Rahasia Ahli Perangkap
Rigma sangat terkejut ketika melihat batu raksasa yang tiba-tiba muncul dan jatuh tepat ke arahnya.
*BOOM… wushh... *
Suara keras terdengar bercampur dengan gelombang udara yang tercipta akibat jatuhnya batu raksasa tersebut.
"Haha… aku turut berduka cita… etranger kelas 3…"
Waltros hendak masuk ke dalam markasnya setelah menertawai rigma yang tertimpa batu raksasa.
"Oi oi…!"
"...!? "
'Mustahil…! Itu dia tertimpa batu seberat 20 ton... bahkan rogasir sekalipun akan terluka saat menerima serangan tersebut…'
"Batu raksasa ini mengingatkanku pada pelatihan bagai neraka dari syna…! Sungguh menyebalkan…!"
*creak… Duar…!*
Batu raksasa yang menimpa rigma pun retak dan terbelah menjadi dua bagian, waltros terbelalak ketika melihat hal itu.
"Ka-kau… bukannya kau kelas 3…?"
"Huh…? Iya lihat sendiri kartu pengenal etranger ini… disini tertulis jelas aku hanya kelas 3…"
"Mustahil….!! Tidak mungkin kelas 3 bisa menahan batu raksasa yang tiba-tiba menimpamu… tapi kau bahkan membelahnya menjadi dua dengan satu tangan…!"
Rigma hanya tersenyum melihat kepanikan waltros ketika melihat serangan pertamanya dipatahkan.
"Baiklah sekarang giliranku… kali ini aku harus cepat… karena kau memiliki kemampuan yang menyusahkan…"
"Huh…!? Kau mungkin kuat… tapi jangan terlalu sombong nak… 💢"
Siar yang memantau pertarungan rigma dengan waltros di depan markas terlihat pucat.
'Mustahil…! Bagaimana mungkin etranger kelas 3 memiliki kekuatan jiwa sebesar ini…! Ditambah bagaimana dia menyembunyikan kekuatan sebesar ini dariku…!?'
Kekuatan siar tidak hanya dapat memantau target yang telah ia tandai dari jauh. Tapi juga melihat kekuatan jiwa dari makhluk atau orang yang berada di dekat target.
"Aku tidak ada waktu bermain denganmu lagi…! Sekarang aku harus memperingatkan tuanku…!"
Siar berlari secepat mungkin untuk keluar dari markas untuk memperingatkan waltros.
"Kau akan mati disini bocah…!"
[Transfer]
"Oi oi oi… yang benar saja… dia masih punya batu yang lebih besar lagi…!?"
Rigma pun mencoba menghindari bongkahan batu segiempat yang berukuran 3 kali lebih besar dari batu raksasa pertama.
"Percuma… "
[Kembali]
*menghilang... *
Rigma terkejut karena dirinya terus kembali ketitik awal ketika mencoba lari dari tempatnya.
"Hahhhhh… jadi memang harus pakai cara itu ya…?"
"Hahaha… bagaimana rasanya tidak bisa menghindar dari serangan yang lambat…? Kau pasti sangat putus asa sekarang…!"
Tubuh rigma kembali dipenuhi oleh tato yang bercahaya di detik-detik terakhir sebelum batu raksasa menimpanya.
"Matilah…! "
Waltros sangat menikmati momen-momen terakhir ketika rigma tertimpa oleh batu raksasa.
[1000 Sayatan Pedang Senja]
*slash…*
"Mustahil….! "
Batu raksasa yang menimpa rigma berubah menjadi ribuan potongan kecil dalam hitungan detik.
"Dari mana asalnya kekuatanmu ini kelas 3…!!"
'Dia bahkan bisa menghancurkan batu yang tidak bisa ditahan oleh kekuatan penuh rogasir…! Sepertinya aku harus menghabiskan kekuatan jiwa yang selama ini aku tampung…!'
"Hahaha… aku sangat kesal karena dipaksa menggunakan kekuatan penuh begini…! Sudah aku putuskan… kau akan jadi korban kedua eksperimen pembunuhanku…!"
Tubuh rigma penuh dengan aura jiwa dan ototnya juga terlihat begitu menonjol berpadu dengan tato berwarna merah membara. Ia sekarang lebih mirip sosok prajurit yang sangat ganas daripada seorang ilmuan.
"Sialan….!! "
"Tuan… kita harus segera lari…!! Dia bukan lawan yang bisa dihadapi dengan kekuatan anda sendirian…!"
"...!"
Rigma kesal ketika melihat siar memperingatkan waltros soal perbedaan kekuatannya. Ia pun mengambil langkah cepat untuk menyerang leher waltros.
[Kunci]
*wushh….*
Serangan rigma berhenti tepat ketika pedang senja hampir menyentuh leher waltros. Semua yang ada di area markas berhenti bergerak, waltros dengan santai bergerak menghindari pedang senja.
"Fiuh aku tidak menyangka akan menggunakan teknik boros ini… sayang sekali ya… kalau memang benar kau tidak bisa dilawan… sepertinya aku harus segera pergi… "
Saat waltros berjalan ke arah siar yang juga membeku, tubuh rigma kembali mengeluarkan aura jiwa.
"...! mustahil….! Aura jiwa…!? Bagaimana mungkin… harusnya semua yang ada di dalam lingkaran sihirku tidak akan bisa bergerak… apalagi mengeluarkan aura jiwa…!"
"Ja… ngan…. Meremehkanku…."
"Hiii….! Monster…!"
