Chereads / Arrogant Husband / Chapter 2 - Dicampakkan

Chapter 2 - Dicampakkan

"Lepaskan!" Alisa tetap berontak saat dirinya tengah dipeluk oleh Saga. Mereka berdua berhimpitan, hingga tak ada lagi celah.

Saga sengaja melakukan ini, ingin sedikit menikmati tubuh Alisa, walau hanya memeluknya saja.

"Kau akan jadi istriku."

"Kau sudah tidak waras! Lepaskan aku! Aku harus pulang!"

Pukulan tangan Alisa cukup keras mengarah ke dada Saga, membuatnya meringis. Namun, Saga tak akan menyerah untuk terus membuat Alisa tetap berada di rumahnya. Ia nekat hendak membawa wanita itu ke atas ranjang. Mendorong tubuh wanita itu hingga ia terjengkal ke belakang.

"Kau sudah gila!" Setelah Saga berhasil mendorongnya ke ranjang. Bukan adegan yang romantis, tapi menurutnya ini adalah pemaksaan.

Saga langsung melepas jas hitamnya dan melempar ke sembarang arah. Membuat mata Alisa melotot lebar. Apa yang hendak pria ini perbuat padanya? Jantung Alisa langsung berdetak cepat tak karuan.

"K–kau mau apa?" tanya Alisa gemetaran.

"Ingin menikmatimu." Alisa langsung bangkit dari ranjang, berusaha pergi. Namun, tangan Saga yang panjang mampu meraih kembali tubuh semampai wanita itu. Kembali lagi, Alisa berontak.

Kali ini, Saga tak akan membiarkan incarannya lepas. Wanita di depannya saat ini, telah berani menolak dirinya. Saat wanita lain, mengejar-ngejar Saga, Alisa justru menolaknya.

Saga mulai melepas satu per satu kancing bajunya. Kedua tangannya langsung menyangga bahu Alisa agar ia tak lepas lagi. Mereka saling beradu pandang, lalu Alisa memandang ke arah dada bidang pria di depannya kini.

"Tolong lepaskan aku! Aku mau pulang ke rumah!" Cengkeraman Saga terlalu kuat di bahu wanita itu, sampai-sampai Alisa hanya bisa pasrah.

"Pulang katamu? Rumah ini sebentar lagi akan jadi milikmu. Jadi, tidak usah pulang ke mana-mana. Hmm, atau ... kamu rindu dengan orang tuamu di rumah?"

"Aku sudah tidak punya orang tua lagi," ucap wanita itu. Saga langsung bungkam, ternyata Alisa sudah tak memiliki orang tua.

Masih dalam posisi seperti ini, Saga memandang wanita di depannya. Perlahan, ia mulai mendekat dan memagut bibir mungil itu dengan manis. Mata Alisa membulat tiba-tiba, tapi ia tak berontak. Malah ... ia merasakan sensasi itu. Ciuman pertamanya.

Saga merasa heran, biasanya Alisa selalu berontak. Ia pun melepaskan ciuman itu sejenak. Wanita yang sok jual mahal itu pun akhirnya mengalah juga. Melihat Alisa tak bergeming, Saga pun melakukannya lagi sampai berkali-kali.

Ciuman mereka makin terasa panas. Alisa merasakan sebuah sensasi yang menjalar di tubuhnya. Tangan kekar milik Saga kini telah menyentuh pahanya. Wanita itu merasa geli, menggeliat sendiri. Saga langsung paham dengan kode yang diberi, ia pun melepasnya, tak mau melewati batasan.

Masih dalam posisi Saga yang di atas, sambil memegang bahu Alisa, ia pun bertanya. "Kenapa kamu tidak berontak sewaktu kucium?"

"A–aku ...."

"Katakanlah."

"Ini ciuman pertamaku." Ada rasa bangga di hati Saga, ternyata bersama dirinya, Alisa melakukan ciuman ini. Maka dari itu, dapat dipastikan sebentar lagi, wanita yang ada di hadapannya akan jadi miliknya.

Ia pun melepaskan cengkeraman di bahu Alisa dan membiarkan wanita itu bangkit untuk duduk sempurna. Saga berada di samping.

"Kau kan sudah tak punya orang tua lagi, bagaimana kalau kita menikah saja?" Dengan mata yang memandang ke arah Saga, sekaligus memberikan pria itu sebuah senyuman licik.

