Elang menyandarkan punggungnya pada sofa, ia menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong.
Kepala dan hatinya tengah di penuhi rasa bersalah sekarang. Ia tahu, dirinya sudah mengatakan sesuatu yang jahat, terkadang mulutnya itu memang suka mengatakan apa pun semaunya. Salahnya karena jarang berpikir sebelum mengatakan sesuatu.
Ia berharap Melati tidak marah terlalu lama, ia harap gadis itu akan memakinya saat mereka bersama seperti biasanya.
Meskipun Melati itu sangat kuno dan menyebalkan, Elang akui, ia senang Melati tinggal bersama mereka.
Alarm ponsel Elang berbunyi, pria itu melirik ponselnya sekilas dan tersenyum tipis, baiklah, ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan pendekatan.
Elang beranjak menuju almari dan meraih sebuah tas dari dalam sana, setelah mengisinya dengan beberapa buku, ia segera memakai tas punggungnya dan berlalu meninggalkan kamar.