Akhirnya, Alisa sudah sampai di rumah Melati. Wanita itu agak terkejut melihat kedatangannya karena membawa koper segala. Dengan langkah jenjangnya, Melati segera menghampiri Alisa dan membantunya membawakan koper untuk masuk ke dalam.
Melati tahu, kalau Alisa sudah berada di kontrakannya, pasti sedang ada masalah. Tanpa banyak bertanya, Melati segera membawa sahabatnya itu masuk bersama ke kamar. Kamar kontrakan yang hanya berukuran 3 x 4 meter itu terlihat asri di mata Alisa.
"Aku numpang di sini sementara, gapapa kan? Kamu ga keberatan kan?" tanya Alisa pada sahabatnya itu.
"Ishh, ya iyalah. Ga papa. Santai aja lagi. Sesukamu aja tinggal di sini, Sa." Melati tersenyum penuh ketulusan pada Alisa. Melati menaruh koper itu tak jauh dari tempat tidur.
Alisa tak ingin bercerita apa pun pada Melati. Untuk apa ia bercerita tentang Saga? Pria itu sungguh membuatnya jijik. Apalagi semalam, ia dan pria itu sudah bercinta. Namun, Alisa tak bisa berbuat apa-apa. Terpaksa, ia merelakan kesuciannya pada Saga, pria arogan dan pemaksa itu.
Melati pun tak berkomentar tentang kedatangan Alisa. Wanita itu menyuruh sahabatnya untuk istirahat di tempat tidur.
"Sa, kamu di sini dulu ya bentar. Aku mau keluar nih, ada yang mau aku urus. Kamu di sini aja, rebahan kek. Aku keluar ga lama kok." Melati mulai bersiap-siap untuk keluar sebentar. Ia tengah bercermin di kaca rias.
"Oke deh. Kamu hati-hati di jalan, ya," ucap Alisa perhatian. Melati mengangguk pada sahabatnya itu.
Setelah selesai mematut dirinya di cermin, maka tak ingin membuang waktu lagi, Melati mulai pergi. Ia tak lupa membawa tas selempang miliknya. Kemudian, ia pamit lagi dengan Alisa.
"Sa, aku pergi dulu. Kamu baik-baik di sini, ya."
"Iya, jangan khawatir." Alisa mengacungkan kedua jempolnya. Melati pun keluar dari kamar.
Sepeninggal sang sahabat, Alisa hanya meringkuk di kamar ini sendirian. Ia merasa tak berguna lagi untuk terus melanjutkan hidup, karena dirinya sudah sangat kotor. Bisa-bisanya Saga merenggut kesucian miliknya. Namun, Alisa tak mau down dibuatnya. Lantas, apakah Alisa harus meminta pertanggungjawaban dari Saga? Ataukah justru ia harus rela hidup dalam keadaan seperti ini?
Alisa menggeleng dengan kuat. Kemudian, ia memandang ke arah perutnya sendiri. Ia takut nanti akan hamil, karena sudah melakukan hal itu. Terus, apakah Saga akan bertanggung jawab, apabila ia bertemu dengan pria itu nanti?
Alisa pun menangis, merasa hidupnya kian kelam. Ia takut untuk menghadapi kenyataan, bahwa dirinya sudah tak suci lagi. Mungkin, tak akan ada lagi pria yang mau dengan dirinya, kalau tau Alisa sudah ternoda.
Beban di pundaknya seakan kian berat untuk ia pikul sendirian. Tak ada kedua orang tua lagi, tak ada sanak kerabat dari keluarga almarhum orang tuanya di sini. Hanya Melati saja, yang merupakan orang terdekatnya saat ini. Saat menumpang di kontrakan Melati pun, ia merasa tak enak. Namun, Alisa harus melakukannya agar Saga tak dapat mencari keberadaannya lagi. Alisa ingin hidup dengan tenang tanpa pria itu.
"Kenapa hidupku harus seperti ini, Tuhan? Apa salahku? Kenapa malam itu terasa begitu menyakitkan, aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya bisa pasrah saat dia–" Ucapan Alisa terpotong. Ia tak kuat untuk melanjutkan kalimatnya sendiri. Alisa terisak, kenapa harus dirinya yang mengalami semua ini.