Waltros pun berlari ketakutan sambil menghampiri siar, sementara rigma sudah bisa menggerakan separuh tubuhnya. Saat waltros berhasil meraih tubuh siar, rigma pun terbebas dan melesat ke arah mereka.
"Kejutan….! "
"Sial….! "
Senyuman rigma terlihat seperti iblis yang sedang mengincar mangsanya. Rigma lebih terlihat seperti seorang penjahat ketimbang pemburu kriminal.
[Kirim]
*menghilang... wush...*
Sebelum rigma sempat melakukan serangan, waltros sudah lebih dulu menggunakan tekniknya. Mereka bertiga pun menghilang secara bersamaan ketika waltros menggunakan tekniknya.
*muncul…*
"uwaaa... "
Rigma terjatuh ketika muncul di sebuah lapangan militer lama yang sudah tidak digunakan.
"Sial… padahal sedikit lagi… eh ini dimana…? Ah mereka berdua mencoba lari menggunakan pesawat kecil…!"
Saat kebingungan melihat area sekitar, rigma tidak sengaja melihat waltros dan siar yang mencoba melarikan diri. Mereka berlari ke arah pesawat kecil yang terlihat sudah dipersiapkan sebelumnya untuk kabur.
"Sedikit lagi… siar… kita akan berhasil… setelah ini kita akan membentuk kelompok baru yang lebih hebat…"
"Tentu tuan…"
*swing… tertusuk…!*
"Uhakk….! mustahil..."
Saat harapan waltros untuk melarikan diri sudah di depan mata, sebuah pedang pendek menembus dadanya.
"TUAN….!!!"
Siar berhenti lari dan berteriak histeris ketika melihat dada waltros tertusuk bilah pedang milik rigma.
"Ba… bagaimana kau bisa…!?"
"Hehe… terima kasih atas energi jiwa yang kau kumpulkan di sekitar markas…"
"Jangan bilang…!"
"Benar…. Aku menyerap separuh energi jiwa tersebut… dengan kata lain aku memiliki separuh energi jiwa yang memiliki ikatan denganmu…! Jadi kalau kau kabur menggunakan teleportasi atau sejenisnya… aku akan ikut terbawa selama diriku berada di dekatmu…"
Rigma menjelaskan alasan kenapa ia bisa ikut terbawa oleh teknik perpindahan milik waltros. Sebelum menyerang markas waltros, rigma sudah lebih dulu menyerap energi jiwa dari lingkaran sihir yang dilukis di sekitar markas kriminal. Syna juga menjelaskan manfaat dari energi jiwa yang telah ia serap dari lingkaran sihir tersebut.
"Bagaimana rasanya terjebak dalam aturan permainanmu sendiri…? Pasti sangat tidak enak rasanya melihat aturan permainanmu sendiri telah dirubah oleh orang lain…"
Senyuman rigma terlihat sangat mengerikan ketika ia berantusias menyerang mangsanya. Syna, aruna dan wimala merasa bersalah ketika melihat sifat rigma yang berubah seperti itu.
'Sepertinya latihanku terlalu keras ya untuk manusia… hehe…'
'Bukan cuma keras… latihanmu itu seperti kematian bagi manusia… ya kita bertiga secara teknik terlibat… jadi… aku rasa tidak perlu dibahas lebih lanjut...'
Aruna membalas perkataan syna dengan rasa bersalah yang hampir sama. Tapi ia juga merasa senang melihat hasil latihan rigma dapat berguna untuk pertarungan pertamanya. Sementara itu 1 hari sebelum misi berjalan, alkaros bersama pegawainya kebingungan melihat pengaturan alat pencipta tekanan gravitasi. Terjadi kecelakaan terhadap etranger kelas 1 yang baru saja mencoba alat latihan tekanan gravitasi.
"Mustahil… level 100…!?"
"Benar ketua alkaros… kata saksi mata… sang korban sebelumnya melihat etranger pemula yang latihan selama sejam penuh dengan level tertinggi mesin tekanan gravitasi… akhirnya ia tertantang untuk mencobanya… lalu ia pun terkapar dengan kondisi tubuh yang luka berat… banyak tulang pada tubuhnya yang hancur lebur…"
"Kau tahu siapa yang sebelumnya memakai mesin ini dengan level 100…!?"
"Iya saya tahu… namanya Rigma Sanja Dawala… etranger kelas 3…"
"Kelas 3…!? Dia pasti memiliki fisik yang luar biasa… kau tahu… tekanan gravitasi level seratus itu setara dengan latihan angkat beban yang menggunakan seperempat beban pesawat induk sebagai beban latihannya…"
Wajah pegawai yang berada disampingnya pun langsung pucat ketika mendengar betapa mengerikannya latihan tersebut. Syna hanya bisa menutup mulutnya menahan tawa ketika mengingat korban akibat latihan rigma.
'Hahaha… kalau diingat lagi… saat awal latihan rigma kehilangan ratusan tulang miliknya…'
'Iya... dan aku yang sibuk menyembuhkan semua lukanya…'
Wimala mengeluh soal latihan yang sebelumnya rigma jalani sampai mengorbankan tubuhnya. Berkali-kali rigma merasakan rasa sakit akibat kerusakan pada tubuhnya ketika latihan. Sekarang semua latihan kerasnya terbayar ketika melakukan misi pertamanya yang begitu sulit.
*slash…*
Rigma menarik pedang senja dan membelah bagian dada hingga bahu pada tubuh waltros yang sudah tidak bernyawa.
"Sekarang… tinggal kau…"
"Hiii…! To… TOLONG AMPUNI AKU….!!"
Bersambung...