Pagi ini Putri tengah sibuk menyetrika bajunya yang akan dia kenakan untuk pergi bekerja. Setelah selesai, gadis cantik itu segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Selang beberapa menit, akhirnya Putri keluar dari kamar mandi dengan penampilan yang sudah rapi.
Gadis cantik itu berjalan ke meja rias, dan sedikit merias wajahnya dengan make up. Namun, saat ia akan menggunakan bedak, tiba-tiba saja darah segar mengalir di hidungnya. Putri langsung mengambil tisu dan mengelap darah tersebut hingga bersih.
Ting!
Notifikasi pesan masuk, Putri langsung mengambil ponsel-nya dan membuka pesan tersebut.
- Dokter Damar -
*Jika kamu masih belum mau melakukan transplantasi ginjal, kamu mau 'kan melakukan cuci darah? Kamu harus memikirkan kesehatanmu, dan sekarang kamu sudah memiliki kekasih. Apa saya harus memberitahu Adit, agar kamu mau melakukan transplantasi ginjal?*
- Putri -
*Saya mohon jangan beritahu, Adit. Baiklah, saya akan melakukan cuci darah terlebih dahulu dengan menggunakan uang tabungan saya. Mungkin cukup untuk melakukan cuci darah.*
- Dokter Damar -
*Jangan pikirkan masalah biaya, saya akan membiayai pengobatanmu sampai sembuh.*
- Putri -
*Kalau untuk itu saya tidak bisa, Dok. Saya akan berusaha keras mencari uang untuk pengobatan saya.*
- Dokter Damar -
*Baiklah, saya menghargai kerja keras kamu. Tapi, apabila kamu sudah lelah beritahu saya.*
- Putri -
*Baik, Dok.*
Pesan mereka pun berakhir, Putri menghela napasnya dengan kasar dan mengeluarkan buku tabungannya yang ada di dalam laci meja rias.
"Jika aku melakukan cuci darah, tabunganku akan semakin berkurang. Aku harus lebih giat lagi untuk bekerja demi kesembuhanku.." gumam Putri.
"Huh, andai dulu aku tidak di pecat dari perusahaan tempatku bekerja. Mungkin uang ditabungan ku sudah cukup untuk melakukan operasi. Masih banyak lagi harus ku cari, sangat sulit jika menabung sambil memenuhi kehidupan sehari-hari.." gumam Putri.
Gadis itu memasukkan kembali buku tabungan ke dalam laci meja riasnya. Ia mengambil tas dan keluar dari dalam kamar. Putri sudah memesan taksi untuk pergi ke rumah sakit, karena dia sudah berjanji pada Damar untuk melakukan cuci darah. Tentunya ia harus mengurus dokumen-dokumen cuci darah terlebih dahulu sesuai prosedur rumah sakit.
.
Di perusahaan keluarga Tuan Dimas.
Adit, tengah menandatangani dokumen yang diberikan oleh sekretarisnya tadi. Sebelum meeting dimulai, dokumen itu harus siap.
Tok
Tok
"Masuk," ucap Adit yang masih fokus menatap dokumen yang ada di tangannya.
"Maaf menganggu, saya hanya ingin memberitahukan bahwa meeting akan segera dimulai.." ujar sekretaris.
Adit menutup dokumennya dan akhirnya ia lepas dari kertas-kertas putih ini. Pria itu memberikan dokumen tersebut pada sekretarisnya, dan ia langsung mengambil bahan untuk meeting.
"Baiklah, ayo kita ke ruang meeting. Mereka sudah datang?" Tanya Adit.
"Mereka sedang diperjalanan, Pak.." jawab sekretarisnya.
"Oke," sambung Adit langsung keluar dari ruangan.
Sekretarisnya menyusul atasannya dan mereka sudah tiba di ruang meeting. Adit menatap laptop-nya, melihat apa bahan yang akan disampaikan untuk meeting nanti sudah lengkap.
Ceklek.
"Selamat siang, Pak.." sapa rekan bisnis Adit.
Pria itu langsung berdiri dan berjabat tangan dengan para rekan bisnisnya. "Selamat datang kembali, silahkan duduk.." jawab Adit.
Tatapan pria itu langsung terhenti saat melihat seorang pria muda tengah berdiri di belakang rekan kerjanya. Karena menyadari tatapan itu, orang yang ditatap Adit langsung memperkenalkan dirinya.
