Setelah dari rumah Saga, Alisa berjalan pulang dalam keadaan yang sudah tak suci lagi. Bisa-bisanya ia juga menikmati permainan itu. Memang diakui, Saga adalah pria yang bisa memberi kehangatan padanya. Namun, beginikah caranya? Beginikah cara pria itu mengambil mahkota berharganya?
Alisa berjalan seorang diri menuju rumah. Ia tak fokus memperhatikan jalan. Alisa mendekap tubuhnya sendiri, tubuh yang sudah digerayangi oleh Saga. Ia ingat betul, ketika berada di puncak kenikmatan, setiap desahan keluar dari mulutnya, tanpa bisa dikontrol. Keluar begitu saja, mengikuti setiap permainan yang Saga beri. Dan, ini adalah pertama kali baginya.
Kini, Alisa sudah sampai di rumah. Ia lekas menuju kamar mandi dan tangannya mulai menyalakan shower. Alisa berdiri di bawahnya. Membersihkan diri dengan air yang mengucur deras. Ia merasa begitu kotor.
"Kenapa aku bernasib seperti ini?!" Ia merasa jijik dengan dirinya sendiri. Harusnya ... ia bisa lebih berontak lagi, saat Saga mulai memberikan kehangatan itu.
Air matanya pun luruh bersamaan dengan pancuran air shower. Semua pakaian yang ia kenakan jadi basah. Haruskah ia meminta pertanggungjawaban Saga? Pria yang sudah merebut kesuciannya. Haruskah ia bersedia menikah dengan pria itu? Tanpa ada rasa cinta di hatinya. Alisa tak mau menikah dengan Saga. Apa jadinya nanti, setelah menikah dengan Saga?
Alisa terduduk lemas di bawah shower. Kini, kesuciannya telah direnggut oleh seorang pria yang bahkan tak ia kenal sama sekali. Kenapa takdir begitu kejam padanya? Takdir pula yang merenggut kedua orang tuanya, hingga menjadikan Alisa yatim piatu.
Kini, wanita berusia dua puluh tiga tahun itu mulai berdiri perlahan. Bibirnya bergetar karena kedinginan. Tangannya meraih shower dan mematikannya. Lekas melepas baju yang sudah basah kuyup dan mulai menyampirkan handuk ke badan.
***
Saga tengah berdiri di depan ranjang. Ia masih mengingat saat-saat bersama dengan Alisa. Ia berhasil mencuri ciuman pertama milik wanita itu dan merebut kesuciannya. Ahh, memang dalam urusan ini, ia tak pernah gagal untuk menaklukkan para wanita. Sekali pun di awal ia sempat tertolak, tapi Alisa juga lama-kelamaan mau juga.
Ia meraba-raba kasur tempat tidurnya sendiri. Kasur ini menjadi saksi bisu perpaduan antara dirinya dan juga Alisa. Bagaimana dengan nikmatnya, ia salurkan hasrat itu pada sang wanita. Alisa begitu mendesah karena nikmat.
"Kau sudah jadi milikku, Alisa. Tinggal diresmikan saja hubungan kita. Sebentar lagi, kau akan jadi Nyonya di rumah ini."
Saga berniat akan mempersunting Alisa. Di satu sisi, dirinya masih mencintai wanita itu. Dan, di sisi lain ia harus membalaskan rasa sakit hatinya. Ia masih sakit hati karena dicampakkan oleh Alisa. Ucapan wanita itu sungguh tajam, bagai sembilu yang mengiris hatinya.
Ingatannya masih segar, saat ia melumat habis bibir Alisa, melucuti pakaiannya dan meniduri wanita itu dengan penuh kenikmatan.
"Aku sudah tidak sabar menikah denganmu!" ucap Saga dengan senyum menyeringai.
***
Setelah berpikir lama, akhirnya Alisa memutuskan untuk pindah dari rumah ini. Rumah peninggalan kedua orang tuanya ini, sekarang tidak aman lagi. Saga pasti akan mencari dan ke sini, ketika ia mau. Kerjaannya pun ia tinggalkan sementara waktu.
Maka dari itu, Alisa harus bersiaga dan berpikir pergi dari sini. Agar Saga tak dapat menemuinya lagi. Ia mulai mengambil koper yang ada di lemari. Kemudian, memasukkan baju-bajunya ke dalam koper tersebut.
