Putera Mahkota menatap tangan kanannya, "bagaimana jika dia sungguhan melakukan itu?"
"Bisa-bisa hilang koneksiku dengan Bangsawan tertinggi di negeri ini," dalam hati.
"Yang Mulia?" Rouvin, sang tangan kanan Putera Mahkota itu memanggilnya.
Putera Mahkota hanya diam saja, tangan kanan-nya itupun segera pamit untuk undur diri. Dia tidak bertanya pada Putera Mahkota, bagaimana anak dari Raja ke-4 Oriana itu akan melancarkan cara untuk menghentikan Puteri Bungsu Duke agar tidak jadi membatalkan pertunangannya.
***
Ophelia, gadis berambut merah kecokelatan itu telah sampai di Mansion Duke dengan selamat tak kurang suatu apapun, bersama dengan Ayahnya, Duke Osceola, dirinya pergi ke ruang tamu untuk menjelaskan alasan mengapa dirinya ingin membatalkan pertunangannya itu.
Namun, sebelum dimulainya percakapan, seperti biasa jamuan minum teh telah disediakan bersama dengan hidangan cemilan di atas meja. Pelayan Mansion terlihat agak sinis menatap Ophelia duduk berhadapan dengan ayah kandungnya, perasaan ingin tau dari dalam pikiran mereka bergejolak seakan ingin mengetahui segalanya.
Sesudah menyiapkan jamuan itu salah satu diantara mereka tak kunjung beranjak dari ruang tamu Mansion. Bukan gadis berambut merah kecokelatan, yakni Ophelia, melainkan ayahnya sendiri, Tuan Duke Asclepias yang merasa risih sehingga harus mengusir pelayannya keluar dari sana.
"Ada apa kau tidak segera pergi dari ruangan ini?" tanya majikannya pada pelayan Mansion.
Merasa panik, pelayan itu tidak menjawab, dan langsung pergi ketika sebuah teguran kecil keluar dari mulut Tuan Duke Asclepias.
"Cepat katakan alasanmu kenapa ingin berbuat nekat seperti itu? Ini bukan hal yang mudah untuk di putuskan, akan tetapi jika bukan Putera Mahkota sendiri yang menerima permintaanmu secara lapang dada, dirinya pasti tidak akan mau melepaskanmu, jadi berikan padaku alasan yang jelas," ucap Tuan Duke kepada Puteri Bungsunya.
"Bolehkah aku mengampu ilmu di bidang kemasyarakatan?" ujar Ophelia tegas masuk ke gendang telinga ayahnya.
"Apa?"
"Aku ingin belajar ilmu kemasyarakatan."
Tuan Duke tidak yakin dengan apa yang diucapkan oleh anaknya, dia merasa sedang bermimpi, "..... Itu tidak masuk akal."
"Itu akan masuk akal jika aku melakukannya dengan sungguh-sungguh, Yang Mulia Duke Asclepias."
Tercengang, "sejak kapan Ophelia jadi berani seperti ini?" dalam hati Tuan Duke Curielo Osceola Asclepias.
"Apa kau sungguhan Puteriku, Ophelia Violetta?" tanya Tuan Duke mendadak membuat jiwa Violet terkejut.
"Hah...?!" dalam hati, "a-apa yang Anda katakan, Tuan Duke. T-tentu saja aku adalah Puterimu," gugup.
Kecurigaan itu semakin membuatnya resah, "Kau bukan orang yang datang untuk menghancurkan hubungan Keluarga Duke dengan Keluarga Kerajaan bukan?" pertanyaan Ayah pemeran utama wanita di buku "Unrequited Love" semakin nyeleneh, "apa kau penyihir yang menyamar menjadi Puteriku agar bisa meraih keuntunganmu sendiri?!" nadanya tinggi.
Jiwa Violet mulai panik, bagaimana bisa ayah pemeran utama wanita punya pikiran di luar dugaannya.
Brak. Pintu ruang tamu terbuka, mendengar itu pertanyaan bertubi Tuan Duke terhenti, iapun berdiri dari tempat duduknya, "siapa yang mengijikanmu masuk kemari?!"
