Chereads / ATMA-TRUTH OF SOUL / Chapter 29 - Amukan

Chapter 29 - Amukan

Kemenangan & Keputusasaan

Rigma yang mendapat kekuatan dari sihir transformasi milik syna tersenyum sambil menunjuk ke arah monster dimensi.

"Aku akan mencabik tubuhmu…!"

*wush…*

Rigma langsung melesat ke arah monster dimensi untuk melakukan serangan, namun ia tiba-tiba melihat sebuah garis putih di depan nya.

*cabik…*

"Benang…? "

"HahA KaU PikiR ManUSiA SePerTimU BiSA mEmBunuHKu…?"

Saat rigma melihat sekelilingnya, ia melihat banyak sekali benang tipis yang mengelilinginya. Tubuhnya tiba-tiba terasa bergetar dan menjadi lemas setelah mengetahui soal benang tersebut.

"Racun ya…?"

"TepAt…!"

[Cure]

Monster dimensi terkejut ketika melihat cahaya suci mengelilingi tubuh rigma yang sedang keracunan.

"KekUatAn eLeMen SUci…? TaPi BukANnya kaU PengGuNA KekuaTan KeGElapaN…!?"

"Itu bukan urusanmu…!! Tidak ada gunanya juga menjelaskan pada monster yang akan mati…"

Rigma kembali menerjang ke arah sang monster dimensi sambil mencabik benang-benang yang menghalanginya. Ia semakin lama semakin dekat dengan sang monster dimensi yang terus mundur untuk menjauhinya. Saat cakar rigma hampir mencapai leher sang monster dimensi, sebuah tangan menggenggam tangan dan menghentikan serangan rigma.

"HahAHa… MeSKi pReMatuRe RupANya adA YanG MAsiH BeRgUna…"

Rigma terkejut sosok yang menghentikan serangannya adalah dini, sebagian tubuhnya sudah berubah menjadi monster. Tatapan matanya juga kosong saat menatap wajah rigma, ia telah terpengaruh sepenuhnya oleh monster dimensi. Rigma pun menendang tubuh dini hingga terpental dan menjauh darinya.

'Huaaa… aku pikir kau tipe yang akan melunak saat melawan orang yang kau kenal…'

'Aku mengurangi tenagaku hingga separuhnya… saat ini tidak ada waktu untuk melakukan sesuatu yang tidak penting… dia hanya penghalang saja untuk sekarang…'

'Fiuu… kau mendapat poin lebih dariku bocah… sikap tenang dan penuh perhitunganmu itu membuatku sedikit kagum…'

Namun dini langsung berdiri dan mulai kembali menyerang rigma bersama dengan sang monster dimensi.

'Tapi bukan berarti aku tidak marah…'

'Eh…? '

'Sebab ia berani menggunakan dini untuk melawanku seperti ini…!'

Rigma merespon setiap serangan yang diarahkan kepadanya, namun ia tetap saja terpukul mundur. Sebab disatu sisi ia tidak bisa melukai dini, ditambah dengan monster dimensi yang membantu dini.

'Ini cukup sulit…'

'Aku tidak menyangka mode ratu succubus bisa sampai terpojok…'

'Kalau satu lawan satu mungkin akan jauh lebih mudah… tapi kondisi kemenanganku terlalu sulit… aku bisa saja membunuh keduanya dengan mudah… namun tubuh dini tidak boleh terluka…'

Rigma benar-benar kehabisan akal, ia sampai tidak menyadari gelombang angin dari tiap serangannya membuat puing-puing disekitarnya terhempas. Akhirnya rigma pun mencoba menyerang balik ke sisi monster dimensi dan berharap menemukan celah.

"DengAn… iNi kAu AkAN maTi EtrAngeR…!"

Senyuman sang monster dimensi membuat rigma semakin muak dan kehilangan kontrol. Ia pun memusatkan kekuatannya pada tangan kanan dan memukul wajah monster dimensi dengan kuat.

"JANGAN TERTAWA…!!"

*BAM…*

Namun disisi lain ia melepaskan penjagaan terhadap dini yang masih mencoba menyerang. Tangan dini melesat ke arah leher rigma dengan mulus, namun saat serangan berhenti saat hampir mengenai leher rigma.

*remas…*

"Tu… tuan… saya… ti… tidak… sang-... gup… lagi… saya mohon… tuan pergi… dari… sini… tubuh saya… sulit… dikendalikan..."

Tangan kiri dini mencengkram erat tangan kanannya yang hampir mencabik leher rigma. Syna dan rigma terkejut melihat dini yang masih sanggup mempertahankan kesadarannya di tengah pertarungan.

'Hei bocah…! Jangan diam saja… ini kesempatanmu…!'

