"Isi ceritanya berubah?" dalam hati gadis berambut merah kecokelatan sewaktu dirinya berjalan dibelakang Lyon menuju kereta kuda.
Suara tangis wanita dua anak itu masih terdengar samar padahal kereta kuda kedua anak Duke itu sudah pergi berjalan meninggalkan Ibu Kota.
Ophelia hanya termenung, dirinya tidak bicara lagi setelah masuk ke dalam kereta. Lyon tidak berani menanyai adiknya, dia baru akan menanyai gadis bermata emerald itu nanti, setelah sampai di kediaman ayah mereka.
***
Orion Victory, lelaki berambut merah menyala seperti api. Jauh dari Kota Oriana yang ramai dengan aktivitas penduduknya, Kakak pertama Ophelia itu sedang pusing mengurusi aset negara. Dirinya tertunduk lemas disebuah tenda yang berdiri tak seimbang di padang yang luas.
Tak jauh dari tendanya pertambangan emas terlihat cukup sibuk bersama dengan para pekerjanya. Tinggal sehari lagi teman lamanya itu akan datang ke Ibu Kota, namun ada sedikit masalah.
"Sampai kapan kamu akan seperti itu, Tuan Muda Duke?" kalimat tersebut yang di dengar oleh telinga Orion sewaktu dirinya termenung, membuat konsentrasinya buyar seketika.
"Apa yang membuatmu kemari, Tuan Jacklandro Apallo?"
"Aku hanya sedang mengamatimu dari kejauhan, kurasa kamu sedikit mengganggu pemandangan, jadi aku kemari, hahaha," tertawa, Kakak pertama Ophelia tau jika kata-kata itu hanya untuk gurauan saja, jadi dia tidak marah kepada rekan kerjanya itu, "kau tau siapa yang membuat ulah akhir-akhir ini?" tiba-tiba bertanya serius.
"Entahlah, hasil pertambangan mendadak berubah menjadi batu, kemana emas yang di gali oleh para pekerja? Beberapa banyak yang mengeluh karena mereka sudah susah payah mencari, namun tak kunjung mendapatkan apapun."
"Ya, ini aneh... Siapa yang mencuri semua emas dipertambangan?" lanjut pria bermata hitam pudar di depan Orion.
Kakak pertama gadis berambut merah kecokelatan itupun menghela napas panjang, "sebentar lagi orang dari negeri sebrang akan kemari mengambil beberapa emas untuk ditukar kembali dengan hasil panen perkebunan mereka, jika seperti ini akan jadi masalah besar," ucapnya.
"Sebaiknya cepat laporkan pada Putera Mahkota," sahut pria lain yang entah tak ada angin ataupun hujan tiba-tiba dirinya datang dari kejauhan.
"Kau--" kalimat Orion terhenti, pria itu lanjut bicara.
"Aku kemarin melihat adikmu, lho. Dia jadi lebih berani ya, sekarang."
"Tutup mulutmu!" teriak laki-laki berambut merah menyala yang tak lain adalah kakak tertua Ophelia.
"Haha, tak perlu seperti itu, aku hanya mengatakan fakta," pria itu sangat santai.
Jacklandro dengan cepat meraih lengan Orion untuk membuatnya berhenti, dia tau rekan kerjanya itu sedang banyak pikiran, dia sedang tidak sehat mental.
"Oi, kau tidak seperti biasanya, tenangkan hatimu. Kau bukan Orion," pria bermata hitam pudar itu menghela napasnya, "hah... Sudahlah. Ayo kita bertemu di Ibu Kota," ia lantas menepuk pundak lelaki berambut merah menyala itu untuk memberikan isyarat, sekaligus menenagkannya dari amarah.
Badan Orion yang kaku karena emosi kini kembali meregang, telapak tangannya yang mengepal erat kemudian di lepas, "kau benar, sia-sia aku bicara dengannya."
Jacklandro dan Orion kemudian pergi meninggalkan pria yang baru saja datang tadi, mereka seakan tidak peduli dengan apa yang baru saja terjadi.
"Cih, hei...! Hati-hati, adikmu sudah jadi orang lain, lho. Hihihi."
Ejekan itu masuk ketelinga Orion begitu saja.
"Dasar orang gila," sahut Jacklandro.
***
Kereta kuda telah berhenti di depan sebuah Mansion megah, gadis berambut merah kecokelatan turun dari kereta kuda, di ikuti dengan Kakak laki-lakinya di belakang.
"Kau mau ke taman, Ophelia?" tanya Lyon.
"Tidak, Kakak. Aku akan langsung beristirahat," jawabnya.
