatir," ujar Lina yang mencoba menjelaskan alasan kecemasannya.
"Noh Ma, Rio lagi chat sama perempuan," ucap Rio sambil memperlihatkan foto cantik Clara yang ada di profil whatsapp Clara pada Mamanya.
"Cantik banget, kapan kamu kenalin sama Mama?" tanya Lina yang sudah tidak sabar lagi ingin punya menantu.
"Sabar Ma, masih sekolah, masih SMA, Mama doain saja supaya Rio berhasil takluki hati dia."
"Jadi kalian belum jadian?" tanya Lina mencibir.
"Belum Ma, masih pendekatan," jawab Rio dengan percaya diri.
"Mama doain semoga kalian berjodoh sampai akhir hayat ya," ucap Lina yang membuat Rio terhenyak.
"Jodoh sampai akhir hayat?" batin Rio bertanya kembali pada dirinya sendiri dengan termenung.
"Diamini dong doa Mama," ucap Lina setengah memaksa yang membuat Rio terkejut dari lamunannya, "Kamu ngelamunin apa sih?"
"Ah, tidak-tidak Ma, Amin, Rio tidak melamun apa-apa," jawab Rio mencoba untuk santai kembali.
"Mama keluar dulu, kamu lanjut lagi chatnya sampai dia mau sama kamu," pesan Lina penuh pengharapan.
"Amin Ma," jawab Rio ragu-ragu.
Lina keluar dari kamar Rio, sedangkan Rio kembali memikirkan doa dari Mamanya, "Jodoh sampai akhir hayat? Berarti aku tidak akan bisa bersama dengan Intan dong," batin Rio yang dalam hatinya masih berharap bisa bersatu sama Intan, meskipun dia tahu Intan sudah menjadi istri orang lain, tapi bukankah nasib itu tidak ada yang tahu, bisa saja tiba-tiba suami Intan meninggal dan Intan janda, jadi dia bisa kembali mengejar cinta Intan, pikir Rio.
"Ah, jangan pikir yang macam-macam dulu, tujuan utama kamu yaitu mendekati Clara dan membuat Intan cemburu," ucap Rio dengan cepat yang kembali melihat obrolannya bersama Clara, tapi terlihat Clara sudah tidak online lagi.
"Kan jadi gagal gombalan lanjutannya, gara Mama nih," gerutu Rio yang asal lempar ponselnya ke samping dengan kecewa karna Clara sudah offline.
...
Pagi hari di rumah Clara.
"Clara, ayo bangun, kita harus siap-siap untuk persiapan ulang tahun Tante Saira," ucap Alena yang menggoyangkan tubuh gadis kecil itu agar bangun dari tidurnya.
"Ya ampun Ma, ini masih terlalu pagi, Clara masih ngantuk," ucap Clara yang kembali menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.
"Ih, kamu jangan malas-malasan dong, kamu mau Kak Intan kecewa sama kamu, karna kamu telat datang ke ulang tahun Tante Mirna?" ucap Alena yang mengeluarkan jurus jitu dengan menyebutkan nama Intan.
Mendengar nama Intan, Clara langsung bangun dengan cepat dan duduk di pinggiran tempat tidurnya.
"Tidak Ma, Clara tidak mau kak Intan kecewa sama Clara, nanti tidak ada lagi yang bisa bantuin Clara bikin tugas," jawab Clara sambil mengusap-ngusap matanya untuk menepis rasa kantuk yang masih tersisa.
"Makanya, ayo cepat bersiap-siap," ucap Alena.
"Iya Ma."
Clara dengan cepat bangun dan pergi ke kamar mandi untuk menuntaskan hajatnya sekalian membersihkan tubuhnya.
Setelah mandi-mandi Clara memakai baju yang sudah disiapkan oleh Mamanya di dalam lemari.
Ting! ...
Sebuah chat mengawali pagi Clara, Clara mengambil ponselnya di atas nakas dan membuka pesan tersebut.
"Selamat pagi putri salju," ucap Rio yang masih dikenali nomornya oleh Clara karna pesan kemarin belum terhapus.
Clara yang membaca pesan Rio rasa-rasanya pingin muntah.
"Maaf saya tinggal di iklim tropis," balas Clara yang membuat tawa Rio meledak.
"Ini anak kayaknya berjiwa humoris ya," ucap Rio yang masih terlihat lengkungan di kedua ujung bibirnya.
"Ada pesta ulang tahun di rumah, tapi Mas tidak diundang," balas Rio dengan emot sedih.
"Wah! Mas mata-matai keluarga saya ya!" cecar Clara dengan emot berapi-api.
"Eh bukan, bukan begitu, tadi pagi tidak sengaja saya lewat depan rumah kamu, terus saya lihat dekor di depan rumah, terus saya tanya sama tetangga kamu, terus dapat deh jawabannya," balas Rio dengan gaya humornya.
"Terus saya harus bilang wow gitu?"
"Gaya lama itu Dek, dibuang saja," balas Rio dengan emot mengejek.
"Clara, cepat Sayang," panggil Alena dari luar, yang membuat Clara hanya membaca pesan Rio, dan kembali meletakkan ponselnya di atas nakas.
Clara tidak memedulikan lagi pesan Rio, dia dengan cepat merias wajahnya dengan makeup natural dan cepat-cepat keluar dari kamarnya tanpa mengambil ponselnya kembali.
"Aduh lupa ambil tas," ucap Clara yang dengan cepat berlari masuk ke dalam kamarnya lagi, dan dengan cepat dia meraih tas yang berwarna senada dengan gamisnya.
"Clara," panggil Alena dari luar, "Kamu di mana? cepatan Sayang," lanjutnya lagi.
"Iya Ma, ini Clara juga sudah siap," jawab Clara buru-buru keluar untuk menemui Mama sama Papanya.
"Ayo kita langsung ke rumah Tante Mirna," ucap Alena pada Clara dan Dimas-suaminya.
Clara dan Papanya bergandengan tangan dan mengikuti langkah Alena dengan beriringan agar bisa hadir ke pesta ulang tahun Mirna tepat waktu.
"Ayo masuk, jangan ribut-ribut, biar Mirna tidak bangun," bisik Alena pada anak dan suaminya.
Mereka hanya mengacungi jempol tanda setuju dan mulai memasuki rumah mertua Intan.
"Ayo masuk-masuk," ucap Intan dengan pelan begitu melihat keluarga Clara datang.
"Sudah siap semua Kak?" tanya Clara pada Intan.
"Sudah, tinggal tunggu Mama keluar dari kamarnya saja, ini Mama pasti kaget karna ulang tahunnya sudah lewat seminggu yang lalu," ucap Intan pada mereka.
"Iya, tidak apa-apa, yang penting dia bahagia," jawab Alena.
"Dekorasinya di mulai hias jam berapa?" tanya Dimas pada Intan karna dirinya sangat lelah tadi malam, dan tidak sempat membantu dekor.
"Sekitar jam dua malam," pertanyaan yang diajukan untuk Intan tapi di jawab oleh Alina, "Eh itu Angga sepertinya lagi panggil kita, kayaknya Mirna sudah mau keluar dari kamarnya, yuk kita masuk ke kamar dulu," ucap Alena pada beberapa tetangga dekat yang juga sudah hadir di sana.
Mereka mulai mematikan lampu di ruangan tersebut dan terlihat langkah kaki Mirna yang mulai mendekati ruang tamu.
"Mirna sudah mendekat, ayo kita sama-sama keluar dalam hitungan ke tiga, satu, dua, tiga," Alena memberikan aba-aba.
Bersambung ...