"Maafkan atas ketidaksopananku, Ayah," memberikan salam sebelum benar-benar masuk ke dalam ruang tamu Mansion.
Gadis berambut merah kecokelatan itu terdiam, "ini suara Kakak Pertama," dalam hati.
"Jika diperkenankan, apakah Ayah mau mendengarkan pendapatku?"
"Kakak kedua juga?" bingung, "ada apa mereka kemari secara tiba-tiba?" dalam hati bertanya.
Orion mendekat pada Tuan Duke, "Ayah, bolehkah aku membawa keluar Lia dari ruangan ini?" meminta ijin dengan sopan.
"Aku belum selesai bicara dengannya, mau kau bawa kemana adik perempuanmu itu?" tanya Tuan Duke Asclepias.
"Aku ingin mengajaknya pergi untuk menemaniku bertemu dengan Lady Ilona Josephine."
Mata Ophelia hampir copot dari tempatnya, "apaaa?! Ke rumahnya cabai keriting?!" jiwa Violet menolak ajakkan Kakak Pertama pemeran utama wanita.
Berpikir cukup lama, "..... baiklah, akan tetapi kau harus cepat kembali, ada yang harus aku bicarakan dengan Ophelia," manik hijau muda milik ayah pemeran utama wanita melirik gadis berumur 19 tahun itu.
"Terima kasih karena Anda telah mengijinkan, kami pamit undur diri," menundukan sedikit kepalanya.
"Apa? Tidak!!! Aku tidak mau! Tolong berhenti. Please, stop!" dalam hati gadis berambut merah kecokalatan berusaha menghentikan tubuhnya agar tidak menuruti permintaan Kakak Pertamanya.
"Aku tidak mau pergi...! Lebih baik di introgasi oleh Ayah pemeran utama wanita daripada harus ke sana," jeritan hati seorang Violet yang terperangkap di dalam tubuh Ophelia, namun seakan usahanya itu nihil hasilnya, mau berjuang sekuat apapun tetap tidak akan berhasil. Tubuh Ophelia sudah otomatis bergerak, dan mendengarkan permintaan Kakaknya, walau dalam hati Violet ingin sekali kabur.
"Kampret, aku sedang tidak mau berurusan dengan Theresia, bagaimana jika nanti Ophelia bertemu dengannya?" menangis dalam diam, dirinya hanya bisa pasrah.
***
Sementara itu, kembali jauh di sebuah hutan yang dalam, Meadow namanya, satu ekor serigala putih perak sedang berbicara dengan seseorang.
"Apa yang kau lakukan?"
"Aku bertemu dengan sesuatu yang asik untuk diajak bermain. Kau tau sesuatu tidak? Dirinya begitu cantik dan lembut, namun tindakannya bisa dibilang cukup ceroboh, hihi."
"Jangan bicara berputar-putar, langsung ke intinya saja," ucap serigala itu, yang tak lain adalah Tuan Loukas.
"Aku bertemu dengan seorang Lady tadi di Ibu Kota Oriana, dan kau tau apa yang dia lakukan?" bertanya.
"Tentu saja aku tidak tau, cepat katakan saja, kau ini kebiasaan bicara saja lelet sekali," menyindir.
"Apa katamu?" sinis.
Pria berambut putih perak itu hanya menghela napasnya, jika terus di ladeni dia hanya akan membuat masalah.
"Apa kau tau Tuan Puteri Duke?"
Pupil hewan buas di malam hari itu mengecil, "apa kau bilang? Tentu saja aku tau."
"Aku habis bertemu dengannya," dengan bangganya mengatakan itu, "aku tadi sedang menyamar dalam keadaan yang buruk, dan dia dengan santainya memungutku tanpa mempedulikan sekitarnya, ahaha."
Spontan menerkamnya dengan kasar, "Apa yang kau lakukan, Tuan Tristan Mort, Pangeran Kucing dari Hutan Meadow! Kau tidak membuat ulah lagi, kan?"
"Hei, kasar sekali. Aku ini pangeran!" menepis cakar-cakar Loukas dan mendorongnya ke belakang agar menjauh dari tubuhnya, "sopan sedikit padaku, walaupun kita ini sudah berteman sejak lama!"
"Aku juga pangeran, kenapa banyak gaya, dasar."
