What if I never know you in this life? What if your heart break like mine? And you're gone from me as well as I can't find you. I gotta thru this feeling all alone! (Kleiner Rutherford Stonevrustarios)
**
"Jika tidak ada yang penting, silakan tinggalkan kamar saya!"
Kleiner terpaksa membentak kepala pelayan barunya karena ia tidak ingin membuang waktunya untuk menunggu jawaban dari Ellie lebih lama lagi.
Ellie Caroline tidak bisa untuk tidak melamun membayangkan dirinya berada di satu ranjang yang sama dengan The Sexiest Demon yang sejak awal sudah sangat menggoda imannya.
Tik!
Kleiner menjentikan jarinya di depan wajah Ellie. Dan dalam sekejap, wanita itu tersadar dari lamunannya.
"Ah, maーmaafkan saya, Tuan muda!"
"Pergilah, sebelum saya memecat mu!"
Kleiner hendak menutup pintu ruang tidurnya, tetapi wanita dua puluh enam tahun tersebut menahan pintu tersebut dengan tangannya.
"Tunggu, Tuan!"
"Apalagi?! Kau hanya membuang waktuku saja! Pergi sana!"
"Nona Margareth baru saja pergi dari mansion Anda."
Kleiner menahan diri untuk tidak menutup pintu kamarnya. Ia membuka kembali pintu tersebut.
"Apa?! Lalu, apa yang dia sampaikan?"
"Pagi ini, Tuan besar mengundang Anda beserta dengan Nona Cyra ke halaman belakang mansion-nya."
"Pagi ini?! Bukankah tua bangka itu tahu, bahwa saya akan pergi bekerja?! Mau apa dia?!"
"Maaf, Tuan. Saya tidak berani menanyakan hal tersebut kepada Nona Margareth."
Ellie tidak berani menatap kedua mata Kleiner karena luka di hatinya belum kering. Ya, ia tidak ingin tuannya selalu membentak dirinya.
"Katakan pada Margareth, bahwa saya tidak akan datang memenuhi undangan Kakek Bay!"
Ellie terkesiap. Ia tidak bisa berkata apapun atau membantah perintah tuannya. Ia hanya bisa mengiyakan apa yang diperintahkan Kleiner kepadanya.
"Baik, Tuan muda. Saya akan segera pergi memberitahu Nona Margareth."
Ellie menundukkan kepalanya dan bersiap mengambil langkah, tetapi suara Vyschella membuat wanita itu mengubur niatnya dalam-dalam.
"Tunggu, Kley!"
Vyschella datang dan berdiri di samping Kleiner. Ia tersenyum ketika melihat kepala pelayan yang baru saja bekerja di mansion Kleiner beberapa hari yang lalu.
"Ada apa, CiーCyra?"
"Bukankah kita berhutang kepada Kakek?"
Vyschella berusaha membujuk Kleiner agar pria itu mengikuti sarannya untuk memenuhi undangannya.
"Berhutang apa?"
Kleiner mengangkat alisnya. Kau tidak tahu bahwa Kakek dan Nenek bukan tidak mungkin jika ingin mencelakai mu, Cia! Kau tidak akan mengerti maksud yang tersembunyi di hati mereka berdua! seru Kleiner dalam hati.
"Berhutang kunjungan ke mansion Kakek, Kley. Sebaiknya kita pergi ke sana pagi ini."
"Tidak perlu!"
Kleiner menatap Ellie. Wanita yang berprofesi sebagai kepala pelayan mansion Kleiner tersebut ingin mengetahui apa saja yang ada di dalam diri Vyschella. Ia pun mencari tahu sesuai permintaan Alexa.
"Kau pergilah!"
"Baik, Tuan muda."
Ellie membungkukkan badannya. Ia berlalu dari sana dengan geram. Di sepanjang jalan menuju tangga pun ia selalu menggerutu.
"Aku bahkan lebih cantik daripada istrinya dan tubuhku lebih molek jika dibandingkan dengannya!"
**
"Kembalilah ke dalam, Cyra!"
"Tapi, Kley ...."
"Aku sedang tidak ingin berdebat denganmu!"
Brak!
Kleiner menutup pintu ruang tidurnya lalu berjalan meninggalkan Vyschella yang masih berdiri di tempatnya.
"Kley, aーaku hanya memberikan ...."
Vyschella menyusul Kleiner ke dalam ruang tidur pasangan pengantin baru ini. Ia tidak bermaksud membuat sang suami marah atau kecewa padanya.
"Lain kali, jangan ikut campur yang bukan urusanmu! Mengerti?!"
"A--ku tidak bermaksud seperti itu, tetapi ...."
Bruk!
Vyschella terkejut karena Kleiner berhenti dengan tiba-tiba. Ia menabrak tubuh atletis sang suami.
"Mengapa kau selalu saja ceroboh, CiーCyra?"
Vyschella tidak bisa berbuat apa-apa selain menundukkan kepalanya. Ia tidak ingin membuat keadaan semakin runyam.
"Maaf."
"Huh!"
Kleiner menarik napasnya dalam-dalam sambil sesekali melirik sang istrinya yang mungil.
"Hmm ...."
Vyschella mengerjap saat Kleiner merampas bibirnya. Ia hanya pasrah dengan perlakuan suaminya.
