Pembasmian Teroris
"Baru 2 bulan aku jadi etranger lepas… sudah mendapat misi di luar pulau… ini terlalu berat…"
Rigma mengeluh di area pelabuhan kecil pulau kalimantan tempat ia menjalankan tugas. Ia tidak pernah mengira tugas keduanya sebagai etranger lepas akan berada di luar pulau.
'Untung aku sudah menyuruh dini menggantikanku mengumpulkan material…'
Satu hari sebelum rigma berangkat ke kalimantan untuk menjalankan misi sebagai etranger, ia memberi tugas pada dini.
"Kau sekarang memang masih belum stabil... tapi kemampuanmu sudah sangat kuat sebagai senjata hidup… berdasarkan arahan syna… untuk menstabilkan energi jiwamu… latihan dan pengalaman adalah jalan tercepat… jadi selama aku berada di luar pulau… gunakan alat ini dan kumpulkan material dari monster dimensi… tapi jangan melawan monster rank S+ ke atas… karena mereka terlalu kuat untukmu yang sekarang..."
"Iya tuan rigma saya mengerti…"
"Bagus… hari ini buktikan padaku kau bisa menjalankan tugas dengan baik…"
Rigma mengingat kejadian dimana dini berhasil mengumpulkan material dengan sangat sempurna tanpa membahayakan dirinya. Dini bahkan terbukti kabur ketika mengetahui lawannya adalah monster dimensi rank SS.
"Yah setidaknya dia sekarang tahu soal cara mengukur kemampuannya…"
"Mengukur kemampuan siapa…?"
Asrea yang muncul di samping rigma langsung bertanya soal gumaman rigma. Rigma menoleh ke arah asrea dengan wajah datar tanpa menjawab pertanyaannya.
"Ayolah… kau ini... kenapa sangat dingin padaku…?"
"Sebab kau mengambil misi yang terlalu merepotkan…"
"Kau sendiri kan yang menyuruhku mengambil misi dengan jumlah bayaran terbesar…"
"Iya sich… tapi aku tidak menyangka akan ada misi pembasmian teroris dari luar pulau begini…"
"Hehe… awalnya aku juga tidak menyangka misi dari pulau kalimantan akan dipasang di kota purwakarta…"
Rigma pun berdiri dan berjalan ke arah penginapan yang telah mereka sewa untuk 1 hari. Sebab perjalanan ke pulau kalimantan dilakukan dengan menggunakan kapal laut. Sehingga membuat mereka butuh waktu 7 jam untuk sampai di pulau kalimantan.
"Sebaiknya kita beristirahat… besok pagi akan ada etranger pemandu kita bukan…?"
"Iya kau benar juga…"
Asrea pun mengikuti rigma menuju penginapan untuk beristirahat agar bisa bangun tepat waktu. Entah kenapa rigma merasa asrea jauh lebih bersemangat dari ketika menjalani misi kali ini. Sementara itu di kota purwakarta dini menjelajah ketika malam untuk mencari retakan dimensi yang baru muncul. Dini menggunakan jubah hitam dan topeng pencuri milik rigma untuk menyamarkan identitasnya.
"Ketemu…! Sepertinya aku belum terlambat…"
Dini sampai pada retakan dimensi yang terbuka di area taman, sang monster dimensi juga baru saja muncul. Monster dengan wujud banteng besar dengan 3 tanduk merah di kepalanya adalah penjaga retakan dimensinya.
"Monster dimensi ini hanya peringkat B… jadi sepertinya kau akan mati dengan cepat…"
Dini mengeluarkan sabit besar berwarna hitam dari tangannya setelah memastikan peringkat monster yang ia lawan. Saat sang banteng menerjang dini dengan tanduk merahnya, dini langsung melompat sambil menggerakkan sabitnya saat berada di udara.
*sling… *
"Maaf ya banteng… malam ini kau tidak beruntung karena bertemu denganku…"
Tubuh banteng raksasa pun terbelah menjadi dua bagian setelah menerima serangan sabit dini. Sebelum ada orang yang datang dini segera mengambil inti monster dimensi dan memotong ketiga tanduk banteng tersebut.
"Misi pertama selesai… lokasi selanjutnya berada 2 kilometer dari sini ya…"
Dini bergegas ke lokasi berikutnya untuk mengumpulkan material sesuai perintah rigma. Ia terus berburu hingga menjelang pagi hari, lalu pada saat siang hari dini beristirahat penuh di laboratorium. Saat pagi tiba, rigma dan asrea sudah menunggu di depan penginapan untuk berjumpa dengan pemandunya.
