Asrea : Bibit Hydra
Aku sudah hampir mati karena tusukan mematikan dari kak resta yang menghancurkan isi perutku. Entah kenapa hidupku selalu penuh kesialan, ditambah diriku sangat lemah untuk seorang etranger. Sudah berapa kali aku hampir mati sebelum menerima warisan jiwa pengelana dari ayahku. Tapi sekarang secara ajaib aku bertemu dengan penyihir air yang menawarkan solusi untuk masalahku.
"Ini adalah bibit hydra… sumber masalah yang memuat seluruh keluargamu terlibat masalah…"
Penyihir air menunjukkan bibit hydra yang sangat diinginkan oleh kak resta, bentuk bibit hydra sungguh cantik. Pancaran cahaya terang menyelimuti sebuah kristal biru yang disebut bibit hydra sungguh memukau.
"Jadi apa yang ingin kau lakukan dengan bibit itu…?"
"Aku akan membelah kekuatan bibit hydra… kekuatan sihirnya akan aku berikan ke lelaki bernama rigma… hingga nanti yang tersisa adalah jiwa-jiwa leluhurmu… kalau kau mau menerima tubuh baru dan kembali hidup dengan kekuatan besar… kau harus menerima bibit ini sebagai wadah untuk jiwamu…"
"Kenapa harus rigma…? Apa akan ada efek samping kalau ia menerimanya…?"
"Tentu saja tidak… dia akan mendapatkan berkah dari kekuatan hydra dan dapat menggunakan sihir air... lalu aku akan membuatkan tubuh baru untukmu dengan mengorbankan keberadaanku sendiri sebagai penyihir air…"
Aku benar-benar tidak menyangka sang penyihir air mau melakukan ritual berbahaya seperti ini. Aku pikir selama ini dia hanya jiwa pengelana biasa yang berfungsi sebagai alat etranger. Tapi nyatanya dia juga memiliki pemikiran dan perasaan seperti manusia pada umumnya.
"Kita tidak punya banyak waktu… mari kita mulai…"
Saat ritualnya dimulai aku melihat pancaran cahaya biru semakin terang dari lingkaran sihir yang ada di bawah kakiku. Dinding air tiba-tiba muncul dan mengelilingi lingkarang sihir yang kami pakai untuk ritual.
"Asrea bantu aku…"
"Tapi… kenapa kau sampai rela mengorbankan keberadaanmu…? Bukankah kalau bibit hydra direbut… kau masih tetap bisa hidup…?"
"Masih bisa hidup ya… sayang sekali... kata-katamu kurang tepat… kami para jiwa pengelana... sudah pernah mengalami yang namanya kematian…"
"A-apa…?"
Aku tentu cukup terkejut mendengarnya, sebab setahuku para jiwa pengelana memiliki keinginan mencari wadah. Semua itu mereka inginkan agar bisa bertahan hidup, mereka bahkan rela kekuatannya digunakan oleh manusia.
"Konsep yang selama ini diketahui oleh manusia itu salah besar… kami para jiwa pengelana adalah sosok jiwa dari makhluk yang telah mati… tapi sekarang aku tidak punya waktu untuk menjelaskannya secara detail…"
"Ah sial… terserahlah… yang penting aku harus menyelamatkan rigma sekarang…"
"Benar itu keputusan yang tepat… sekarang rasakan energi jiwa milikmu… kuatkan hatimu… pikirkan siapa yang terpenting di dunia ini bagimu..."
Aku akhirnya mengulurkan tanganku ke arah bibit hydra dan melupakan soal perkataan penyihir air soal jiwa pengelana. Cahaya biru yang keluar dari bibit hydra pun semakin terang, lalu tubuhku dan tubuh sang penyihir air melayang seiring naiknya bibit hydra ke langit. Anehnya aku malah melihat rigma ketika memikirkan siapa yang terpenting dalam hidupku.
Hidup Baru
Saat rigma dan resta sedang sibuk bertarung dengan niat saling membunuh, hingga mereka tidak sadar bibit hydra sudah keluar dari tubuh asrea.
'Bocah ini… dia terus mengincar titik dimana jiwaku berada… benar-benar bocah yang mengerikan…'
Rigma mengganti cara untuk mendeteksi jiwa milik resta dengan gelombang jiwa. Sebab resta berhasil menghindari serangannya selama 30 detik. Tentunya rigma tidak mengira kalau resta terbiasa bertarung sambil melindungi jiwanya.
