Telinga Gita seolah berdengung, dia berusaha tidak mendengarkan apapun, tapi suaranya menggema di lift yang sempit itu. Dia mendengar ucapan Heri yang meminta Raisa untuk bertunangan dengannya.
Raisa menarik napas dalam - dalam dan menatapnya dengan mata berbinar, "Kak Heri, apakah kamu serius?" Heri mengangguk, "Benar, kamu masih sekolah sekarang. Mari bertunangan dulu. Kita akan bertunangan setelah kamu lulus. Menikah, Raisa, maukah kamu menjadi Nyonya Hidayat-ku? "
"Ya, tentu saja, Kak Heri, aku memang menunggu sampai tiba hari ini. Aku sangat bahagia!" Raisa berjinjit dan mencium pipi tampan Heri.
Mata Heri selalu memperhatikan bayangan tipis di pojok, Ketika dia mendengar bahwa dia akan bertunangan, dia tidak menanggapi dan berdiri di sana dengan tenang.
Heri membuat lengkungan bibir tipis yang dangkal dan mencela diri sendiri. Saat ini, lift tiba dan pintu terbuka. Dia memeluk Raisa dan keluar, "Raisa, aku akan mengantarmu pulang."