Rigma yang terdiam langsung sadar akibat teriakan syna yang muncul di kepalanya. Ekspresi wajah dini yang terlihat seperti sedang menahan rasa sakit membuat rigma tidak bisa menyerangnya.

"Tuan… saya mohon… akhiri ini semua… saya sudah tidak… kuat… menahannya… lebih lama…"

"Si… sial….!!"

[Pukulan 9 Titik Pelumpuh]

Pukulan jari rigma berhasil mengenai titik-titik syaraf utama pada tubuh dini dan membuatnya tumbang.

"Terima... kasih… tuan… saya berharap… anda bisa… tetap hidup…"

Rigma melihat senyuman dini yang begitu hangat dan terlihat lega ketika tubuhnya tidak bisa digerakan. Aura jiwa yang dikeluarkan oleh rigma semakin besar akibat amarahnya, ia menatap sang monster dimensi dengan hawa membunuh yang sangat pekat. Rigma pun kembali mengejar monster dimensi yang mencoba kabur setelah rencananya gagal. Berkali-kali rigma dihalangi oleh beberapa benang yang dialiri kekuatan jiwa.

"JANGAN LARI KAU SIALAN…!!"

Rigma yang emosinya sudah mencapai puncak terus mengejar monster dimensi dan menyerang secara membabi buta. Sang monster dimensi sendiri tidak memberikan perlawanan yang berarti ketika menghadapi rigma. Hingga akhirnya rigma merasa sedikit curiga dengan pola serangan sang monster dimensi yang terus menjaga jarak.

"Jangan bilang kau menyiapkan sesuatu ya…!!"

Rigma langsung menambah kecepatannya dan semakin mendekati tubuh monster dimensi. Sang monster dimensi tersenyum ketika melihat rigma yang tersulut emosi serta menyerangnya secara brutal.

"Haaaa….!"

Akhirnya serangan rigma berhasil mengenai dada sang monster dimensi, bahkan ia berhasil mendapatkan jantungnya.

"UhaK…! HihiHi… TerLamBAt… AnaKu aKAN sEGera MeneTAs…!"

Sang monster dimensi sudah dalam kondisi sekarat, namun senyumannya tak kunjung sirna. Rigma juga dikejutkan oleh sebuah telur raksasa yang memiliki energi jiwa yang sangat kuat. Tak lama setelah monster dimensi yang rigma kalahkan tewas, telur raksasa di depannya pun berdetak semakin kencang.

'Jangan bilang… dia menjadi lemah karena selama ini berusaha menetaskan telurnya dengan energi jiwa…!?'

'Energi jiwa ini terlalu kuat bocah… aku sarankan kau untuk mundur... dirimu yang sekarang tidak mungkin bisa mengalahkan monster yang sudah siap menetas itu…'

'Setidaknya aku akan ambil tubuh ibunya dan membawa tubuh dini juga…'

Rigma tanpa protes sedikitpun langsung menuruti saran syna untuk mundur. Ia memasukkan mayat monster dimensi ke dalam ruang penyimpanan dan bergegas membawa tubuh dini keluar dari area tersebut.

'Aku sebenarnya penasaran bagaimana bisa seorang monster dimensi memiliki telur… tapi…'

'Kemungkinan kasusnya sama dengan orang-orang yang sebelumnya kau keluarkan dari telur… hanya saja… telur yang besar itu memiliki wadah seorang etranger… sehingga ia bisa menjadikannya monster dimensi yang lebih kuat…'

'Jadi begitu… sekarang alasanku untuk pergi dari tempat ini pun bertambah…'

Rigma kembali membelah barikade polisi dan kabur secepat yang ia bisa ketika para polisi masih terkejut. Tak lama setelah rigma keluar dari dalam area barikade, sebuah suara ledakan terdengar. Ia juga merasakan energi jiwa yang sangat kuat di dalam area barikade polisi.

"Untuk sekarang hanya kampus tempat teraman untuk bersembunyi…"

Mode ratu succubus tahap pertama membuat rigma dapat bergerak sangat cepat dan nyaris tidak terlihat. Niken pun terkejut ketika melihat rigma masuk ke dalam laboratorium dengan baju compang camping. Bajunya rusak akibat pertarungan dan perubahan ketika menggunakan mode ratu succubus.

"Rigma kamu kenapa…!?"

"Tidak apa-apa… aku hanya berurusan dengan monster dimensi… aku ingin membawa tubuh wanita ini ke laboratorium rahasia untuk diteliti…"

"itu boleh saja… asal ia dalam keadaan tidak sadarkan diri sebelum masuk ke laboratorium…"

Niken pun memastikan keadaan dini apakah ia dalam kondisi sadar atau tidak. Setelah memastikan kondisinya ia pun turun bersama rigma ke laboratorium rahasia. Rigma memeriksa keadaan dini di laboratorium bagian pemulihan jiwa yang memiliki mesin scan jiwa.

