Sang Wakil Ketua
Sudah seminggu sejak kejadian dimana dini menjadi korban retakan dimensi hingga jiwanya terpecah menjadi pecahan kecil. Monster yang menetas dari telur monster dimensi menjadi pemilik baru retakan dimensi. Monster tersebut diklasifikasikan sebagai monster dimensi peringkat SS+ setelah membantai regu etranger penakluk. Namun sang monster berhasil diatasi oleh ketua organisasi pandawa sebelum menimbulkan kerusakan yang lebih parah.
Rigma sendiri sudah seminggu menginap di laboratorium rahasia sambil mengerjakan persiapan pembuatan senjata. Bahan serta alat yang dibutuhkan untuk membuat tubuh dini menjadi sebuah senjata sangat banyak. Syna terus membimbing rigma selama proses pembuatan alat serta bahan. Rigma juga dibantu oleh harun dan anggota laboratorium senjata lainnya.
"Aku tidak menyangka ada pembuatan senjata yang membutuhkan proses panjang begini… sudah seminggu tapi bahan dan alatnya baru setengahnya yang siap dipakai...."
"Maafkan aku ketua… semuanya jadi repot begini…"
"Hahaha… aku hanya tidak menyangka ada metode seperti ini dalam membuat senjata… dan lagi kau tidak perlu sungkan… semuanya sangat bersemangat mencoba metode baru milikmu ini…"
Para anggota laboratorium pengembangan senjata memang sangat antusias dengan metode baru yang rigma ajarkan.
"Ketua…! Aku berhasil menemukannya… air jiwa murni…! Tapi…"
"Tapi kenapa…? Itu bahan utama yang belum kita miliki…"
"Harganya sangat mahal…"
Risman terkejut ketika melihat katalog harga yang diajukan oleh situs penjualan online tersebut.
"Se… SEPULUH MILIAR RUPIAH…!! Ditambah lagi ini masih harga penawaran…! Penjual sialan ini sengaja melelang airnya…!"
Teriakan risman membuat rigma penasaran, ia pun menghampiri untuk melihat katalognya. Penjualan air jiwa murni dalam jumlah besar memang sangat mahal, namun peminatnya banyak. Sebab air jiwa murni dapat meningkatkan kekuatan jiwa seseorang hingga berkali-kali lipat jika dipakai untuk mandi.
"Sepuluh miliar ya… hahaha… sudah kuduga ini sulit… dari mana aku mendapatkan uang sebanyak itu…"
"Tenang rigma… kami akan mencari solusi lain soal air jiwa murni ini…"
"Terima kasih ketua… tapi tolong jangan terlalu memaksakan diri… sebab ini semua demi kepentinganku…"
"Siapa bilang…!? Semenjak kau mengenalkan metode baru ini… semuanya sudah menjadi kepentingan laboratorium pengembangan senjata jiwa…"
Kata-kata risman membuat mata dan hati rigma terbuka lebar, keputusannya untuk masuk laboratorium pengembangan senjata jiwa memang tidak salah.
"Ehem… sepertinya rancangan ini sangat menarik…"
Tiba-tiba seorang wanita berambut pirang panjang dan bergelombang muncul entah dari mana. Wanita asing itu mengomentari rancangan rigma soal metode pembuatan senjata hidup.
'Hawa keberadaannya kuat… syna…'
'Iya bocah… dia bukan wanita sembarangan… kekuatan jiwanya memang tidak sebesar kami bertiga… tapi kemungkinan kalau bertarung kau akan kalah telak bocah…'
'Jadi benar… perasaanku tidak enak ketika melihat dan merasakan aura jiwanya…'
Wajah cantiknya yang terlihat dingin serta mata birunya membuat pesona tersendiri. Namun bagi rigma yang bisa melihat kekuatan wanita di depannya terasa seperti melihat singa ganas.
"Ah disana rupanya… nona kurnia… jangan menghilang seperti itu… nanti saya dimarahi…"
"Oh hebat juga kau nia… kupikir aku sudah cukup baik saat bersembunyi ke sini…"
"Haaa… haaa…. Anda tahu betapa sulitnya saya mencari anda… maaf semuanya kami sudah mengganggu…"
Seorang wanita yang menggunakan pakaian bisnis rapi dengan rambut pendek dan wajah imut meminta maaf pada risman.
"Tidak apa… ngomong-ngomong kalian dari guild, bukan…?"
"Iya… kamu kesini untuk kunjungan sekaligus meminta data… oh iya nona yang disana adalah wakil ketua guild pandawa… Aria Kurnia..."
"Hii… wakil ketua…!? Maaf atas kelancangan kami yang tidak menyambut anda…"
Perilaku risman langsung berubah ketika mendengar jabatan wanita bernama aria yang sedang asyik melihat rancangan rigma.
"Anu… Ketua... memangnya jabatan wakil ketua guild itu sangat penting ya…?"
Rigma bertanya pada risman sambil berbisik karena ia tidak mau menyinggung wanita ganas yang ada di depannya.
