Kini Arga sedang melaju menuju Taman kota yg berada di kawasan Bogor. Ia sangat menyukai Taman kota ini. Taman inilah yg menjadi saksi bisu antara Arga dengan Dia. Dia yg sudah berada di alam yg berbeda, Dia yg mengajarkan Arga tentang apa itu perjuangan, tentang apa itu kehidupan, dan tentang apa itu mengikhlaskan.
Arga sudah duduk di bangku taman yg telah disediakan. Arga rindu dengan senyumannya, ia rindu tingkahnya, dan ia juga merindukan semuanya. Namun, mengapa waktu tak berpihak padanya, mengapa waktu begitu cepat mengambil nyawa dia.
"Lo lagi apa sekarang" ucap Arga dengan suara parau nya.
"Dulu lo pernah bilang, kalau lo adalah bintang yg paling bersinar dari sekian bintang yg ada" Ucap Arga dengan mendongak melihat ke langit-langit malam yg ditabur penuh bintang.
"Andai lo ada disini, pasti gue bakal cerita semuanya" Ucap Arga lagi yg sedang menyeka air matanya berlinang di pipinya.
Flashback on..
3 tahun silam....
"Arga, kalau kamu ada masalah apapun, kamu kesini ya, aku pasti ada disini untuk dengerin keluh kesah kamu" Ucap gadis cantik yg duduk di bangku taman.
"Siap tuan putri" Ucap Arga yg berada disamping gadis itu.
"Kamu jangan pernah berpikiran untuk menyerah ya" Ucap gadis itu lagi.
"Iya Ara" ucap Arga sembari mengelus puncak kepala gadis yg bernama Ara tersebut.
"Kalau aku udah berbeda alam, kamu janji ya bakal kesini terus" Ucap Ara dengan mata teduhnya.
"Kamu jangan berpikir seperti itu, kamu pasti sembuh kok" Ucap Arga meyakinkan Ara.
"Kalau aku udah nggak ada, kamu lihat ke langit, disana banyak sekali bintang-bintang, jika ada bintang yg paling bersinar, itu adalah aku" Ucap Ara yg menampakkan senyuman tulusnya.
Flashback off..
"Hidup gue hancur Ra" ucap Arga menundukkan kepalanya dan membiarkan air matanya mengalir.
"Mama dan papa udah gak peduli lagi sama gue, mereka berdua udah pindah ke London tanpa ngajak gue, bahkan ketika gue sakit pun mereka gak jenguk gue" Rintih Arga yg masih menundukkan kepalanya ditambah dengan air matanya berlinang.
"Axel dan Rendi, cuman mereka yg peduli sama gue"
"Gue berubah jadi dingin, biar gue nggak salah lagi dalam mengambil tindakan"
"Mama dan papa nggak pernah ngabarin gue"
"Bahkan ketika gue telfon mama dan papa, nggak mereka angkat"
"Gue ini siapa sebenarnya Ra"
"Gue kangen sama lo Ra"
_&_
"Ren, kita kerumah Arga aja gimana?" Tanya Axel yg sekarang berada di supermarket.
"Ayok, gue juga kangen rumahnya Arga" Balas Rendi dengan antusias.
"Tapi anterin gue dulu" ucap Axel yg masih memilih minuman bersoda.
"Kemana?" Tanya Rendi yg juga memilih cemilan.
"Beli ikan teri dimana sih?" Tanya Axel yg tak ada berhentinya untuk menaruh minuman bersoda ke dalam troli.
"Di pasar biasanya" Jawab Rendi walaupun dengan jiwa sedikit aneh mendengar pertanyaan Axel.
"Anterin gue ke pasar yok habis ini" Ajak Axel.
"Ya gak ada lah ikan teri di pasar" Kesal Rendi yg mulai terpancing Axel.
"Lah katanya tadi ada!" Kesal Axel juga yg menurutnya jawaban Rendi itu plin-plan.
"Maksud gue, ya emang ada di pasar, tapi kalo pagi, kalo udah malam gini ya gak ada, dasar sinting!" Sepertinya kekesalan Rendi sudah mencapai puncak, hingga jiwa ingin menenggelamkan Axel ke danau sudah meronta-ronta.
"Oh gitu, ya biasa aja kali Ren, gak usah bilang sinting gitu juga" Ucap Axel dengan ketus.