"Ini cukup rumit… jiwanya sudah hancur… hanya tersisa kepingan-kepingan kecil jiwa miliknya yang masih tersisa…"

"Artinya…?"

"Artinya wanita ini sudah tidak tertolong… sepertinya sebuah proses metamorfosis yang ia alami gagal hingga membuat jiwanya pecah… lalu kepingan terbesar mengambil alih tubuhnya sesaat… lalu kepingan besar itu pun lenyap karena beban tubuhnya terlalu berat…"

Rigma kurang lebih mengerti penjelasan dari ahli penyembuhan jiwa soal keadaan dini. Ia pun membawa dini ke laboratorium senjata dan membuat risman beserta anggota lain merasa heran. Rigma juga mengumpulkan beberapa material besi bekas yang sudah tidak terpakai hingga menjadi 1 tumpukan besi.

"Apa yang mau kau lakukan rigma…?"

"Aku ingin membuat tabung khusus untuk menampung tubuh wanita ini…"

"Dia siapa…? Kenapa kau terlihat begitu sedih dan muram…?"

Rigma terhenti sejenak ketika mendengar perkataan risman yang langsung menyentuh hatinya. Air matanya keluar dari mata kirinya tanpa bisa dibendung ketika mengingat dirinya tidak sanggup menyelamatkan dini.

"Aku… aku… lagi-lagi aku gagal… melindungi orang terdekatku…"

Rigma menatap wajah risman sambil membuat ekspresi wajah yang begitu menyedihkan. Ia benar-benar merasa frustasi ketika mengingat dirinya tidak bisa berbuat apa-apa ketika dini dalam bahaya. Lalu seluruh anggota laboratorium pengembangan senjata jiwa pun mendekati rigma. Mereka memeluk rigma yang sedang dilanda kesedihan amat mendalam itu, mereka memberikan pelukan hanya yang membuat rigma menangis tersedu-sedu.

"Sudahlah… kau boleh menangis sepuasnya… kami akan membantumu membuat tabung setelah kau membaik…"

Tabung yang berisi cairan jiwa pun berhasil dibuat setelah rigma puas menangis selama 3 jam. Mereka memasukkan tubuh dini ke dalam tabung tersebut, tujuannya untuk mencegah serpihan jiwa pada tubuh dini lenyap sepenuhnya. Rigma menyentuh kaca tabung tempat dini berada dan melihatnya dengan tatapan pilu.

"Kalau saja aku lebih waspada… kamu tidak akan bernasib seperti ini… terima kasih karena sudah mau mengurusku selama beberapa bulan belakangan ini… dan maaf karena tidak bisa melindungimu…"

Rigma untuk sementara tinggal di dalam laboratorium rahasia, laboratorium rahasia memiliki tempat khusus untuk para peneliti beristirahat. Saat berada di kamar khusus yang memiliki diameter 3x2 meter di area peristirahatan syna muncul.

'Hei bocah… aku punya ide yang cukup bagus… kita mungkin tidak bisa mengembalikan tubuhnya seperti semula… tapi masih ada kemungkinan kecil jiwanya dapat kembali seperti semula…'

'Apa maksudmu syna…?'

'Dulu ada seorang peneliti alkimia yang mencoba memulihkan teknik pemulihan jiwa… ia selalu mencari objek yang jiwanya hancur atau terbelah menjadi serpihan kecil seperti kasus dini… berbagai macam cara sudah ia coba… namun selalu gagal… hingga akhirnya pada uji coba ke 289… ia berhasil memperbaiki jiwa yang hancur dan jiwa yang menjadi serpihan kecil hingga utuh kembali…'

Setelah rigma mendengar penjelasan syna secara seksama, ia langsung bangkit dan bersemangat.

'Bagaimana caranya…!?'

'Tenang dulu… teknik ini masih memiliki kelemahan… tubuh fisik penderitanya akan berubah saat menggunakan teori ini… tergantung dari seberapa kuat kekuatan jiwa orang yang memulihkannya… tapi yang jelas… pada kasus dini… ia tidak akan pernah menjadi manusia lagi…'

Rigma langsung kecewa ketika mendengar bahwa dini tidak bisa lagi menjadi manusia, meski ada cara untuk menyembuhkannya.

'Kalau begitu sama saja membuatnya menderita…'

'Kau tahu… aku ada ide untuk membuat tubuh dini menjadi senjata hidup… jadi masih ada kemungkinan dia dapat berubah wujud dengan fisik manusia…'

'Apa…!?'

Mata rigma kembali dipenuhi sebuah harapan, ia tidak menyangka syna mau membantunya sampai seperti itu. Keesokan harinya mereka berdua pun langsung bersiap membuat perlengkapan untuk penyembuhan dini.

Bersambung…