"Sssttt… kau tidak tahu ya… wakil ketua guild pandawa hanya ada satu… beda dengan organisasinya yang memiliki beberapa wakil ketua… ditambah lagi ada kabar yang beredar wakil ketua guild pandawa pernah membantai dua organisasi besar yang terbukti korup sendirian…"
'Huaaa… pantas saja rasanya sangat mengerikan ketika melihatnya…'
Rigma baru tahu fakta soal wanita bertubuh kecil dan ramping yang ada di depannya. Wajahnya yang terlihat polos seolah mencoba menutupi aura mengerikan miliknya.
"Heee…. Kalian juga butuh air jiwa murni dalam jumlah besar untuk menyelesaikan metode ini ya…"
"Itu benar nona…"
Rigma memberanikan diri untuk bicara pada aria dan mencoba untuk sopan kepadanya. Aria menoleh ke arah rigma dan melihatnya secara seksama dari ujung kaki hingga ujung kepala. Baru kali ini rigma melihat seseorang yang lebih pendek darinya, baru kali ini rigma merasa lebih tinggi dari seseorang.
"Hmmm… jadi ini sosok yang dilindungi jidris…"
Rigma sontak terkejut ketika mendengar nama yang disebutkan oleh aria setelah selesai mengamati.
"Anda kenal jidris…!?"
"Ya jelas kenal… dia adikku…"
"Adik...!?"
'Benar juga... nama belakangnya sama dengan milik jidris…'
Orang Indonesia umumnya tidak menggunakan nama belakang sebagai warisan kepada anak atau keluarganya. Namun memang ada segelintir keluarga yang mewariskan nama belakang kepada anak dan anggota keluarganya.
"Rigma… aku datang untuk membantu… eh…!? kak aria…?"
Harun terlihat bingung dan terkejut melihat sosok yang tak asing baginya. Harun adalah teman masa kecil jidris jadi dia tentu mengenal baik anggota keluarga kurnia.
"Hei harun… kau juga disini ya… sudah lama sekali kita tidak bertemu..."
"Iya… sudah lama sekali… terakhir 1 tahun yang lalu… kak aria sedang apa disini…?"
"aku disini karena tertarik melihat rancangan bocah ini…"
Aria menunjukkan cetak biru metode pembuatan senjata hidup kepada harun sambil menunjuk ke arah rigma.
"Oh jadi anda juga tertarik dengan pembuatan senjata hidup…?"
"Iya bisa dibilang begitu… dari yang aku lihat... kalian baru menyelesaikan setengah dari peralatan dan bahannya...:"
"Iya… kami masih memerlukan beberapa alat lagi dan bahan paling penting yaitu air jiwa murni dalam jumlah besar…"
Harun menjawab dengan santai sebab ia tidak bisa merasakan kengerian aura jiwa milik aria. Sementara rigma masih terus waspada sambil mengerjakan rangkaian kecil peralatannya.
"Kalian pasti kesulitan mendapat air jiwa murni ini…"
"Ya itu benar… harganya 10 miliar rupiah di pelelangan online…"
"Aku punya tawaran menarik untukmu rigma…"
Rigma menghentikan pekerjaannya ketika mendengar perkataan aria, ia pun menoleh ke aria dengan wajah serius.
"Sebaiknya tawaran mu cukup bagus… karena kalau tidak aku akan langsung menolaknya…"
"Kukuku… tentu saja ini pasti sangat menarik untukmu… kalau kau mau bergabung dengan guild… kami akan mendanai pembelian air jiwa murni sebanyak apapun…"
"Haaaaahhh….!? Yang dilelang saja 10 miliar rupiah… kalau sebanyak apapun yang aku mau… guild pandawa bisa bangkrut tahu…"
"Sepertinya kau terlalu meremehkan guild kami…"
Aria terlihat begitu percaya diri dengan keuangan guild pandawa di depan rigma. Hampir semua penelitian alkimia soal senjata jiwa memerlukan air jiwa murni sebagai bahan utamanya. Alasan rigma masih terlihat ragu adalah tingkah aria, ia seperti melihat anak kecil yang sedang pamer. Risman pun perlahan mendekat dan berbisik di telinga rigma saat melihatnya masih ragu pada aria.
"Guild pandawa adalah raja dunia bawah… harta kekayaan mereka tidak terhitung jumlahnya… mereka juga donatur utama laboratorium ini… ditambah mereka tidak bisa disentuh oleh pemerintah… padahal organisasi pandawa sering melakukan tindakan ilegal secara terang-terangan…"
Rigma terlihat berpikir sejenak setelah mendengar info dari risman soal guild pandawa yang merajai dunia bawah. Ditambah info soal harta milik guild pandawa yang jumlahnya tak terbayangkan. Pilihan seperti ini hanya datang sekali seumur hidup, rigma merasa dirinya tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan. Tapi pilihan rigma sekarang akan sangat mempengaruhi kehidupannya di masa depan, itu sebabnya dia tetap harus hati-hati.
"Baiklah… aku sudah mengambil keputusan…!"
Bersambung…