Hari ini waktunya girl time, Shareen bersama dengan Mikael dan Citra sengaja membuat janji untuk berkumpul bersama di rumah Shareen, mereka bertiga akan banyak cerita dan akan banyak menghabiskan waktu bersama sebelum salah satu di antaranya sudah memiliki keluarga sendiri. Rasanya baru saja kemarin mereka bertemu kemudian mereka berteman, namun sekarang mereka sudah mau kehilangan salah satu sahabat terbaiknya. Sahabat mereka akan menjadi istri dari pria yang semoga saja baik dan bisa menerima Mikael dengan baik juga.
Berat, sangat. Shareen merasa sangat berat di saat Mikael mengatakan akan menikah dengan kekasihnya. Jujur saja, Shareen tidak merasa tersaingi atau apa pun juga. Ia hanya merasa berat di saat sahabat yang paling mengerti akan dirinya tiba-tiba memiliki prioritas yang jauh lebih teratas daripada Shareen.
"Eh tau gak sih, semalem gue mimpi kalau Shareen itu bakalan nikah tau, gak tau deh pertanda apa. Tapi gue bakalan bahagia banget kalau Shareen nikah. Jangan-jangan lo emang udah ada calonnya dan mau nikah ya, Reen?" celetuk Citra yang tumbennya banyak bicara hari ini.
Mimpi? Huh, astaga! Jika seperti ini Shareen jadi teringat akan mimpinya semalam, semua itu terlihat sangat nyata sekali. Sebenarnya apa maksud dari mimpi itu semua, sih? Shareen jadi pusing jika mengingatnya dengan jelas. Semoga saja itu pure hanya mimpi buruk saja, Shareen tidak mau jika itu adalah pertanda atau apa pun itu namanya. Shareen tidak akan kuat, Tuhan. Shareen tidak mau itu semua terjadi.
"Waduh, kayaknya sih Shareen emang beneran mau nikah nih. Dari tadi keliatannya bengong mulu, lagi mikirin apa sih, Reen? Mikirin doi yang ada di Singapura ya? Kok lo enggak cerita kalau ada doi sih? Kita ngambek nih," timpal gadis yang dari tadi memenuhi benak Shareen. Ya, benar! Mikael yang menimpali ucapan dari Citra.
Sebenarnya sangat tidak nyambung sekali jika Shareen bercanda artinya Shareen sedang kasmaran atau memikirkan doi, bukan? Justru Shareen sedari tadi pagi tidak memikirkan Andekal, bahkan membalas pesan dari sang tambatan hati pun tidak. Malahan yang ada di pikirannya sekarang adalah Mikael.
Apakah Mikael sedang baik-baik saja atau gadis tersebut sedang menutupi sebuah luka yang menganga. Apa yang ada di pemikiran Mikael saat ini, apakah Mikael sedang memiliki masalah dengan keluarga dari Bryan ataukah tidak. Lalu jika iya, apakah Mikael benar-benar berniat untuk kabur dari pernikahan atau tidak.
"Lo kenapa sih, Reen? Kok dari tadi keliatan murung banget sama kayak banyak pikiran gitu. Perusahaan lo aman-aman aja kan? Atau lo lagi ada masalah apa? Cerita deh sama kita-kita, kita khawatir sama lo kalau kayak gini ceritanya." Citra yang sedari tadi terus memerhatikan Shareen kembali bertanya pada sahabatnya itu. Tidak seperti biasanya jika Shareen sangat murung, apalagi diam dari awal sampai sekarang. Benar-benar tidak mengatakan apa pun juga.
Tentunya Citra bingung bukan main saat posisinya diambil seperti ini, biasanya dirinya lah yang tidak pernah nimbrung dalam percakapan. Dirinya lah yang diam dengan aktivitas individualisnya, namun sekarang malah Shareen yang melakukan hal tersebut.
"Iya, Reen. Lo kayaknya enggak bahagia pas balik ke sini, deh. Lo terpaksa ya balik ke sini demi gue? Lo ninggalin banyak pekerjaan ya di Singapura demi dateng ke acara nikahan ini? Atau lo ternyata kehilangan banyak klien karena lo batalin kerja sama bareng mereka demi ke sini?" tanya Mikael dengan beruntut. Gadis itu nampak sangat merasa bersalah sekali dari nada bicaranya. Tidak pernah tahu jika paksaan dirinya kepada Shareen untuk kembali ke Indonesia ini justru membuat Shareen menderita dan harus banyak berkorban.