"Perkenalkan, nama saya Putra Dwi Kusuma. Saya sekretaris Pak Bima.." ucap Putra.
"Ah, salam kenal.." jawab Adit.
"Salam kenal kembali," sambung Putra.
'Bukankah dia yang menabrak kekasihku hingga terjatuh?' batin Adit.
Tidak ingin terlalu memikirkan pria yang ada di hadapannya. Adit memilih untuk mempersilahkan tamunya untuk duduk dan meeting pun dimulai.
.
Di rumah sakit,
Putri melangkahkan kaki menuju ruangan Dokter spesialis ginjal. Saat berada di depan ruangan, Putri langsung menghela napasnya dengan pelan, kemudian....
Tok
Tok
"Silahkan masuk," ucap sang Dokter.
Ceklek.
Terlihat ada dua dokter disana, yaitu Dokter spesialis ginjal dan Dokter Damar. Putri tersenyum dan berjalan menghampiri kedua dokter tersebut.
"Saya dengar dari Damar, kamu mau cuci darah ya?" Tanya Dokter tersebut.
"Iya, Dok.." ujar Putri.
"Baguslah, sekarang isi dokumen ini. Dan besok hari pertama kamu cuci darah. Ingat cuci darah itu 2-3 kali dalam seminggu. Cuci darah juga berlangsung 3-4 jam, jadi kamu bisa kesini saat pulang bekerja," ujar Dokter.
"Baiklah, Dok. Saya akan datang, saat saya dapat shift malam.." jawab Putri.
"Baiklah, saya sudah mendengar keputusan, Putri. Jadi saya akan kembali bekerja.." ucap Damar yang berjalan keluar ruangan.
Putri dipersilahkan untuk duduk dan mengisi data-data untuk melakukan cuci darah.
.
Meeting pun selesai, Adit mengajak para rekan bisnisnya untuk makan siang di restoran tempat kekasihnya berkerja. Jujur, restoran itu sangat terkenal dengan makanan enak dan pelayanan karyawannya sangat ramah, sehingga pengunjung menjadi nyaman.
Mereka masuk ke dalam restoran, kemudian duduk di ruang VIP. Karyawan restoran menyatat makanan, dan minuman yang di pesan oleh mereka semua. Namun, pandangan karyawan tersebut langsung terfokus kearah Putra.
"Permisi, apa kamu punya kembaran?" tanya karyawan restoran.
Putra hanya diam dan tersenyum, karyawan restoran pun memilih untuk keluar dari ruangan menuju dapur. Beberapa menit kemudian, atasan Putra penasaran dengan keluarga sekretarisnya.
"Putra, apa kau memiliki kembaran?" tanya atasannya.
Adit langsung menatap Putra saat mendengar pertanyaan dari klien-nya.
"Say--," terpotong saat pintu terbuka.
Terlihat Putri tengah membawa makanan masuk ke dalam ruangan. Gadis itu terkejut saat melihat keberadaan Putra disana. Ia berusaha untuk bersikap normal dan menata makanan di atas meja. Adit tersenyum kearah Putri dan tentunya senyuman manis itu dibalas oleh Putri.
"Jawab Putra, kamu punya kembaran? Karena orang-orang banyak yang kaget saat melihat wajahmu.." sambung atasannya.
Tatapan Putra jatuh ke arah Putri, ia menatap gadis itu sangat lekat. Tentunya membuat atasan Putra langsung menatap kearah, gadis cantik itu.
"Astaga, kenapa kau mirip sekali dengan sekretaris ku?" Tanya atasan Putra yang kaget.
Putri hanya diam dan tersenyum manis, ia izin keluar dan Adit semakin penasaran sebenarnya Putra itu siapa? Apa dia ada hubungan darah dengan, kekasihnya atau tidak? Jika tidak mana mungkin wajah mereka sangat mirip?
"Saya mau ke toilet dulu ya, Pak.." izin Putra.
Tentunya dibalas dengan anggukan oleh atasannya. Pria itu langsung keluar dari ruangan, dan Adit ingin sekali mengikuti Putra. Namun, sangat tidak sopan jika meninggalkan tamunya di ruangan ini.
.
Depan Toilet,
Putra keluar dari toilet dan tidak sengaja berpas-pasan dengan Putri. Pria itu menahan tangan Putri dan memegang kedua bahu gadis itu.
