Chereads / The Rose Revenge / Chapter 37 - BAB 37. CINTA TAK BERSYARAT

Chapter 37 - BAB 37. CINTA TAK BERSYARAT

( THE ROSE REVENGE/ PEMBALASAN SANG MAWAR)

Kami melanjutkan obrolan hingga makan malam bersama. Khaleed menemani aku dan menenangkan hatiku di saat aku sedang down dan butuh support. Dan aku bercerita kalo aku telah resign dari kantor dan menjajal menjadi pengusaha dengan membuka usaha kecil-kecilan. Setelah makan malam lalu kami mengobrol santai di ruang tamu. Dan setelah itu Khaleed pamit pulang ke Bandung.

" Terimakasih atas jamuan makan malamnya sayang!! " ujar Khaleed sambil tersenyum.

" Iya sama-sama. Sudah mencoba menenangkan hatiku" Ujar membalas senyuman.

" Weekend aku kesini lagi ya. Tapi aku mau kamu masakin aku" ujar Khaleed mengancam.

" Iya pak bos" Ujarku sambil melambaikan tangan.

Dan aku mulai di sibukkan dengan bisnis baruku. Dan aku pun mempekerjakan dua karyawan di butik bajuku. Sepulang aku berjualan. Badang mengundang aku ke apartemen nya. Sebagai rasa bersalah nya karena waktu itu membuat aku sedih dengan ucapnya. Dan dengan terpaksa aku ke apartemen nya.

" Silahkan masuk sayang!!" ujar Badang sambil membukakan pintu untuk aku.

" Iya terima kasih ya sudah mau datang malam ini. Karena aku tahu kamu pasti sibuk bekerja di kantor ya" ujar Badang sambil memeluk ku erat.

" Aku sudah tak bekerja lagi di kantor. Tapi aku membuka usaha butik baju. Usaha kecil-kecilan" Ujarku memberitahu.

" Wah meski kecil-kecilan tapi pasti bangga karena hasil jerih payah kamu sendiri" ujar Badang memuji.

" Aku boleh tanya sesuatu gak?!" Ujarku sambil menikmati makanan di atas meja ruang tamu.

" Owh boleh banget. Kamu mau tanya apa sayang?!" ujar Badang.

" Waktu itu kamu bilang pernah di penjara karena berbuat tindak kriminal sama seorang wanita dengan merekam adegan hubungan intim. Yang aku mau tanya? Video tersebut sebenarnya ada apa enggak?! Atau kalian cuman mengancam aja?!" tanyaku penasaran.

" Owh masalah itu. Katanya kamu enggak mau ngebahas lagi. Kok sekarang di tanya lagi. Ada apa ya?!" tanya Badang curiga.

" Aku pengen tahu aja. Ya terserah kamu sih mau cerita apa enggak. Soalnya aku kan enggak pernah memaksa kamu" Ujarku menyindir.

" Video rekaman tersebut ada dan tersimpan oleh ketua Genk kami." Ujar Badang.

" Siapa tuh?! Kalo aku boleh tahu?!" Ujarku makin penasaran.

" Ketua Genk kami seorang perempuan. Dan dia juga yang memberikan ide dan rencana penyiksaan terhadap wanita yang kami sukai. Meski awalnya kami menolak tapi kami tak bisa membantah perintah dari ketua Genk kami" ujar Badang.

" Kalo boleh tau siapa ketua Genk kamu?!" Ujarku tambah penasaran.

" Maaf ini rahasia antar kelompok Genk kami. Jadi aku tidak bisa membicarakan dengan kamu" ujar Badang.

" Berarti video juga sama ketua Genk dong?!" Ujarku.

" Iya betul" ujar Badang.

Percakapan kami aku rekam di dalam handphone aku sebagai bukti yang bisa aku serahkan pada hakim persidangan nanti. Kami menikmati hidangan makanan malam sambil menonton TV bersama. Sebuah kebiasaan aku berpacaran dengan Badang yang lebih suka di dalam rumah di banding kan di luar rumah.

" Udah larut malam. Aku pulang dulu ya!! Terimakasih atas makannya" Ujarku berpamitan.

" Iya sama-sama. makasih juga udah mampir dan memaafkan aku. Jujur aku kepikiran saat kamu pergi dari apartemen dengan berlari sambil menangis" ujar Badang khawatir.

