Chereads / Lovely Maid / Chapter 27 - Sesuatu yang Janggal

Chapter 27 - Sesuatu yang Janggal

Melati baru membuka matanya saat terdengar suara ribut dari luar kamar Elang. Rasa penasarannya langsung memuncak, ia segera turun dari kasur  dan berjalan pelan ke arah pintu, namun tiba-tiba ia menginjak sandalnya sendiri hingga ia terjatuh di lantai.

Tak lama kemudian, pintu terbuka, dan Elang membantu gadis itu untuk bangun.

"Lo mau parodiin gaya suster ngesot, Mel? Kok gelesotan di lantai gitu?"

Seharusnya kalimat itu adalah sebuah candaan, Melati ingin tertawa, namun ia urungkan niatnya saat melihat ekspresi serius dari Elang.

"Aku mau keluar, kesandung jadi jatuh. Ada suara ribut di luar, ada apa sih?"

Elang bergerak gelisah, ia tengah memikirkan alasan yang sekiranya cukup masuk akal untuk diberikan kepada Melati.

"Biasa, Bang Bara lagi ngomel karena ponselnya kecuci kena maki deh itu pembantu baru. Udahlah, gausah pikirin! Jangan keluar dulu, suasanannya gak enak!"

Elang membalikkan tubuh Melati dan mendorong punggung gadis itu menuju balkon kamarnya.

Melati mendongakkan kepalanya sambil memejamkan mata, ia merentangkan kedua tangannya menyambut mentari pagi.

"Ngomong-ngomong, Nhola gimana? Kemarenan lo belum cerita!"

Melati menoleh ke arah Elang yang sudah duduk di kursi dengan santainya. Melati merengut lalu duduk di samping Elang.

"Kalian ini temenan dari SMA, harusnya kamu udah sangat memahami kondisi Nhola kan Lang?"

"Hum? Jangan berbelit-belit, otak gue lagi gak bisa dipakai mikir soalnya. To the point aja!"

Melati terdiam beberapa saat.

"Kamu gak sadar ada dinding yang sangat tinggi diantara kalian? Kamu kaya, dan dia enggak. Kamu memakai segala macam barang bermerk sedangkan dia nggak. Kamu menghambur-hamburkan uang sedangkan dia berjuang keras mengumpulkannya. Apa sudah cukup jelas?"

Elang terdiam. Diam yang entah apa artinya. Ini pertama kalinya Melati melihatnya menutup mulutnya rapat-rapat.

"Dia itu suka sama kamu, tapi dia gak mau terlibat dengan kamu. Dia takut semua orang akan memandangnya rendah saat dia bersamamu, dia merasa kecil Lang."

"Kalau uang dan barang branded masalahnya, maka kita anggap masalah ini sudah terselesaikan. Gue akan kasih dia sebanyak yang dia mau. Selesai."

Demi Tuhan, kapan pria ini akan benar-benar menggunakan otaknya?

"Kamu gila? Kamu pikir dia akan menerimanya? Kalau kamu memberinya uang atau barang-barang mewah itu, aku berani bertaruh, dia akan menampar kamu dan membenci kamu seumur hidupnya!"

Elang tercengang mendengar ucapan Melati. Ia tidak tahu bagian mana dri ucapannya yang salah.

"Jadi? Apa yang harus gue lakuin?"

"Entahlah." Melati menyandarkan punggungnya pada kursi. Ia menerawang jauh ke atas langit, melihat awan yang berwarna putih dan beragam rupa.

"Sial. Lo sama sekali gak ngasih solusi apa pun!" sulut Elang marah.

"Kalau aku minta kamu mengganti mobil kamu dengan motor, membuang baju branded kamu dan memakai yang biasa, lalu bekerja untuk menghasilkan uang sendiri, apa kamu mau melakukannya? Kamu bersedia meninggalkan segala kemewahan dan kemudahan ini untuk Nhola? Hum?" tantang Melati.

Elang menatap tajam manik mata Melati.

"Dan? Untuk apa gue ngelakuin itu?"

"Agar Nhola gak minder saat bersama kamu!"

Elang terdiam, ia mempoutkan bibirnya dan menyilangkan kakinya. Ditariknya napas dalam-dalam, lalu kemudian ia tersenyum tipis.

"Berat." celetuk Elang pelan.

Hum, tentu saja. Dia sudah terbiasa dengan segala macam kemewahan ini. Mana bisa dia meninggalkan semuanya begitu saja?

"Apa lo jamin dia akan nerima gue kalau gue lakuin apa yang lo minta tadi?"

"Gak juga, tapi setidaknya kamu bisa membuatnya nyaman, dengan begitu kamu bisa mendekatinya perlahan. Perlahan Elang! Perlahan." Melati menepuk lengan Elang pelan.

Setelahnya, mereka mengobrol panjang lebar tentang sosok pria sederhana yang berjuang keras dalam hidupnya.

Berkali-kali Elang tertawa. Ia memandang remeh ide Melati. Ayahnya sudah bekerja begitu keras untuk memberi kehidupan yang nyaman untuknya. Jika bukan ia yang membuang uang-uang itu, lalu siapa lagi?

Mereka mengobrol cukup lama, hingga Melati merasa lapar dan mereka keluar dari kamar untuk sarapan.