"Kita belum sempat ke butik, apa kau mau nanti? Suasana hatimu hancur, ya?"
Menoleh, "hehe, sepertinya iya. Aku akan kabari lagi nanti," tersenyum.
"Baiklah, aku akan kembali ke istana."
"Hati-hati di jalan, Kakak," gadis berambut merah kecokelatan itu tidak jadi langsung masuk ke dalam, dengan bola mata emerald miliknya ia melihat Kakak keduanya pergi berjalan ke arah istana Oriana.
Berbalik, "kemana Sherly?" tanya Ophelia kepada pelayan, namun tidak ada satupun orang yang mau menjawab dirinya.
"Aku tanya sekali lagi, dimana Sherly?"
Para pelayan di Mansion Asclepias tidak peduli dengan pertanyaan Ophelia, "astaga," Violet yang ada di tubuh Ophelia mulai pening, "apakah semua orang di sini tuli atau bisu?" sambil menepuk keningnya.
"Baiklah, akan ku cari sendiri. Aku tidak butuh bantuan kalian," gadis berambut merah kecokelatan itu pun pergi begitu saja, dirinya menahan amarah dan mencoba untuk sabar lantaran tidak ada satupun pelayan yang mau menjawab pertantaannya.
Di lorong, Ophelia berjalan sendiri, "mereka pikir siapa, astaga benar-benar tak habis pikir, mau sampai kapan pelayan di sini bertingkah seenaknya tanpa sepengetahuan Ayah?!" dalam hatinya kesal.
"Bruk," gadis dengan mata hijau emerald itu merasakan sesuatu yang aneh, dirinya lantas mundur beberapa langkah karena merasa telah menabrak sesuatu.
Mendongakkan kepala, "T-tuan Loukas, sedang apa di Mansion Duke?"
Pira dengan rambut perak itu pun menggaruk kepalanya, "ah... Aku sedang ada urusan dengan Tuan Duke..."
"Tuan? Dengan Ayahku?" bertanya.
"Iya, itu benar. Lady akan kemana? Aku lihat sepertinya Anda sedang merasa kesal," tersenyum sampai-sampai matanya menyipit.
"Apakah sejelas itu?"
"Ahaha, iya sangat jelas," tertawa kecil.
"Hah... Aku mohon lupakan saja ekspresi wajahku tadi," meminta pira bernama Loukas itu untuk tidak membahasnya lagi.
"Aku sudah melupakannya, Lady."
"Kau tidak pandai berbohong, ya? Ya... Baiklah, aku anggap kau sudah lupa," Gadis berambut merah panjang kecokelatan itu tidak mau membahasnya.
Ophelia dan pria bernama Loukas tanpa sadar mengobrol di lorong Mansion, tempat Duke Asclepias tinggal. Gadis bermata emerald itu pun segera sadar.
"Tuan, tidakkah kita pergi ke taman Mansion saja sambil menikmati teh? Ku rasa tidak nyaman kita mengobrol sambil berdiri di sini."
"Oh-- itu benar... Maaf aku sudah mengganggu waktumu, Lady," Pria dengan rambut berwarna perak itupun seperti ingin memberikan salam selamat tinggal, namun di tahan oleh Ophelia.
"Apa? T-tidak, kau tidak menganggu... Mari kita mengobrol saja di taman..." meyakinkan kalau tidak ada yang perlu di salahkan.
"Terima kasih, Lady. Aku menerima kebaikan hatimu, akan tetapi aku harus segera pergi," merasa tak enak.
"Baiklah, aku tidak memaksa jika kau ada urusan lain."
Pira dengan rambut perak itu tersenyum sebelum pergi, dan berjanji suatu saat nanti jika mereka bertemu lagi, mereka akan pergi minum teh bersama-sama.
"Huft...." Violet yang ada di tubuh Ophelia menghela napasnya, "apakah aku langsung bertanya pada Tuan Duke saja? Tidak, apakah aku harus langsung bertanya pada Ayah, atau Kakak pertama?" dirinya frustasi.
Gadis berambut merah kecokelatan itupun memutuskan untuk tidak lagi mencari Sherly. Setelah berpikir lama sambil berkeliling Mansion menggunakan gaun merah yang ia kenakan, akhirnya dia memutuskan untuk menemui Orion saja daripada pergi ke ruangan kerja Ayahnya.
"Sebaiknya lebih bagua jika aku meminta tolong pada Kakak pertama," dengan cepat dirinya pergi bersiap untuk menemui Orion, Kakak pertamanya itu, dan pergi meninggalkan Mansion tanpa pelayan pribadinya.