Etranger Misterius
Rigma menggunakan metode deteksi gelombang jiwa yang ia pelajari untuk melacak retakan dimensi. Ia sudah menyiapkan jubah hitam serta topeng untuk menutupi identitasnya ketika melakukan penaklukan retakan dimensi.
'Banyak juga gelombang jiwa yang berpotensi sebagai retakan dimensi di kota ini…'
'Kemungkinan jumlah monster dimensi yang semakin banyak di sisi lain…'
'Apa mereka bisa berkembang biak atau semacamnya…?'
'Dasar bocah… mereka tidak berkembang biak… hanya saja mereka dapat membuat monster dimensi dengan mencemarkan jiwa dari makhluk hidup lain…'
'Hah…!? Aku baru tahu soal ini…!'
Rigma sangat terkejut ketika mendengar penjelasan syna soal monster dimensi yang bisa tercipta dari makhluk lain. Rigma bersandar di dalam sebuah gang kecil menunggu kemunculan retakan dimensi.
*retak…*
"Akhirnya dia muncul juga… dari semua gelombang energi jiwa yang ada di sekitar kota… gelombang inilah yang paling kuat…"
Kabut tebal langsung memenuhi area gang kecil hingga sulit untuk melihat area sekitarnya. Rigma sudah mempersiapkan mata naganya dan melihat dengan jelas kedatangan sosok monster dimensi.
"Jenis serangga ya…"
Sosok laba-laba dengan bagian kepala yang mirip seperti wanita muncul dari retakan dimensi.
"Dimana para etranger…!!!"
*swing… tusuk…*
Sang monster dimensi dikejutkan oleh sebuah pedang yang menusuk dadanya tanpa peringatan.
"Aku disini monster… kau ingin seorang etranger kan…?"
Rigma menantang sang monster dimensi dengan santai sambil mengeluarkan hawa membunuh yang luar biasa besar.
"Mati kau etranger…!! Jadilah makanan jiwa…!!"
"Sayang sekali sebelum hal itu terjadi… kau sudah mati…"
*breeeddd….*
Pedang senja yang menempel pada dada monster dimensi tiba-tiba bergerak dan membelah tubuh manusia sang monster hingga menjadi dua bagian.
"Si… sial... "
"Lemah… oke waktunya ke tempat selanjutnya… tapi sebelum itu… aku butuh inti jiwanya..."
Rigma hanya mengambil sebuah kristal yang ada di dalam tubuh monster dimensi sebelum pergi. Rigma terus menelusuri area kota purwakarta untuk mencari retakan dimensi lain, ia pun berhasil mengumpulkan banyak kristal inti monster dimensi.
"15… lumayan… batu-batu ini bisa dijual dengan harga yang mahal…"
'Bukannya kau anak seorang jenderal bocah…? Kenapa repot-repot mengumpulkan kristal inti monster dimensi untuk mencari uang…?'
"Aku tidak ingin mengandalkan keuangan orang tuaku untuk kepentingan pribadi… aku butuh uang ini untuk ikut pelelangan bawah tanah… jadi mustahil aku meminta bantuan mereka…"
Rigma menjelaskan situasinya sambil memisahkan kristal inti monster dimensi miliknya. Tanpa sepengetahuannya berita soal sosok etranger misterius yang memburu monster dimensi secara diam-diam mulai tersebar. Keesokan harinya semua berita harian kota purwakarta berisi soal etranger misterius tersebut.
"Tuan tahu berita terbaru soal etranger misterius pencuri monster dimensi…?"
Dini bertanya dengan santai sambil menyiapkan sarapan pagi untuk rigma yang asik memainkan laptopnya.
"Ya beritanya cukup banyak sejak kemarin… orang bodoh mana yang melawan monster dimensi sendirian seperti itu…"
"Tapi tuan… menurut berita… pihak administrasi etranger menemukan lebih dari 10 mayat monster dimensi… ditambah peringkat monster dimensinya cukup tinggi…"
Para penyelidik dari unit khusus kepolisian sudah mengkonfirmasi tingkatan monster dimensi yang ditemukan sudah tak bernyawa. Dua diantaranya memiliki peringkat S+ yang cukup sulit dihadapi oleh etranger kelas 1 sekalipun.
"Ya ya… aku tahu… etranger misterius ini cukup berbakat…"
"Banyak yang menyebutnya pencuri karena mencuri start saat melawan monster dimensi… tapi banyak juga yang memujinya karena berani menentang sistem dokumen dari pemerintah…"
"Ya paling tidak dia membantu membereskan retakan dimensi sebelum memakan korban…"
Rigma dengan santai terus menjawab perkataan dini, ia tidak ambil pusing soal dampak dari perbuatannya. Ia tidak peduli meski mendapat julukan pencuri monster dimensi dari para organisasi etranger. Setelah sarapan rigma melihat ke arah jam dinding, ia pun teringat akan hal penting yang harus dilakukan..
