Raut wajah Rina semakin cemas. Dia segera mengambil ponsel dan mencari kontak Dirga. Rina ingin segera menghubungi nomor calon suaminya. Namun, dia ingat jika dia tidak pernah menyimpan nomor milik Dirga.
'Memang selama ini aku tidak pernah menyukainya. Makanya juga aku tidak ingin menyimpan nomornya. Lagian untuk apa? Terlalu horor jika memiliki nomornya. Pasti juga statusnya tentang gadis-gadis yang yang mon,' umpat Rina dalam hati dan tidak meneruskannya.
Rina memberanikan diri untuk menghubungi Eza. Dengan ragu-ragu dia mengetuk gambar panggilan berwarna hijau.
Panggilan Rina ditolak. Membuat Rina semakin dilema dan bingung.
"Tenang Nak ... jangan cemas seperti itu. Biar Ayah yang pergi ke rumah sakit untuk Bu Susi," ujar ayahnya lalu bergegas.
"Ayah segera kabari ya," pinta Rina. Ayahnya menggangguk sambil membuka pintu mobil. "Raihan hati-hati ya jangan ngebut," ujar Rina menasehati pemuda berparas tampan itu.
"Siap Mbak," ujar Raihan lalu melajukan mobil. Rina terlihat sangat cemas.
"Tenang sayang ... tenang, jangan sedih ... doa. Katamu tadi harus percaya sama doa. Pasti Bu Susi akan baik-baik saja," kata sang bunda. Rina menangguk telapak yang mendingin diletakkan di pipinya.
"Bunda ... Bu Susi orang baik. Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Rina. Yang bersandar di bahu bundanya. Bundanya membeli mahkota dari sang putri
"Semoga dengan ini pernikahannya batal," ujar bunda. Rina menatap sayang bunda. "Semoga Bunda tidak salah berdoa. Karena bagaimanapun harapan Bunda, kamu memiliki suami yang tepat dan baik kepadamu. Bu Susi, memang orang yang sangat baik, tapi Bunda tidak terima jika anak Bunda menikah dengan sosok pemuda yang tidak setia. Bahkan dia selalu mengumbar kemesraan sana-sini dan tanpa malu. Semoga Allah membatalkan pernikahan mu. Hanya itu doa Bunda sekarang ini. Karena dengan doa seperti itu Bunda akan merasa tenang dan sedikit berkurang rasa sesal Bunda. Maafkan Bunda yang menjodohkan mu tanpa melihat kepribadian dari dia. Seharusnya dari awal bunda bisa menilai, bagaimana watak baik buruknya dia. Rina," kata bunda menggenggam erat tangan putrinya.
'Aamiin. Ya aamiin ya robbal alamin. Harapanku pernikahanku dengan Dirga gagal namun Bu Susi baik-baik saja dan tetap sehat. Aamiin Ya Allah ....' doa Rina dalam hati.
"Bunda benar-benar hancur ketika tahu, seorang gadis tengah berjuang naskah menggugurkan kandungannya. Melihat itu yang tidak lain tetangga kita. Melihat tangis pecah dari seorang bunda yang meratapi nasib putrinya karena ulahnya sendiri dengan Dirga. Sebagai sesama wanita jelas saja hati Bunda sakit. Terlebih lagi ketika Bunda membayangkan itu kamu. Ya Allah ... Ya Allah ...." Tangis sedih itu kembali menjadi.
Drettt!
Drettt!
Ponsel Rina bergetar dari nama kontak Raihan. Tetangga yang tadi mengantar ayahnya ke rumah sakit. Rina segera menjawab panggilan itu.
"Halo bagaimana Han, di situ? Keadaan Bu Susi bagaimana? Dan apa masalahnya?" tanya Rina beruntun, Rina berdiri ke arah luar jendela.
"Keadaannya sangat buruk Kak." Mendengar itu mata Rina membulat dan berkaca-kaca.
"Ya Allah ... lalu, apa kira-kira masalahnya?" tanya Rina dengan bibir bergetar menahan tangis.
"Aku pergi dari dokter Eza. Karena terlihat dia sangat terpukul. Aku sendiri belum tahu karena apa. Tapi aku mendapat kertas-kertas yang dilemparkan oleh dokter Eza Ke arahku, aku foto dulu, ya ... sebentar," ujar Raihan yang lalu menutup telepon.