Kau membuatku candu, Cia! Apa kau tidak mengingatku? batin Kleiner yang mengharapkan wanita itu mengingat dirinya.
Lima menit lamanya, Kleiner melakukan penyerangan mendadak kepada Vyschella hingga napas wanita itu naik turun tidak beraturan.
"Ayo, kita ke mansion Kakek!"
Kleiner berseru sambil berjalan ke ranjang untuk mengambil jasnya. Sementara Vyschella hanya bisa menggeleng melihat sikap Kleiner yang tidak terduga.
**
Jarak dari mansion Kleiner menuju mansion tuan besar keluarga Stonevrustarios cukup jauh. Setidaknya jarak tempuh tersebut membuat Vyschella berkeringat.
"Apakah masih jauh?!"
Kleiner menoleh ke belakang. Vyschella berjalan jauh tertinggal di belakangnya. Ia melihat wajah wanita itu kelelahan.
Jika dia terus memaksakan diri seperti ini, pupus sudah harapan saya untuk memiliki anak darinya, batin Kleiner.
"Bukankah kau yang ingin pergi ke tempat Kakek Bay?"
Kleiner menyindir istrinya seraya tertawa dalam hati.
"Benar, tetapi tidak bisakah kau menyuruh pelayanmu mengantarkan kita ke sana dengan mobil?"
Kleiner tersenyum ketika mendengar Vyschella mengeluh padanya. Sikap seperti inilah yang sudah lama pria itu tunggu-tunggu.
"Pelayan ku memiliki pekerjaan yang lebih penting dari ini!"
Vyschella menghentikan langkahnya. Ia bertolak pinggang sambil membulatkan kedua matanya.
"Jadi, apakah kau bukan seseorang yang penting bagi mereka?"
Vyschella mencoba membolak-balikkan keadaan. Sebenarnya, apa yang dia inginkan? Sang suami pun hanya tersenyum menyembunyikan perasaan sesungguhnya terhadap Vyschella. Entah kapan pria arogan itu akan jujur pada dirinya sendiri.
**
"Wow, amazing!"
Vyschella takjub ketika melihat beberapa lukisan terpajang di ruang tamu mansion sang kakek. Ia memang pengagum seni lukis dan hanya dirinya satu-satunya yang mewarisi darah seni dari sang nenekーGwyneth Stephany Ellenaーyang merupakan mantan seorang balerina prima Royal Ballet, London, Inggris.
"Apakah Kakek mu merupakan pecinta seni dua dimensi, Kley?"
Vyschella berhenti di depan lukisan aliran Surealisme. Ia menatapnya dengan mata berbinar.
"Cepatlah!"
Kleiner tidak pernah tertarik dengan seni, apapun itu. Karena menurutnya, seni hanya membuang-buang waktunya saja. Vyschella menoleh ke arah Kleiner dan segera menyusulnya.
"Ya."
Vyschella berjalan mengikuti Kleiner menuju halaman belakangan mansion tuan besar keluarga StonevrustariosーAckerley Bay Stonevrustarios.
Kleiner melihat sang kakek sedang duduk di kursi rotan seorang diri. Ia membaca surat kabar yang terbit pagi ini dengan serius hingga tidak menyadari kedatangan Kleiner beserta Vyschella.
"Selamat pagi, Kakek!"
Kleiner menyapa orang tua itu seraya menyodorkan tangannya hendak mencium punggung tangan yang sudah keriput.
Ackerley mendongakkan kepala dan mendapati cucu kesayangannya sudah berada di hadapannya tanpa senyum.
"Hari masih pagi, tetapi mengapa wajahmu ditekuk seperti kertas origami anak kindergarten, Kley? Mengapa? Hahaha ...."
Ackerley tidak menanggapi uluran tangan Kleiner, ia justru menatap Vyschella yang sedang memamerkan senyum ramah padanya.
"Oh, cucu menantu kesayangan saya pun datang!"
Ackerley tersenyum lebar pada Vyschella. Pria tua itu menyambut dengan hangat kehadiran istri dari Kleiner Rutherford Stonevrustarios. Tanpa menunda waktu, Ackerley mengulurkan tangannya kepada Vyschella seperti yang Kleiner lakukan padanya tadi.
"Selamat pagi, Kakek Bay!"
Vyschella menyapa sang kakek seraya menyambut uluran tangannya. Wanita itu menempelkan hidungnya di punggung tangan Ackerley.
Oh, apa ini? Manis sekali cucu menantuku! Apakah wanita yang tidak disukai oleh seluruh orang di mansion ini sudah berubah? Berbagai pertanyaan menyambangi benak Ackerley seolah orang tua itu tahu bahwa pemikiran-pemikirannya selalu tepat.
"Duduklah!"
Kleiner dan Vyschella duduk mengapit Ackerley, tetapi meski begitu, sang kakek tetap mengacuhkan cucu kandungnya sendiri.
"Jadi, apa yang ingin kau makan pagi ini? Margareth akan menyiapkannya untukmu, Cyra."
Vyschella merasakan kehangatan juga kasih sayang dari Ackerley. Ya, tentu saja itu benar. Selama ia berada di mansion mewah keluarga Stonevrustarios, hanya tuan besar Ackerley yang memperlakukan dirinya selayaknya manusia. Sungguh sikap kebijaksanaan seperti inilah yang dibutuhkan di dalam sebuah keluarga.