*tap tap…*
Suara langkah kaki dua orang terdengar dari balik kabut yang menutupi seluruh area sekitar pelabuhan. Tak lama kemudian muncul sosok dua orang pria dari balik kabut tersebut, mereka terlihat kuat dengan otot kekar di tubuhnya.
"Yo... lama tak bertemu ya… asrea…"
"Iya… kak resta…"
Wajah asrea sedikit memerah ketika menjawab sapaan dari pria berkulit putih yang membawa dua pedang di punggungnya.
"Ah maaf… namaku adalah Resta Permana Putra… dan ini adalah asistenku Dehen Wipantu… kami akan memandu kalian ke lokasi pasukan etranger berada…"
"Salam kenal namaku Rigma Sanja Dawala… etranger kelas 3... "
Rigma berjabatan tangan dengan resta dan dehen ketika selesai memperkenalkan diri. Kemudian asrea maju ke arah dehen, ia juga terlihat ingin memperkenalkan dirinya.
"Namaku Asrea Ulamia… etranger kelas 3 dan teman masa kecil kak resta… salam kenal ya dehen…"
"Tentu…"
Kedua pria itu akhirnya memandu rigma dan asrea menggunakan mobil offroad. Sebab tempat tujuan mereka adalah area terpencil, jadi akses jalannya juga tidak begitu bagus.
"Sudah berapa orang yang terkumpul dalam misi pembasmian ini…?"
"Kurang lebih sekitar 40 orang… tapi misi ini berbeda dengan misi pembasmian lain yang mengutamakan kecepatan… pada misi kali ini semua peserta mendapatkan bayaran yang sama… untuk mencegah perselisihan antar etranger…"
"Sudah lumayan banyak ya etranger yang terkumpul… apa musuhnya sangat berbahaya…?"
"Bukan berbahaya lagi… kabarnya… pimpinan dari teroris ini setara dengan etranger kelas 1 tingkat lanjut…"
"Hah…!? Bukankah itu sangat berbahaya…? A S R E A…"
asrea memalingkan wajahnya, ia mencoba menghindari tatapan mataku yang penuh amarah. Aku yang belum puas karena tidak mendapat penjelasan darinya langsung menarik bajunya. Aku memaksanya menatap wajahku karena ia mengambil misi yang terlalu berbahaya tanpa konsultasi denganku.
"Hehehe… aku minta maaf... tapi hanya ini misi yang penghasilannya besar… dan aku sangat butuh uang dalam waktu dekat…"
"Cih… lain kali konsultasi terlebih dulu sebelum mengambil misi yang seperti ini… tapi saat tiba di markas pasukan bersiaplah untuk hukuman..."
"Iya aku minta maaf... "
asrea terus menundukkan kepalanya sambil meminta maaf padaku dengan suara lantang.
"Sudahlah bro… asrea sudah minta maaf… lagi pula yang akan menghadapi sang pimpinan bukanlah pasukan sukarelawan... "
"Memang siapa yang akan menghadapi pimpinan mereka…?"
"Kami membayarnya dengan imbalan beberapa kali lipat lebih mahal dari etranger lain… karena kalau tidak ia tidak akan mau datang… dia adalah Nia Rahani… Wakil ketua ke 2 Organisasi Palapa… organisasi etranger nomor 1 di Indonesia…"
"Organisasi palapa… organisasi yang dibuat oleh orang itu… Antonio Intius..."
Rigma mengingat kembali sosok top etranger Indonesia yang pernah ia temui ketika kakak sepupunya masih hidup.
"Iya kau benar… organisasi palapa… sekumpulan rayap yang menggerogoti keuangan pemerintah… hanya karena mereka memiliki kekuatan… mereka memasang tarif yang diluar nalar…"
Resta terlihat sangat kesal ketika membahas soal organisasi palapa, rigma sangat paham kenapa resta kesal. Organisasi palapa memiliki cara sendiri untuk melawan kebijakan pemerintah yang mengekang etranger. Mereka menaikan batas atas tarif penyewaan etranger untuk misi-misi yang membutuhkan kekuatan besar. Ditambah mereka tidak akan mau menerima misi yang membahayakan nyawa anggotanya.
