Kebangkitan
"HAAAA….! KALI INI…! AKU PASTI AKAN MENYELAMATKANMU…!!"
*shing…*
Cahaya generator sihir yang sebelumnya meredup, sekarang telah kembali bersinar terang. Rigma berhasil menembus batasnya dan terus mengalirkan energi jiwa ke generator sihir. Syna, aruna dan wimala terkejut ketika melihat rigma dapat mengaktifkan [Tato Sakral] disaat energi jiwanya sudah habis.
'Apa ini yang disebut potensi terpendam…?'
'Kurasa iya… syna… kau telah hidup jauh lebih lama dariku… aku pikir kau lebih tahu dariku…'
Wimala dan syna masih terlihat tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Mereka juga tidak tahu dari mana asal energi jiwa yang digunakan rigma. Sementara aruna terdiam sambil melihat rigma yang mendapat keajaiban untuk menyelamatkan pelayannya.
"Proses akhir selesai… subjek telah menjadi kepompong besi…"
*shhhh…*
Rigma pun akhirnya bisa bernafas lega dan terjatuh di lantai, tinggal menunggu saja karena tubuh dini sudah terbalut cairan kristal prasmanial.
"Kamu sudah bekerja keras… kerja yang bagus..."
Harun menghampiri rigma dan membawakannya handuk untuk mengelap keringat. Rigma mengeluarkan banyak keringat karena ia memaksakan tubuhnya untuk mengeluarkan energi jiwa dalam jumlah besar.
"Makasih harun… huaaa ini sangat melelahkan…"
"Aku memang tidak begitu mengerti soal energi jiwa… tapi kalau berdasarkan teori yang aku pelajari… pasti sangat berat bagi tubuhmu saat menggunakan energi jiwa dalam jumlah besar… tapi hasilnya pasti sepadan… aku yakin itu…"
"Iya… sekarang tergantung pada dini… kalau dia masih memiliki semangat hidup meski hanya sedikit… dia pasti akan bisa melewati proses metamorphosis kepompong besi…"
Dini : Masa Lalu
Aku sejak kecil sudah yatim piatu, kedua orang tuaku menitipkan diriku yang masih berumur 2 tahun kepada jenderal aldiano. Kedua orang tuaku adalah etranger militer yang dikirim untuk membantu negara sekutu untuk menangani monster dimensi rank SSS. Mereka tewas dalam misi penaklukan skala besar di australia yang melibatkan 4 negara besar. Itu adalah monster rank SSS pertama yang muncul di dunia sejak fenomena retakan dimensi muncul.
"Bagus lanjutkan… jangan biarkan musuhmu mendapat kesempatan…"
Saat aku berumur 15 tahun, aku mulai menjalani latihan keras ala militer serta mendapat bimbingan langsung dari jenderal aldiano. Pelatihan jenderal aldiano sangat ketat, aku tidak pernah diizinkan berpenampilan seperti wanita selama masa pelatihan. Semua anggota militer yang ia latih diperlakukan sama rata tanpa memandang jenis kelamin. Setelah 5 tahun pelatihan keras bagai neraka pun berhasil aku lewati. Namun setelah itu penugasan di wilayah perbatasan indonesia sudah menantiku sebagai misi pertama.
Beberapa anggota elit yang lulus bersamaku tewas dalam tugas menjaga wilayah perbatasan. Banyak perseteruan yang terjadi di wilayah perbatasan indonesia sehingga daerah tersebut menjadi zona merah. Diantaranya hutan yang dijadikan markas pasukan revolusioner, mereka sudah dicap oleh pemerintahan indonesia sebagai teroris. Pasukan revolusioner memiliki beberapa persenjataan dan etranger kuat di markasnya. mereka berhasil membuat tentara penjaga perbatasan kesulitan selama beberapa tahun.
"Lapor, posisi musuh dikonfirmasi…! Mereka berhasil mengepung kita…!"
"Sial…! Semuanya bentuk formasi roda bergigi…!"
Pasukanku langsung membentuk lingkaran sempurna dengan 10 orang anggota yang menjaga setiap sisi. Kami pasukan elit didikan jenderal aldiano yang disebut sebagai pasukan lipan dikirim untuk misi di wilayah perbatasan. Posisinya sangat sulit bahkan ketika kami melakukan patroli pertama kali.
"Jangan lengah sedikitpun…! Lawan kita adalah etranger dan pembunuh yang terlatih…!"
"Siap…!"