" Enggak apa-apa. Aku hanya syok aja mendengar kamu bercerita sedetail itu dengan kisah yang tragis" Ujarku berbohong.

" Ya udah. Selamat malam. Sampai jumpa di waktu berikutnya" Ujarku sambil melambaikan tangan.

" Iya aku tunggu kehadiran kamu" ujar Badang.

Aku pulang ke rumah dengan hati kecewa lagi karena tak mendapatkan jawaban seperti apa yang aku inginkan. Dan sisi lain dari Badang mulai mencurigai aku karena membahas kejadian yang lampau.

Esok pagi setelah sarapan Bane menelpon aku untuk melakukan janji untuk bertemu nanti malam.

" Selamat pagi sayang!! Lagi apa?!" tanya Bane.

" selamat pagi juga mas. Aku lagi sarapan nih. Mas sudah sarapan belum?!' Ujarku sambil menikmati sarapan pagi.

" Nanti malam kamu sibuk gak?! Kalo enggak sibuk kita ketemu yuk di hotel biasa kita bermesraan" ujar Bane merayu aku.

" Oke. Jam berapa ya?!" tanya ku.

" Nanti malam jam delapan malam ya. Di kamar 645 ya. " ujar Bane memberi tahu.

" Oke siap" Ujarku sambil mengakhiri percakapan kami.

Setelah sarapan aku langsung bergegas menuju butik dan melihat kerja karyawan aku. Serta menulis laporan keuangan dan pemasukan seminggu ini agar bisa ketahuan berapa persen kenaikan dapat penjualan. Agar bisa lebih efektif lagi dalam bekerja di bidang usaha baju.

" Nanti tutup agak cepat ya. Soalnya aku mau ada urusan" Ujarku memberitahu.

" Iya siap mba. Nanti aku langsung beres-beres toko dan pulang" ujar Karin.

" Dan semua sampah dan debu di bereskan ya. Jangan sampai kotor" Ujarku memerintah.

" Iya siap mba" ujar Karin menjawab.

Setelah tutup butik cepat. Aku langsung bergegas menuju rumah untuk berganti baju dan merias wajah secantik mungkin agar aku bisa mendapatkan bukti selanjutnya dari Bane. Setelah mandi, berganti baju dan merias wajah. Aku langsung pergi ke hotel biasa aku dan Bane janjian. Dan sesampainya disana. Bane telah menungguku. Dan kami berbincang Terlebih Dahulu.

" Maaf aku terlambat!! " Ujarku.

" Iya tidak apa-apa. Yang penting kamu udah datang sayang" ujar Bane.

" Ada apa ya panggil aku kesini?!" tanyaku

" Aku kangen banget sama kamu. Maaf aku baru bisa luangkan waktu sama kamu karena aku sibuk mengurusi properti dan juga kemarin habis jalan-jalan ke Singapura. eh aku ingat kamu makanya aku beliin high heels dan tas branded" ujar Bane sambil mencium pipi ku.

" Iya makasih banyak mas." Ujarku sambil tersenyum.

" Cuman ucapan makasih Doang nih. enggak nawarin yang lain?!" ujar Bane menyindir aku

" Nawarin apa ya?! Mas mau kopi atau teh atau susu?!" tanyaku memancing pembicaraan.

" Aku maunya susu dong" ujar Bane mencoba mendekati aku sambil memeluk aku.

" Aku buatkan minum dulu ya" Ujarku berbohong.

" Aku sudah kenyang minum. Aku maunya minta jatah. Kan aku sudah memberikan high heels dan tas dari Singapura" ujar Bane menyindir aku.

" Mas udah mandi dan wangi belum. soalnya aku suka cowok bersih dan wangi" Ujarku berbisik di telinga Bane.

" Aku juga sudah mandi dan wangi tadi saat menunggu kamu datang ke hotel" ujar Bane.

" Aduh,mampus dah aku. Bane sudah melakukan apa yang biasa kami lakukan sebelum aku kasih Bane obat tidur" ujar hatiku.

Dan dengan terpaksa aku menyemprotkan obat bius di bantal dan guling yang akan aku tiduri dengan Bane. Padahal aku mau menuangkan obat tidur lagi di minumannya Bane. Agar tak melakukan hubungan intim di hotel. Karena aku masih membenci dia yang telah ikut dalam tragedi keji dalam hidupku.