'Sudah waktunya ke pelelangan bawah tanah…'
Rigma langsung mematikan laptopnya dan bergegas menuju pelelangan dunia bawah yang akan dimulai dalam beberapa jam.
"Dini jangan lupa jaga rumah…"
"Dimengerti tuan…"
Dini juga tidak mempertanyakan tujuan rigma yang berangkat secara terburu-buru setelah selesai sarapan.
*kring…*
Sebuah pesan muncul di layar mobil otomatis rigma, isinya adalah pesan dari harun yang sudah berada di kampus.
"Hari ini kalau kamu gak sibuk bisa antar aku pulang ke rumah…? Ada seseorang yang terus menggangguku sejak kemarin…"
"Tentu… hari ini aku tidak ke kampus… tapi nanti sore aku akan menjemputmu…"
Rigma menjawab pesan digital harun dengan santai, ia pun kembali melanjutkan perjalan menuju pelelangan bawah tanah.
'Oi syna… bisakah kau jelas lebih detail soal monster dimensi yang kau katakan kemarin…?'
'Tentu… jadi bagian mana yang membuatmu tertarik…?'
'Bagian dimana monster dimensi terlahir dari makhluk lain…'
'Oke bagian situ ya…'
Syna pun menjelaskan soal pengetahuan yang ia ketahui, dimana monster dimensi bukanlah suatu ras atau jenis makhluk tertentu. Monster dimensi terlahir akibat jiwa kotor yang terkontaminasi oleh energi jiwa. Pada dasarnya setiap makhluk hidup memiliki jiwa, di dimensi lain makhluk yang jiwanya tercemar akan berubah jadi monster dimensi. Namun ada beberapa kasus dimana makhluk dengan jiwa yang kuat dapat menahan perubahan tersebut. Jiwa seseorang akan semakin kuat bila ia memiliki keyakinan yang kuat tentang satu atau dua hal. Misalnya tuhan, perasaan cinta, budaya, hukum adat, bahkan benda yang diyakini membawa keberuntungan juga bisa. Intinya manusia di bumi cukup kuat untuk menahan perubahan menjadi monster dimensi saat jiwanya terkontaminasi karena keyakinan.
'Penjelasan yang cukup panjang….'
'Ya… beruntunglah para manusia bumi… karena kalian kebanyakan memiliki jiwa yang kuat… berbeda dengan kami para penghuni dimensi lain…'
'Memang apa bedanya dengan kalian…?'
'Jiwa kami mungkin tidak mudah terkontaminasi… tapi sekali ada satu atau dua orang yang terkontaminasi… mereka 100% akan menjadi monster dimensi… mereka akan memburu jiwa-jiwa makhluk lain sampai hasrat mereka terpenuhi…'
Syna menjelaskan dengan raut wajah yang terlihat memendam begitu banyak kesedihan. Rigma yang menyadari hal itu langsung berhenti bertanya lebih jauh soal monster dimensi.
Pelelangan Bawah Tanah
"Silahkan turun dari mobil… mulai dari sini anda tidak diizinkan menggunakan kendaraan pribadi…"
Rigma sampai di depan terowongan buntu dimana pembangunannya dihentikan sejak lama. Di sana ia mendapat pemeriksaan ketat dari orang-orang berseragam hitam lengkap dengan senjata.
"Bersih…! "
Rigma pun diizinkan untuk masuk ke dalam terowongan setelah diperiksa oleh para penjaga.
"Silahkan lewat sini tuan…"
Seorang wanita yang menggunakan pakaian khas cina tanpa stoking menyambut rigma di dalam terowongan. Ia membimbing rigma dengan modal sebuah lentera yang mengeluarkan cahaya redup.
"Nama saya Ling Nai… saya adalah pemandu pribadi anda selama pelelangan berlangsung… anda boleh meminta apa saja pada saya…"
Paras cantik dengan rambut hitam pendek dan wajah datar membuat ling nai terlihat anggun.
"Kau bilang apa saja…?"
"Ya benar apa saja tuan… anda bahkan boleh menjamah tubuh saya selama pelelangan berlangsung…"
Sontak perkataan ling nai membuat rigma terkejut, ia tidak menyangka pemandu dari pelelangan bisa sampai sejauh itu. Saat selesai menuruni tangga melalui jalur rahasia di terowongan rigma akhirnya bisa melihat sebuah lorong mewah. Di sana banyak orang yang juga mengikuti pelelangan bawah tanah. Masing-masing dari peserta memiliki pemandu yang menggunakan pakaian sama seperti ling nai.
"Ini akan jadi pelelangan yang ketat…"
Bersambung…