'Tidak ada habisnya… dia selalu membuat perisai dengan tubuhnya sendiri ketika aku ingin menghancurkan jiwanya…. Dia bahkan bisa memisahkan anggota tubuhnya untuk menangkis pedang senjata… sementara aku tidak bisa menggunakan serangan yang areanya terlalu besar di area peperangan seperti ini…'
Keduanya sama-sama kerepotan menghadapi satu sama lain sambil terus melancarkan serangan. Resta yang memiliki jiwa pengelana tetua ninja peringkat S+ tentu memiliki keunggulan dalam teknik dan kecepatan. Sementara rigma hanya memiliki kekuatan dan kecepatan, pastinya akan kesulitan melawan musuh yang memiliki pertahanan aneh seperti resta.
"Itu…!"
Rigma yang sedang fokus memburu resta tiba-tiba teralihkan oleh cahaya kecil berwarna biru dari tubuh asrea. Resta yang penasaran saat melihat ekspresi rigma akhirnya menoleh ke belakang. Ia melihat bibit hydra telah keluar dari tubuh asrea dan sedang memancarkan cahaya kebiruan yang amat indah.
"Bagus bibitnya sudah keluar…!!"
Resta menganti arah pergerakannya dan melesat ke tempat bibit hydra yang melayang di atas tubuh asrea.
"Jangan harap bisa mendapatkannya dengan mudah…!"
Rigma terus mengincar jiwa resta untuk membunuhnya, ia memaksa resta kembali ke posisi bertahan.
"Sialan…!!! Kenapa kau selalu menghalangi jalanku….!! Padahal kau cuma bocah asing…!!"
"Itu karena kau membunuh rekanku…! Aku akan terus menyerangmu dan kita lihat siapa yang bertahan di akhir pertarungan…"
"SIALAN….!!!"
Tanpa rigma sadari, ia berhasil memberikan waktu untuk ritual penyihir air yang masih setengah jalan di dalam bibit hydra. Perlahan tubuh asrea terhisap ke dalam bibit hydra hingga akhirnya tubuhnya menghilang. Sebuah cahaya biru seperti laser keluar dari bibit hydra dan menghubungkan bibit hydra dengan tubuh rigma.
"Eh…!? Ini… tali jiwa…?"
'Itu tali jiwa hanya beda versinya saja bocah… sepertinya gadis kecil itu mencoba melakukan sesuatu untukmu…'
Tali jiwa yang menghubungkan rigma dengan bibit hydra tidak terlihat oleh resta. Rigma menyadarinya saat resta terus menyerang sambil mencari kesempatan untuk mengambil bibit hydra.
'Jadi tali jiwa ini hanya bisa terlihat olehku saja ya…?'
'Ya bisa dibilang begitu… aku bisa melihatnya karena secara teknik aku adalah bagian dari tubuhmu sekarang…'
'Penjelasan yang cukup simpel… kenapa tidak bantu aku cari solusi melawan musuh yang tubuhnya abadi seperti ini…?'
Rigma terus mengendalikan pedang senja yang terbang dengan kecepatan tinggi sambil mengatasi tubuh fisik resta. Resta selalu menghilangkan tangannya dan bertarung dengan kakinya yang juga bisa terpisah dari badannya.
'Hahaha… jadi kau juga kesulitan ya, bocah…? Apa kau tidak ingat perkataanmu sebelum peperangan ini dimulai…?'
'Lupakan soal itu…! Aku sangat butuh kekuatan sekarang…!'
Rigma benar-benar mulai kehabisan cara untuk menghadapi pertahanan resta yang hampir tidak bercelah. Sebelum peperangan dimulai rigma meminta syna untuk menyegel kekuatan buff succubus. Rigma ingin mencoba menang hanya dengan kemampuan aslinya yang tidak diperkuat. Namun resta adalah lawan yang diluar perhitungan rigma ketika ingin bertarung tanpa memperkuat tubuh.
[Tato Sakral]
'Hooo lumayan…!'
Rigma pun menarik pedang senja untuk kembali ke dalam genggaman tangan kanannya. Ia sangat bersemangat ketika mendapatkan kembali [Tato Sakral] yang sebelumnya disegel.
"Cih sekarang kau memiliki tato ya…!"
*tang…!*
Keduanya saling mengadu senjata di atas udara dengan niatan membunuh satu sama lain. Hasilnya rigma dan resta sama-sama terpental ke arah yang berlawanan hingga tercipta sebuah jarak. Namun kali ini rigma lebih diuntungkan karena ia berdiri tepat di depan bibit hydra yang sangat diinginkan resta. Tanpa pikir panjang rigma mengambil bibit hydra dan memasukkannya ke kantong jas bagian dalam.
"Sialan…!! KEMBALIKAN…!!"
Saat rigma bersiap untuk bertahan karena merasa resta akan menyerangnya secara membabi buta, tekanan aura jiwa besar muncul.