"Hihihi, kau ingin tau aku membuat ulah atau tidak? Justru Lady itu yang membuat ulah, dia mencuri kertas penting di dalam tenda pertambangan Kerajaan Oriana. Jika Kakak Pertamanya itu tahu, habislah dia, mau sesayang apapun dia pasti akan dapat masalah."
"Sialan," Pria berambut putih perak itu belum bisa berbuat apa-apa.
"Hoo... Sepertinya Tuan Loukas ada sesuatu dengan Lady Asclepias, ya?" menggoda temannya itu, "aku hanya ingin memberi tahumu, nanti malam aku akan menyelinap ke kamarnya, dan mengambil kertas itu sebelum Tuan Puteri Asclepias membaca semua isinya."
"Tidak akan aku biarkan kau melakukan itu sendiri," Serigala putih perak lalu mendahului langkah pria di depannya.
Tristan Mort, Pangeran dari salah satu suku hewan di hutan Meadow juga ikut merubah bentuknya yang semula menusia menjadi seekor kucing berwarna hitam.
***
Di ruang tamu sebuah Mansion, seorang pria berambut seperti surai singa itu menjelaskan pendapatnya tentang permintaan adik perempuannya, Ophelia, yang ingin membataklan pertunangan dengan Putera Mahkota.
"Aku kemarin mengajaknya jalan-jalan keluar seperti biasa, kami bergi ke sebuah café di pusat Ibu Kota, dan apakah ayah bisa mempercayai ini?" bicara, Tuan Duke Osceola mendengarkan sembari duduk di kursi ruang tamu Mansion.
"Dia memintaku untuk berhenti di pinggir jalan Ibu Kota, dia meminta sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang Lady pada umumnya, dia ingin sebuah permen yang di bentuk langsung di pinggir jalan itu."
Kata-kata Kakak Kedua Ophelia menarik perhatian ayahnya, Lyon pun terus melanjutkan ceritanya.
"Ku pikir tidak apa jika menuruti keinginan kecilnya itu, disana dia bertemu dengan satu orang wanita yang mempunyai dua orang anak. Ophelia memberikan semua permen itu pada anak-anaknya, dan saat kabar duka datang pada wanita dua anak yang menyatakan bahwa ayahnya telah meninggal dunia karena di bunuh, tidak tampak sedikitpun rasa takut dimata adik perempuanku, ayah."
"Dia bahkan hanya diam, seharusnya ayah tau bagaimana sikap Ophelia sebenarnya. Ya, dia harusnya merasa takut dan cemas, dengan sikap lugunya itu dirinya pasti akan langsung memintaku untuk segera pulang dari jalanan Ibu Kota. Akan tetapi tidak, dia hanya tenang dan tidak mengatakan apapun," lanjutnya.
"Lalu? Apa yang sebenarnya ingin kau katakan pada Ayah?"
"Ku pikir tidak masalah jika alasan Ophelia ingin membatalkan pertunangan itu karena dia ingin belajar ilmu kemasyarakatan. Apakah ayah tidak berpikir Ophelia terlalu sering berada di dalam Mansion? Setelah kejadian hilang selama satu minggu dirinya jadi lebih sering mengekspresikan diri bukan? Dia juga lebih ceria jika keluar dari Mansion."
Tuan Duke mulai berpikir ulang.
"Ayah, mungkin Ophelia merasa jenuh, dia tidak pernah sekalipun keluar karena perintah Ibu yang mengharuskannya tetap berada di dalam. Dia tidak pernah bisa menjadi dirinya sendiri, bagaimana bisa membiarkan puterimu seperti itu? Setelah tetap terus di dalam Mansion, dirinya harus mengemban tugas berat menjadi istri Putera Mahkota. Jadi, biarkan dirinya memilih jalannya sendiri..."
Tuan Duke tidak bisa bicara apa-apa lagi.
"Itu saja yang ingin aku katakan pada Ayah... Aku harap Anda memikirkan ulang permintaan Opheli, dia sudah dewasa, ini juga permintaanku sebagai Kakak Kedua-nya. Aku permisi dari sini, semoga harimu menyenangkan, Yang Mulia Duke."