Alhasil, karena merasa sudah cukup lelah hari ini, Alisa memutuskan untuk merebahkan diri di atas kasur. Ia pun ingin segera tidur sambil menunggu kedatangan Melati ke kontrakan ini. Alisa menyeka air matanya sendiri dan perlahan-lahan mulai memejamkan matanya.
***
"Kalian bodoh! Menemukan satu orang wanita saja tak becus! Kalian semua sudah aku bayar dengan harga tinggi!?" Saga emosi, karena semua anak buahnya tak dapat mencari keberadaan Alisa. Di mana sekarang wanita itu tinggal? Masih menjadi pertanyaan untuk Saga sendiri. Ia tak ingin membuang-buang waktu lagi. Kalau sampai, dirinya melihat batang hidung Alisa, maka ia tak akan segan-segan memberinya pelajaran lagi.
"Maafkan kami, bos. Kami belum dapat menemukan wanita itu. Kami juga sudah mencari di berbagai tempat dan bertanya juga dengan warga sekitar. Namun, hasilnya nihil. Tak ada yang tahu keberadaannya."
"Cukup! Kalian sungguh membuatku muak! Cepat pergi dari hadapanku." Saga mengusir semua anak buahnya dari kamarnya sendiri. Ke mana ia harus mencari Alisa? Ia kira, Alisa tak akan pernah berniat untuk kabur lagi darinya, setelah apa yang ia lakukan pada wanita itu tadi malam.
"Awas saja kau Alisa, kau akan segera kutemukan!"
Saga berniat akan mencari keberadaan Alisa di mana pun wanita itu berada. Semua ucapannya tak pernah main-main, Saga ingin sekali menemukan wanita itu dan menikahi Alisa secepatnya.
Alisa harus menerima akibatnya. Wanita itu harus merasakan sakit hati yang paling dalam, karena sudah mencampakkannya tempo hari. Saga masih tak bisa menerima semua ucapan Alisa waktu itu. Maka dari itu, Saga ingin membalasnya. Ia ingin menjadikan Alisa sebagai budak cinta.
Saga tak mau kalau hanya berdiam diri seperti ini saja. Ia pun segera mulai mencari Alisa seorang diri, tanpa bantuan dari anak buahnya sendiri.
Pria itu mulai mengambil kunci mobil yang ada di atas nakas. Kemudian, ia segera keluar dari kamar dan menuruni anak tangga dengan cepat. Dengan setelah berlari, Saga sudah sampai di garasi mobil. Terburu-buru, Saga pun mulai melajukan mobilnya menuju keluar rumah. Ia akan menemukan Alisa sampai ketemu. Tak akan ia biarkan wanita itu pergi dari genggamannya.
"Kau tak akan bisa lari dari genggamanku Alisa. Aku akan terus memburumu sampai dapat. Dan, akan memberikan pelajaran padamu, karena sudah berani kabur seperti ini." Saga memukul kemudi mobilnya sendiri. Ia sangat kesal, karena Alisa menjauh darinya.
Saga tak tahu harus mencari Alisa ke mana. Ia pun tak tahu, jalan mana yang harus ditempuh. Namun, Saga akan terus berusaha untuk mencari wanita itu sampai dapat. Tak akan ia biarkan, Alisa kabur darinya lagi setelah dirinya berhasil mendapatkan wanita itu.
"Setelah kuberhasil menemukanmu, aku akan segera menikahimu. Tanpa perlu persetujuan iya atau tidak! Karena perintahku, tak dapat dibantah oleh siapa pun. Kau harus jadi istriku! Aku tak akan mengampunimu Alisa," ujar Saga sambil manggut-manggut. Mencoba menghibur dirinya sendiri dan menghilangkan rasa kesal yang ada di dalam dadanya. Pria itu pun lantas melajukan lagi mobilnya, tak peduli banyak mobil orang lain yang memberikan bunyi klakson padanya. Saga tetaplah Saga. Tak dapat dibantah. Tak dapat untuk dikalahkan. Apa pun keinginannya harus ia capai, sesuai dengan target.