"Kita hampir sampai di markas sementara pasukan sukarelawan… kalian bersiaplah… jangan sampai ada barang yang tertinggal…"
"Oke…"
Setelah setengah hari perjalanan akhirnya mereka sampai di lokasi misi perburuan teroris. Rigma dan asrea menyiapkan barang-barang bawaan mereka agar bisa langsung melapor ke pemberi misi. Ketika memasuki wilayah desa kecil yang dijadikan markas militer sekaligus markas pasukan sukarelawan, rigma melihat banyak sekali wanita berpakaian minim.
"Bro resta… jangan bilang wanita-wanita disekitar sini…"
"Benar bro mereka wanita hiburan untuk para tentara… mereka mendapat bayaran bulanan… setahuku ada lebih dari 100 wanita yang bekerja sebagai penghibur angkatan militer…"
"Jadi dengan kata lain kita bisa melakukan hal itu secara gratis disini…?"
"Benar…"
Rigma memasang senyuman mesum yang sama seperti resta ketika membahas wanita penghibur di desa kecil itu.
"Dasar lelaki…"
Hanya asrea yang kesal melihat tingkah para lelaki yang ada di dalam mobil. Resta menghentikan mobilnya ketika sampai di sebuah gedung besar yang terlihat seperti markas. Rigma dan asrea disapa oleh seorang pria berwajah menyeramkan dengan tubuh dipenuhi otot besar.
"Jadi kalian 2 etranger tambahan terakhir dari purwakarta…?"
"Iya… namaku rigma dan ini asrea rekan satu timku sebagai etranger lepas…"
"Kalian terlihat tidak begitu kuat… kelian etranger kelas berapa…?"
"Kami berdua kelas 3… dan kami sudah memiliki pengalaman membunuh penjahat…"
"Hooo menarik…"
Rigma menjawab semua pertanyaan sang pria besar yang menyambutnya di depan gedung. Asrea hanya bisa melihat tanpa bisa berbicara sedikitpun dengan pria besar itu.
"Kalau begitu kau tidak keberatan jika kami melakukan tes bukan…?"
"Tes…?"
"Iya tes pertarungan… sebab kami tidak mau melihat orang lemah di dalam tim…"
Semangat rigma membara ketika mendengar ejekan dari pria besar berwajah seram di depannya. Sementara asrea malah kebingungan dan terlihat panik ketika mendengar perkataan sang pria besar.
"Kalau begitu segera lakukan agar kami bisa menaruh barang bawaan ke kamar…"
Rigma menantang balik sang pria besar dengan penuh semangat, sebab ia juga ingin tahu sekuat apa etranger lain di markas tentara sukarelawan.
"Oke kalau begitu silahkan ikuti aku… resta… tolong jaga barang bawaan mereka… sebab ini tidak akan lama…"
"Siap…!"
"Oh iya namaku Denar Saputra… Pelatih tentara biasa di markas ini…"
Mereka pun mengikuti denar sambil berbincang sedikit soal markas pasukan sukarelawan. Saat sampai di lapangan rigma dan asrea pun terkejut ketika melihat puluhan orang tergeletak di tanah. Rigma dan asrea melihat seorang wanita berdiri di atas sebatang kayu tepat di tengah lapangan.
"Bagaimana apa latihannya cukup untuk pemanasan…?"
"Mereka selemah kelas mereka… bahkan kelas 2 pun tidak terlalu hebat…"
"Aku membawa dua orang yang penuh semangat… bisakah kau menilai mereka…?"
"Anggota baru…?"
"Iya… mereka cukup yakin dengan pengalamannya…"
"Oke… tapi singkirkan dulu orang-orang lemah ini…"
Denar meniup sebuah peluit dan 10 orang tentara langsung berbaris di depannya dengan rapi.
"Kalian bereskan semua kekacauan ini…"
"Siap…!"
Dalam 10 menit lapangan tempat berlatih pun kembali bersih, rigma sibuk melakukan pemanasan.
"asrea kamu bisa menjadi tipe pendukung kan…?"
"Iya… kalau begitu…"
Setelah selesai membisikkan strategi pada asrea, mereka berdua pun masuk ke area lapangan.
"Ingat latihan ini akan berakhir jika salah seorang dari kalian pingsan… untuk anggota baru kalian akan kalah jika kalian berdua pingsan atau menyerah… untuk nia… dia akan kalah kalau pingsan atau menyerah… karena ia etranger kelas 1 tingkat lanjut… kalian akan dipermudah dengan jumlah… paham…?"
"Paham…"
"Kalau begitu pertandingan...DIMULAI….!!"
Bersambung…