"Yaudah yok ke kasir" ucap Rendi dengan mendorong troli yg penuh dengan minuman bersoda dan cemilan kacang.
Sesampainya Axel dan Rendi di rumah Arga, mereka berdua pun bingung, tumben rumah Arga gelap, dan pagarnya pun dikunci, tak biasanya begini.
"Lo ngerasa aneh gak sih?" Tanya Axel pada Rendi yg sedang mengintip rumah Arga.
"Tumben gelap, pagarnya juga dikunci" Ucap Rendi yg masih mengintip di sela-sela pagar.
"Gak ada dirumah kali" Ucap Axel.
"Coba deh lo telfon, kali aja dia kemana gitu" Ucap Rendi sambil menaiki motornya dan bermain handphone.
"Ya mana gue tau" Ucap Axel yg mulai menghidupkan handphone nya.
"Plis deh Xel, jangan mancing emosi kali ini aja" Ucap Rendi mencoba menetralkan diri, agar tidak berdebat dengan Axel.
"Gak diangkat Ren" Ucap Axel dengan memasukkan handphone lagi ke dalam jaket kulitnya.
"Gue juga gak diangkat Xel" Ucap Rendi setelah mencoba menelepon Arga.
"Ke taman kali" Ucap Axel akhirnya setelah berpikir lama.
"Yok kita samperin" Ajak Rendi yg telah menaiki motornya.
_&_
Ketika di jalanan, Axel dan Rendi bersenda gurau, hingga Rendi yg membonceng Axel pun tak fokus karena candaan dari Axel, hingga waktu lampu merah pun mereka terus menerobos, hingga menabrak seorang pejalan kaki yg sedang menyebrang.
Brakk
"Eh copot" latah dari Axel yg membuat Rendi langsung sadar akan perbuatannya.
"Aduh, mati gue! Nabrak orang Xel" Ucap Rendi dengan takut. Pasalnya orang yg ditabrak adalah perempuan, dan sepertinya terkilir kakinya.
"Lo sih! Dah tau lampu merah malah nerobos aja" kesal Axel yg juga tak mau disalahkan dalam hal ini.
"WOY MAS, TANGGUNG JAWAB DONG! NABRAK ORANG TUH!" Teriakan dari pengemudi lain yg menjadi saksi antara tabrakan tersebut.
Rendi dan Axel turun dari motor, dan mencoba menghampiri perempuan yg ditabrak olehnya.
"Lo yg ngomong sana" Ucap Rendi sembari menyikut pelan perut Axel.
"Lo blo'on atau oon, yg jelas lo yg nabrak,kok gue yg disuruh tanggung jawab" kesal Axel.
"Mbak, mbak nggak papa kan?" Tanya Rendi yg mencoba mendekati perempuan yg sudah terduduk di jalan, namun wajahnya tertutupi oleh rambut panjangnya.
"Nggak papa mas" ucap Perempuan itu yg masih terduduk di jalan
"Maaf ya mbak, sekali lagi maaf ya" Ucap Axel yg merasa tak enak dengan mbak nya.
"Iya nggak papa mas" ucap perempuan itu lagi.
"Kenalin mbak, saya Rendi" Ucap Rendi sambil mengulurkan tangannya.
Ketika perempuan itu mendongak melihat ke arah Rendi yg mengulurkan tangannya, betapa cantiknya rupa perempuan itu.
"Bidadari mana lagi yg engkau ciptakan untuk hamba" batin Axel yg melongo melihat betapa cantiknya perempuan itu.
"Subhanallah ya Allah, apakah ini jodoh hamba?" Ucap Rendi dalam hati.
"Saya Levanya" Ucap Perempuan itu menerima uluran tangan dari Rendi.
"Bisa jalan gak?" Tanya Axel yg melihat Levanya sedang berdiri dengan kaki yg agak pincang.
"Bisa kok" Ucap Levanya dengan senyuman manisnya.
"Kita anterin aja, rumahnya ada di mana?" Tanya Rendi dengan sopan.
"Gak jauh kok dari sini, cuman tinggal masuk gang yg itu aja" Ucap Levanya dengan menunjuk ke arah gang yg lumayan agak besar dan lebar.
"Yaudah kita anter aja" Ucap Axel.
"Yaudah deh boleh" Ucap Levanya.