Di sini tidak ada sanak keluarga. Alisa pun harus pintar-pintar menyembunyikan diri dari Saga. Ia tak mungkin keluar kota karena tak cukup biaya. Terpaksa, ia akan tinggal di kontrakan Melati sementara waktu.
Melati adalah sahabat Alisa sejak masih duduk di bangku SMP. Ia pun lekas menuju kontrakan sahabatnya itu. Segala perlengkapan sudah ia persiapkan. Alisa pun segera memesan taksi online lewat ponselnya.
Matanya celingak-celinguk saat berada di luar, takut kalau ada mata-mata dari Saga. Ia pun lekas mengunci rumahnya dan menunggu taksi online datang.
Cukup lama Alisa berdiri mematung, akhirnya taksi online pun datang. Ia segera masuk dan memberikan alamat Melati pada sopir. Kini, taksi sudah melaju ke tempat yang ingin dituju.
***
Saga bersiap-siap ingin menuju ke tempat kerja Alisa. Ia ingin melihat calon istrinya itu sebelum menuju kantor. Dengan setelan jas warna abu-abu, kini Saga sudah melangkah keluar kamar.
Langit yang cerah, senyumnya pun ikut mengembang. Ia melangkah menuju mobil sport kesayangannya itu. Tanpa membuang waktu lagi, ia segera mampir ke toko bunga, tempat Alisa bekerja.
Sepanjang perjalanan, ia terus memikirkan untuk segera menjadikan Alisa istrinya. Di samping ingin membalas dendam, ia pun masih mencintai wanita itu. Alisa sudah membuatnya mabuk kepayang. Mobil yang ia kemudikan melaju cepat. Maka dari itu, Saga sudah berhenti di depan toko bunga.
Aneh. Sangat aneh. Bukan Alisa yang menjaga toko bunga, malah wanita lain. Terlihat dari pintunya yang transparan itu. Saga pun memutuskan untuk turun dari mobil dan menuju ke sana.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya wanita itu saat Saga menghampirinya.
"Di mana Alisa?" tanya Saga to the point.
"Alisa tidak ada ke sini dari tadi, Pak."
"Sial!" umpatnya dengan penuh emosi. Wanita itu sontak terkejut mendengar ucapan Saga yang nyaring.
Saga keluar dari toko bunga itu sambil membanting pintu dengan kasar. Ia pun langsung mencari ponselnya dalam saku. Terlihat ia sedang menghubungi seseorang.
"Cari Alisa sampai ketemu! Bawa dia ke rumahku dan beri dia pelajaran setelah ketemu!" Saga langsung menutup telepon itu. Ia terlihat sangat kesal.
Saga masuk ke dalam mobil dengan tergesa-gesa. Ia harus ke kantor terlebih dulu baru mencari Alisa. Tak akan ia biarkan wanita itu lepas dari genggamannya. Setelah apa yang mereka berdua lakukan.
Emosi Saga kembali memuncak pada Alisa. Bisa-bisanya wanita itu lari darinya. Mereka berdua sudah bercinta dan Saga sudah mengambil kesucian Alisa untuk pertama kalinya.
"Tak kan kubiarkan kau lari dariku!" Saga sangat marah dibuatnya. Ia melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, tak peduli dengan keselamatan nyawanya sendiri.
Kini, Saga sudah sampai di kantornya dan segera masuk ke dalam ruangan. Ia harus bersikap profesional dengan kerjaan yang dipegangnya. Saga tak mau mencampur adukkan masalah pribadi dengan kerjaan.
Drtt! Drtt!
Ponselnya bergetar, menandakan ada pesan teks yang masuk dan Saga lekas membuka pesan itu. Betapa marah dirinya, saat melihat pesan teks itu.
[Pak, Alisa tidak ada di rumahnya. Pintunya terkunci. Kemungkinan dia sudah pergi dari sini.]
Emosi Saga kembali memuncak. Wajahnya mendadak merah padam. Tangannya terkepal kuat menggenggam ponsel.
"Kau ...! Kau meremehkanku, Alisa! Akan kucari dirimu sampai ketemu!"