Sang gadis dengan kaos biru muda dan celana pendek berwarna putih itu menggeleng sebagai jawaban. Ia tidak mau jika para sahabatnya salah paham saja, ia tidak mau jika Mikael merasa bersalah pada kesalahan yang sebenarnya tidak terjadi dan tidak ada. Wanita ayu itu mendongak ke atas lalu menatap penuh arti kepada kedua sahabatnya. Bibirnya ia lengkungkan semanis mungkin demi membuat sang sahabat melakukan hal yang sama juga. "Gue enggak sedih karena masalah doi, enggak mau nikah juga, jadi jangan mikirin yang enggak-enggak deh kalian, doi aja gue enggak punya."
Shareen berbohong, padahal ia memiliki Andekal yang sudah hampir menjadi kekasihnya namun gadis itu sama sekali tidak menceritakan Andekal kepada siapa pun, bukannya Andekal tidak mau ia banggakan, hanya saja di saat kondisinya seperti ini Shareen hanya mau fokus pada acara nikahannya Mikael, tidak mau fokus pada kisah cintanya sendiri. Ini semua memang belum waktunya saja.
"Gue justru lagi mikirin mimpi sama kayak kalian semua. Gue lagi mikir kok bisa semalem gue mimpi aneh banget," lanjut Shareen bercerita. "Mimpi yang enggak tau jadi pertanda apaan deh."
Semua pasang mata langsung mengarah kepada Shareen, alis mereka tertaut sempurna dengan penuh tanda tanya, seolah ingin tahu lebih lanjut apa yang dikatakan oleh Shareen.
"Lo mimpi apa emangnya, Reen?" tanya Mikael dengan penuh ketegangan.
"Gue mimpi pas acara nikahan lo, Mik. Di sana Citra bilang ke gue kalau lo enggak ada di dalam kamar lo, which is lo kabur dari acara pernikahan lo sendiri. Tante Dena sampai pingsan dan gue sama Citra bingung mau berbuat apa. So please bilang ke gue ada masalah apa lo sama Tante Dena atau Bryan? Apa ada unsur yang bakalan bikin lo sama Bryan pisah atau lo kabur dari acara nikahan? Gue butuh banget jawaban dari lo, Mik. Please jawab sejujur-jujurnya."
Mikael seketika langsung kicep dengan apa yang diucapkan oleh Shareen, gadis itu membuang wajahnya dan langsung meremas ujung dressnya dengan erat. Apa yang dikatakan oleh Shareen sebenarnya cukup membuat ia kaget bukan main, bagaimana bisa Shareen mimpi seperti itu dan berujung Shareen memikirkannya. Apakah Shareen sudah gila sampai semuanya terbawa mimpi? Argh ... jika seperti ini yang gila justru Mikael! Mikael yang jadinya memikirkan apa perkataan dari sahabatnya itu.
"Lo ini apa-apaan sih, Reen? Kenapa sampai lo bisa kepikiran kayak gini? Kenapa juga lo sampai bisa mimpi kayak gini? Apa lo lagi berniat buruk buat kehidupan gue, hah? Atau lo lagi bikin rencana yang cuma bisa dibuat sama anak orang kaya?" Jari telunjuk Mikael mengarah ke wajah Shareen, menghakimi gadis dengan bola mata biru dan hijau yang statusnya menjadi sahabatnya. Shareen yang diperlakukan seperti itu juga kaget bukan main, ia tidak pernah berpikir jika pertanyaannya bisa membuat Mikael menuduh dirinya. Padahal maksud dari Shareen bukan seperti itu, Shareen justru memikirkan banyak hal baik untuk kelangsungan hidup Mikael. Sumpah demi Tuhan, tidak ada niatan buruk yang sedang Shareen buat.
"Enggak ada rencana apa pun, Mik. Sumpah gue cuma mimpi dan akhirnya gue tanya kebenarannya ke lo. Lo ada masalah apa enggak sebenernya. Gue enggak ada niatan buruk sama sekali."
"Halah orang kaya itu emang bebas ya, bebas nuduh yang enggak-enggak padahal gue sahabat lo sendiri, Reen."