"Menikah? Kau pikir dengan ciuman tadi, aku akan luluh dengan mudah?"

Saga pikir, Alisa akan dengan mudah ia dapatkan setelah kejadian tadi. Namun, ternyata semuanya salah. Ia hanya membeku di tempat, melihat wanita itu terus mencerocos bicara.

"Aku bukan wanita murahan, mudah luluh hanya dengan diberi ciuman. Kau salah besar! Aku ingin mencari pria yang benar-benar bisa menjaga martabat wanita. Bukan sepertimu!"

Saga menahan emosinya, walaupun ia agak tersinggung dengan ucapan Alisa.

"Beraninya menculik wanita sehabis ia pulang bekerja. Meminta bantuan pada para cecunguk-cecunguk yang tak bermoral, sama seperti kau!" Alisa bangkit dari duduknya dan bersiap ingin meninggalkan kamar Saga. Kali ini, pria itu hanya duduk diam tanpa ingin mengejar Alisa.

"Oh, iya. Satu lagi. Jangan pernah datang ke toko bunga tempatku bekerja! Aku jijik denganmu! Bisa-bisanya ... pria yang baru kenal, langsung mengucapkan ingin melamar. Are you crazy?"

Kata-kata pedas keluar melalui mulut Alisa. Saga merasa tercampakkan olehnya. Tangannya terkepal kuat. Beruntung, Alisa adalah seorang wanita, andai saja orang yang di depannya saat ini adalah seorang pria, pasti Saga akan mendaratkan bogem mentah.

Ia membiarkan wanita itu keluar dari kamar setelah selesai berbicara pedas. Namun, dengan kejadian tadi membuat Saga merasa sakit hati. Ia berniat akan membalas rasa sakit hatinya. Baru kali ini, dirinya dicampakkan seorang wanita.

Saga menengok Alisa yang keluar dari gerbang rumahnya dengan berjalan kaki, ia melihat melalui jendela kamar atas. Tatapannya berubah menjadi rasa ingin membalas dendam. Berani-beraninya wanita itu berkata demikian.

"Berani sekali kau mencampakkanku seperti tadi? Kau pikir, kau siapa?"

"Aku berjanji, akan membuatmu menyesal telah berucap seperti tadi padaku."

Itulah janji Saga. Ia berniat akan membalas semua perlakuan sang wanita itu padanya. Alisa harus membayar semua rasa sakit hatinya.

Apakah rasa cinta yang telah tertanam di hati Saga, kian menghilang? Terganti oleh sebuah pembalasan dendam?

Setelah wanita itu ia suguhkan sebuah pagutan bibir yang amat manis. Inikah balasan Alisa padanya? Wanita itu diam tak berontak, seolah merasakan manisnya sebuah kecupan hangat. Dirinya kira, cintanya akan bersambut dengan manis pula. Namun, itu hanyalah fatamorgana semata.

Saga berbalik menuju ranjangnya. Ia hamburkan segala macam bantal dan guling, ia lempar ke sembarang arah karena merasa kesal bukan main. Saga meremas-remas seprai kasurnya sendiri, meluapkan kekesalan.

"Alisaa ...!" teriak Saga. "Kamu akan merasakan sakit hatiku nanti. Aku tak akan membiarkanmu mencampakkanku seperti ini." Sambil memegang dadanya, Saga terlihat berapi-api. Emosinya kian memuncak. Masih sangat terngiang-ngiang ucapan sang wanita tadi. Saga tak akan pernah melupakan hari ini.

Ia langsung merogoh ponsel yang ada di saku celana, menghubungi seseorang di sana. Tak berapa lama, panggilannya pun langsung terjawab. Bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman. Senyuman licik yang buas. Saga tetaplah Saga. Apa yang ia mau, harus didapatkannya.

"Aku ingin wanita itu! Lakukan secepatnya. Jangan sampai gagal. Aku tak ingin ada kegagalan kali ini. Dan, bawa ia langsung, ke hadapanku." Saga langsung mematikan ponselnya dan memasukkannya kembali ke dalam saku celana. Ia menyeringai. Mungkin merasa puas, karena keinginannya akan segera tercapai.

"Alisa ... Alisa ... Alisa .... Akan kubalas dirimu!" Saga berusaha untuk tenang sekarang. Ia tak mau terlihat amburadul. Dirinya pun segera beranjak dari kamar, pergi ke suatu tempat.