Pria yang memegang komando adalah Wisnu Alpian, orang yang memiliki banyak keahlian dan pemilik skor tertinggi ketika lulus pelatihan. Dia adalah pimpinan paling ideal yang selalu berpikir tenang dalam situasi apapun.
"Dikonfirmasi… aku berhasil melihat lokasi 3 orang yang mengepung kita di sisi utara…"
Pria kecil yang berhasil menemukan 3 lokasi persembunyian musuh di dalam kegelapan hutan adalah Jarga Angkasa. Matanya sangat spesial, ia menjadi tentara sejak berumur 13 tahun dan akhirnya direkrut oleh jenderal aldiano.
"Tahan… aku merasakan ada yang ganjal dalam pengepungan ini…"
"Dimengerti…"
Seperti biasa wisnu selalu tenang dalam mengambil setiap keputusan, ia tidak gegabah dan terus memperhitungkan segalanya.
"...!"
*tap…*
'Pisau…?'
Wisnu menangkap sebuah pisau yang terbang ke arahnya dengan sangat mudah. Namun aku kebingungan saat melihat ekspresinya setelah menatap pisaunya selama beberapa detik.
"SEMUANYA KEMBALI KE POS PENJAGA INI JEBAKAN…!"
Baru kali ini aku melihat wisnu panik dan mengeraskan suaranya saat memberikan komando. Disaat kami semua terkejut, puluhan boneka bersenjata lengkap muncul dari atas pohon.
"SIAL DI ATAS JUGA…! ANATASHA…!"
"Dimengerti…"
Anatasha langsung melompat dan mengeluarkan rantai kecilnya untuk mengikat semua boneka yang melompat ke arah kami. Anatasha Febrian adalah gadis yang sangat ahli dalam pertarungan di udara. Dia bahkan mendapat julukan Sayap Rantai karena kemampuannya yang sangat hebat dalam menggunakan rantai di udara.
*wush…bip… BOOM…!*
Anatasha menghempaskan seluruh boneka kayu ke langit, kemudian secara bersamaan seluruh bonekanya meledak. Secara serentak boneka lain maju sambil membawa perisai energi sambil membentuk formasi persegi untuk mengepung kami.
"Sial ini tidak akan ada habisnya… ketua… biar aku si rantai saja yang menghadapi para boneka ini…"
"Cih… sepertinya aku juga sebagai pimpinan sudah kehabisan cara… incaran mereka adalah pos komando penjaga perbatasan indonesia… dan yang menahan kita disini hanya satu orang etranger…"
Seluruh pasukan termasuk diriku terkejut mendengar perkataan wisnu soal musuh yang mengepung kami.
"Kalau begitu aku akan membuat jalan… ini sudah termasuk gawat bukan…?"
"Iya… maaf wafin…"
"Tidak masalah ketua… apalagi aku juga tidak akan bosan disini... boneka-bonekanya terus bertambah… sekarang… haaaaa…. "
Otot-otot tubuh wafin mengembang ia pun mengeluarkan palu besar andalannya. Wafin Sutisno, dia adalah anggota pasukan lipan yang memiliki kekuatan fisik paling besar. Palu besar yang ia bawa beratnya hampir dua ton dan ia bisa mengayunkan palunya dengan mudah.
*DAM… DUAR…!*
Seluruh tanah dalam radius 1 KM hancur lebur akibat hantaman palu wafin ke tanah. Kami akhirnya mendapatkan celah untuk mundur ke pos penjaga perbatasan.
"Waduh-waduh… padahal sudah cape-cape menahan mereka dengan pasukan boneka… tapi akhirnya jadi seperti ini…"
Aku sempat menoleh dan melihat seorang pria muncul di dekat wafin sambil mengoceh. Namun aku percaya wafin dan anatasha bisa mengatasi lawannya. Sebab masing-masing dari mereka memiliki kekuatan yang dapat mengalahkan etranger kelas 2. Sisa pasukan lipan pun bergegas pergi dari tempat pertarungan wafin dan anatasha yang melawan seorang etranger.
"Kita harus cepat… pos penjaga tidak bisa menunggu lebih lama… jarga pimpin jalan…"
"Siap ketua…!"
Ditengah perjalanan menuju pos penjaga perbatasan, wisnu meminta jarga untuk memimpin jalan. Jarga memang cocok untuk memimpin perjalan menuju pos penjaga perbatasan karena matanya sangat tajam. Namun saat jarga melewati wisnu yang berada di barisan depan lehernya langsung terpenggal.
"Eh…?"
Aku yang berada di paling dekat dengan barisan depan terkejut melihat kepala jarga yang jatuh tepat di depanku.
bersambung...