Rina menunggu ponselnya bergetar. Tidak lama ada pesan whatsapp masuk.
Ponselnya malah kembali bergetar ternyata itu telepon.
"Mana berani aku menfoto mbak ternyata ... ehem-ehem. Aku masih tegang. Aku tidak bisa berkata apapun saat ini. Aku masih Pemuda SMA yang labil." Raihan menjelaskan tapi berbelit-belit.
"Raihan yang jelas dong. Kamu itu ngomong apa? Apa yang sebenarnya terjadi? Dan mana yang kamu bilang tadi surat atau kertas itu?" tanya Rina sangat penasaran sambil memukuli pahanya dengan pelan.
"Masalahnya ini sangat gawat darurat Mbak. Kalau aku membuka kertas ini, jelas aku bisa tegang mendadak. Dan mau ku ke manakan pistolku ini? Toh ... hiks. Lebih baik aku pulang saja sekarang. Biar Mbak tahu sendiri," jelas Raihan membuat Rina bingung.
"Raihan terlalu lama kalau pulang, mending sekarang kamu foto. Biar aku tahu," bujuk Rina saking penasarannya.
"Ini menyesatkan Mbak. Jurang lembah yang telamat dalam."
"Raihan jangan lebay ...."
"Mbak. Kasihani aku, hiks, ets ... kalau aku foto, Mbak harus bayar aku. Ini perjuangan antara nafsu dan syahwat. Aku memerangi nafsuku yang sudah tidak terkontrol. Jadi Mbak harus membayar ku, setidaknya mencarikan istri."
"Raihan. Please jangan bercanda aku serius." Rina sangat bingung dan tegang.
"Aku juga. Mbak. Aku masih syok. Tubuhku bergetar jika membuka semuanya, dan keluar ... ih. Masa aku harus jelaskan!" kata Riahan yang membuat Rina semakin bertanya-tanya.
"Han, tolonglah ...."
Telepon ditutup oleh Raihan. "Yah, malah ditutup teleponnya. Apa jangan-jangan itu foto mesum. Siapa dengan siapa? Apa ... akan ketahuan kalau Dirga dan Intan saling berhubungan? Ih ... Raihan bikin aku kepo."
Rina merasa tidak tenang dan tidak nyaman. Namun, tiba-tiba ponselnya kembali bergetar dan itu pesan WhatsApp masuk.
Rina terbelalak ketika melihat itu chat itu memang dari Raihan. Seketika Rina refleks menutup bibirnya.
Ternyata foto itu foto mesum antara Dirga dengan para gadis tanpa sehelai kain. Rina menelan salivanya dan segera membersihkan pesan itu. Ponsel Rina terus berdering karena Raihan mengirimkan banyak foto. Karena sangat risih dan merinding Rina yang polos segera menghapusnya tanpa mempedulikan siapa tokoh yang berada di dalam foto-foto itu.
"Pantas saja Bu Susi sangat syok. Aku saja syok dan darahku serasa naik berapa level. Hi ... Masya Allah ... Alhamdulillah ... akhirnya terbongkar." Rina tersenyum.
"Apa otomatis gagal nikah ...? Hehe ... terima kasih ya Allah Engkau memang Maha Baik dan maha segala-galanya. I love Allah. I love Allah ...."
Saking bahagianya Rina sampai sujud syukur dan tersenyum bahagia. Sangking bahagianya dia juga menangis haru. Lama dia bersujud dalam tangisan bahagia.
"Sekarang aku meyakini bahwa doa itu benar-benar diijabah. Bahwa Allah selalu menepati janjiNya. Aku saja yang ragu. Maafkan hamba. Karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala sudah berfirman Jangan bersedih karena Allah selalu bersama kita. Dan Ini semua adalah keajaiban yang nyata. Subhanallah subhanallah subhanallah ... aku yakin dengan terbukanya rahasia seperti ini. Pasti Bu Susi sudah tidak akan menjodohkanku dengan Dirga lagi. Masya Allah ... Hamba sangat bahagia ya Allah."
Rina tersenyum dan menatap ke langit-langit. Jantungnya terus berdebar berkencang setelah tahu Bu Susi kena serangan jantung karena ulah Dirga.
"Ya Allah ya Tuhanku. Sehatkanlah kembali Bu Susi. Aamiin ya Allah aamiin ya Allah." Rina segera mengusap wajah dan terus mengucap hamdalah.
Bersambung.