"Akhirnya abang menemukanmu," ujar Putra.
"Lepas!" bentak Putri.
Putra memeluk gadis itu dengan erat, tentunya Putri memberontak dan mendorong tubuh, Putra.
"Jangan sok akrab denganku, siapa kamu ha? Seenaknya memeluk ku!" tegas Putri.
"Putri maafkan abang terlambat menemukan mu, abang tidak tau ternyata ayah dan ibu mengusir mu dari rumah. Mer--," ucapannya terpotong.
"Cukup! Saya tidak ingin mendengar penjelasan anda, permisi.." ujar Putri.
Namun langkah gadis itu terhenti saat tangannya kembali ditahan oleh, Putra. "Jangan seperti ini dengarkan penjelasanku, jangan ditahan rasa sedih mu. Dadaku sangat sesak, kamu tau 'kan kita kembar.." ucap Putra.
"Jadi aku tau apa yang kamu rasakan, kamu tengah menahan rasa kecewa atas perilaku keluarga kita. Aku tau itu," sambung Putra.
Gadis itu hanya diam, karena memang benar ucapan Putra. Ia langsung menepis tangan saudara kembarnya, dan menatap Putra dengan tatapan tajam.
"Aku tidak ingin bertemu denganmu lagi," ucap Putri dengan dadanya yang sangat sesak. Setelah mengucapkan kalimat tersebut.
Putri pergi meninggalkan Putra yang masih berdiri di depan toilet. Pria itu menatap punggung saudara kembarnya, dan ia tersenyum tipis.
"Aku tau, kamu mengatakan hal seperti itu karena kecewa. Aku tau kamu merindukan ku, Putri kamu tidak bisa berbohong pada saudara kembar mu ini.." gumam Putra.
Oliv terkejut melihat kejadian yang ada dihadapannya, ternyata Putri memilik saudara kembar. Mereka sangat mirip, hanya berbeda jenis kelamin dan postur tubuhnya saja. Oliv mengejar Putri yang berjalan kearah belakang restoran. Ia melihat Putri yang tengah menangis disana sambil memeluk kedua lututnya.
Ingin rasanya menghampiri Putri, ingin rasanya ia memeluk gadis tersebut. Namun, Oliv sangat paham dengan keadaan Putri. Ia hanya butuh waktu untuk sendiri, meluapkan sesak di dadanya dengan cara menangis.
Oliv memutuskan untuk kembali masuk ke dalam restoran, dan tak sengaja melihat Putra yang akan masuk ke ruangan VIP.
"Tunggu sebentar, Tuan.." panggil Oliv.
Putra menghentikan langkahnya dan menatap Oliv yang tengah berdiri di sampingnya.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Putra.
"Apa benar, kamu kembaran, Putri?" Tanya Oliv.
"Benar, tapi 2 tahun yang lalu kami terpisah karena kedua orang tua kami.." jelas Putra.
"Ah, kamu tidak membenci Putri 'kan karena ucapannya tadi? Ah, maaf tadi saya tidak sengaja mendengar pembicaraan kalian.." sambung Oliv.
"Tidak apa, hmm saya tidak membenci Putri sedikit pun, karena saya tau dia mengucapkannya di mulut saja tidak ingin bertemu dengan saya, namun di hatinya Putri merindukan saya. Kami saudara kembar, apa yang dirasakan saudara kembar saya, tentu saya merasakannya juga.." jelas Putra.
Oliv mengangguk paham, "syukurlah kalau seperti itu, baiklah saya mau lanjut kerja dulu.." jawab Oliv.
"Tunggu,"
Oliv menghentikan langkahnya dan menatap Putra. "Ada apa?" tanya Oliv.
"Apa dia sedang menangis?" tanya Putra.
Oliv membalas dengan anggukan. "Kamu mau tau dia menangis dimana?" Tanya Oliv.
"Tidak, karena dia butuh waktu sendiri. Jika saya datang mungkin dia semakin marah.." balas Putra.
"Baiklah kalau begitu," sambung Oliv.
Oliv melanjutkan pekerjaannya dan Putra langsung masuk ke dalam ruangan VIP.
"Yang tadi kembaranmu?" tanya rekan bisnis Adit.
"Iya, Pak.." balas Putra.
Adit terkejut bukan main, pokoknya ia harus bertemu kekasihnya dan menanyakan kebenarannya.
.
To be countinued.