"Apa belum selesai juga resta…?"
Rigma terlalu sibuk melawan resta sampai lupa memperhatikan area sekitarnya, ia melihat banyak grup etranger yang tumbang. Ditambah nia yang menjadi pimpinan pasukan juga sudah tak berdaya di tangan pimpinan musuh. Rigma melihat pemandangan mengenaskan dimana tubuh nia yang penuh luka diseret seperti sampah.
"Bos… maaf saya mendapat sedikit masalah disini… bocah ini ternyata jauh lebih terampil dari yang saya kira…"
"RESTA…!! Kau…! Jangan bilang kau bersekutu dengan musuh…!?"
"Kalau iya kenapa…? Pihak mereka jauh lebih menguntungkan… ditambah kalau kalian semua mati… tidak akan ada saksi mata… dan tidak akan ada yang tahu kalau aku pengkhianatnya…"
Senyuman licik resta keluar, ia merasa di atas angin ketika sang pimpinan musuh mendatanginya.
'Oi bocah… menghadapi kedua orang ini secara bersamaan bukanlah hal yang baik…'
'Aku tahu… tapi bagaimana caranya keluar dari tempat ini… aku juga tidak bisa mengabaikan wanita tidak berdaya yang kepalanya sedang digenggam oleh pria botak itu…'
'Ini benar-benar pilihan sulit… kau bisa melawannya dengan mengerahkan seluruh kemampuan kami bertiga… tapi tubuhmu pasti akan terkena dampak yang luar biasa… aku yakin rasa sakitnya akan lebih buruk dari kematian…'
Rigma benar-benar berada dalam situasi yang buruk, ia bisa saja lari menyelamatkan dirinya sendiri. Namun di sisi lain, rigma juga ingin menyelamatkan nia yang sedang sekarat di tangan musuh.
"Resta… jangan membuang waktu lebih lama dari ini… kita habisi bersama bocah itu…"
"Tentu bos… aku juga ingin segera menikmati bibit hydra yang ia curi dariku…"
[Tato Sakral] [Kekuatan Naga : 30%] [Transformasi Ratu Succubus : Tahap Pertama] [Mata Naga]
Rigma langsung mengeluarkan kekuatan penuhnya, aura jiwa milik rigma berkobar sangat besar bagai api yang mengamuk.
'Paling tidak aku harus habisi si botak dulu…!!'
*wushh...!*
[Pedang Gaia]
"...!"
*sling… BOOM…*
Saat rigma hendak menyerang jiandi, sebuah pedang raksasa yang seukuran pesawat tempur muncul dan menghalanginya.
"Cih… aku tidak menyangka kau akan datang sebelum aku membersihkan semuanya…"
"Jiandi… bocah yang kau lawan ini tidak biasa… salah langkah sedikit nyawamu akan hilang…"
"Hooo… kalau kau berkata seperti itu… aku malah jadi makin penasaran dengan kekuatan anak ini…"
"Tapi sayang sekali semuanya terlambat… dia barusan kabur karena merasakan energi jiwa milikku…"
Saat kepulan debu mulai menghilang, jiandi baru sadar kalau rigma sudah tidak ada. Resta dan jiandi pun sangat panik ketika mengetahui rigma melarikan diri sambil membawa bibit hydra.
"Haaa…!!! Sial… dia membawa bibit hydra…!"
"Wah kalau begitu… aku juga akan membantu kalian…"
Ketiga penjahat pun bersatu untuk mengejar rigma yang baru saja melarikan diri dari pertempuran.
"Sial ini kedua kalinya aku melarikan diri dari pertarungan…!!"
Rigma merasa sangat kesal pada dirinya sendiri yang masih sangat lemah sebagai etranger dengan 3 jiwa pengelana.
'Bertahanlah nak… sebentar lagi ritual penyatuan jiwa akan selesai…'
'Siapa…?'
Rigma kaget ketika mendengar suara asing yang ada di dalam kepalanya. ia tahu suara itu bukan berasal dari 3 jiwa pengelana yang ada di tubuhnya.
'Aku adalah penyihir air… jiwa pengelana yang bersemayam di tubuh asrea sebelumnya…'
'Meskipun ritual yang barusan kau sebutkan berhasil… aku ragu kita akan bisa selamat dari sini…'
'Aku berani jamin kalau ritual ini selesai… 3 orang yang mengejarmu akan binasa…'
'Hoo menarik… kalau begitu aku akan berusaha mengulur waktu selama yang aku bisa…'
Rigma akhirnya mengubah rencananya untuk melarikan diri, ia kembali bersemangat ketika mendengar ada sebuah harapan.
"Waktunya serangan balasan…"
Bersambung…