Samudera sudah pergi saat Melati keluar. Melati merasa kecewa karena ia tidak bisa menemui Sam. Entah mengapa, ia merasa ada sesuatu yang janggal. Sam tidak berbicara sedikitpun padanya sejak mereka kebali dari Lombok. Sebelumnya, meski bukan jadwalnya, Sam selalu menyempatkan diri untuk menemui Melati dan mengobrol sebentar dengannya. Tapi sekarang? Pria itu bahkan sama sekali tidak meneleponnya.

Setelah selesai sarapan, Melati menuju kamar Sam untuk membuka horden jendela agar sinar matahari bisa masuk.

Melati berpikir, jika ia membuat Sam merasa tidak nyaman, pria itu hanya harus memerintahkan Melati untuk menyingkir dari padangannya atau memberikan jadwalnya pada yang lain.

Klik.

Melati menoleh dan memperhatikan Elang yang baru saja masuk, pria itu mengabaikan Melati dan langsung mengobrak-abrik isi lemari Sam.

Apa yang dilakukan si bungsu kali ini?

"Mencari sesuatu, Tuan?" tanya Melati dengan intonasi yang kurang ramah.

"Gue cari pakaian dalam Bang Sam."

Melati dan Elang saling melemparkan pandangan. Mereka merasa kalimat Elang begitu...

"Untuk apa? Kamu ingin memakainya?" tanya Melati dengan polosnya.

Elang berhenti mencari dan menatap sinis ke arah Melati. Ia berkacak pinggang sambil melayangkan death glare-nya.

"Lo gila? Permisi, tapi ukuran kami berbeda! Gue jauh lebih gedhe!"

Tunggu!

Demi Tuhan. Melati sungguh tidak ingin mendengarnya. Kenapa Elang bisa mengatakan sesuatu yang begitu frontal? Serius!

"Bang Sam kehujanan dan dia basah. Dia minta gue ambilin pakaiannya dan mengantarnya ke kantor!"

"Tapi di sini cerah, dia kehujanan di mana? Kenapa nggak minta asistant-nya membelikan yang baru? Di dekat kantornya ada Mall kan?"

"Dia gak mau pakai pakaian yang belum di cuci, Mel!"

Iya juga ya.

"Sialan, di mana sih celana dalam itu orang?" gerutu Elang.

Tangannya masih sibuk mengobrak-abrik isi lemari.

"Laci paling bawah!" seru Melati pelan.

"Kenapa lo gak bilang dari tadi sih?" protes Elang.

"Karena kamu gak tanya!"

"Rajungan!" umpat Elang.

Tawa Melati pecah begitu saja, membuat Elang marah terasa begitu menyenangkan. Keningnya berkerut dan bibirnya manyun. Sangat lucu.

"Mel, daripada lo gak ada kerjaan di rumah, ikut gue yuk!"

"Ke kantor Sam? Nggak ah, terima kasih. Aku akan mati bosan di sana."

"Setelah kita nganterin ini, gue mau ajak lo nemuin Nhola."

"Tidak, terima kasih."

"Ini perintah, Melati Putri Hapsari!"

"Ini bukan JADWALMU TUAN ELANG, kamu nggak bisa memerintahku!" Melati menekankan kata jadwal untuk mengingatkannya, dia tidak bisa seenaknya memerintah Melati saat bukan jadwalnya.

"Heran gue, kok lo berdua hobi banget berantem?" Bara berdiri di ambang pintu.

Pria itu menggelengkan kepala memperhatikan Melati dan Elang yang memang sering adu mulut bahkan untuk masalah sepele selalipun.

"Kamu gak kerja, Ra?"

"Gue ada rapat sih bentar lagi. Oh iya, jangan lupa buat menghadiri pernikahan Jeri hari ini. Dia meneror gue biar gue bawa lo ke sana!"

Pernikahan ya?

'Apa arti pernikahan yang sebenarnya? Bukankah pernikahan itu harus dilakukan oleh orang yang saling mencintai? Tapi Jeri gak terlihat mencintai gadis itu. Jadi, kenapa dia menikah?' Melati menghembuskan napas berat.

"Wah, kayaknya lo belum rela ya lihat mantan lo nikah?" Sindir Elang.

"Lo gak perlu dateng kalau gak nyaman!" ucap Bara sambil menatap Melati lurus-lurus.

"Aku akan datang." ucap Melati setengah menggumam.

"Lo bisa minta Pak Samsul buat nganterin lo ke sana!"

"Nggak. Elang yang akan mengantarku. Dia belum mengajakku jalan-jalan dengan motor antiknya!"

"Yaudah. Heh Lang, jangan ngebut!" ucap Bara sebelum pergi.

Elang melirik Melati sinis.

"Padahal gue cuman mau boncengin Nhola doang. Yah, lo menodai motor gue!"

Beruntung Melati sudah mulai terbiasa dengan sikap menyebalkan Elang, sebentar lagi ia rasa, ia akan kebal dengan si bungsu. Semoga saja.

"Tunggulah di luar, aku mau mandi!"

"Mau gue mandiin?" Elang mengerlingkan matanya nakal.

"Coba saja, gue aduin Nhola!"

"Okay, Im done!" sahut Elang lalu segera beranjak meninggalkan Melati sambil membawa pakaian Sam.

Kini Melati menemukan kartu As Elang.

***