Bagi wanita polesan bibir bisa menjadi segalanya, salah satunya bagi Shareen. Gadis berusia dua puluh empat tahun itu sangat menyukai polesan bibir karena membuatnya terkesan sangat cantik nan segar. Warna polesan bibir yang paling Shareen sukai adalah pink, ia selalu menyukai itu karena pas dengan skintonnya yang putih dan bersih. Dan hari ini adalah salah satu hari yang paling Shareen tunggu-tunggu, Shareen akan menjemput Citra untuk membantu persiapan pernikahan Mikael dan Bryan. Gadis dengan dress pink itu memoleskan lip-tint dengan warna senada lalu memakai anting panjang yang sangat cocok juga dengan style bajunya. Shareen menyukai fashion, ia suka fase di mana ia akan kebingungan dalam menentukan pakaian apa yang akan ia gunakan. Shareen juga suka melakukan perpaduan yang membuatnya semakin terlihat lebih menawan nancantik.
Waktu sudah menunjukan pukul sembilan pagi, hari ini Citra sengaja melakukan cuti karena untuk menghormati sahabatnya yang sedang membuat acara. Apalagi acara ini adalah acara sekali dalam seumur hidup, cuti beberapa hari sangat tak masalah dan tak membuat Citra dipecat juga. Tangan Shareen dengan lihai mengambil ponselnya yang ada di nakas, ia langsung mengambil tas dan mengeluarkan kunci mobil juga. Oke, lets go! Meskipun Mikael masih sedikit marah pada Shareen, tak masalah. Mungkin juga apa yang Shareen bahas waktu itu sedikit menyinggung privasi sehingga Mikael pantas untuk marah dan kecewa.
"Halo, Reen! Lo di mana, sih? Udah on the way belum? Gue udah siap nih, nanti keburu telat. Keburu Mikael ngambek lagi sama kita, loh!" Suara dari seberang sana tentunya berasal dari ponsel, si benda persegi panjang serbaguna yang selalu digunakan semua orang. Posisi saat ini Shareen sedang mengapit ponselnya dengan telinga dan bahu karena gadis itu tengah menuruni tangga.
"Ya, halo, Mik! Gue masih di rumah ini, lagi turun tangga. Bentar lagi on the way ke sana. Mikael juga masih siap-siap kok, pasti nyukup waktunya, nanti dia siap pas kita udah sampai. Lo tunggu aja di depan, ini gue bakalan cepetan kok. Lagian juga kata Mikael sih dia janjian sama Bryan jam setengah sepuluhan." Shareen itu tipikal gadis yang jujur, ia tidak akan mengatakan sudah di jalan atau sudah on the way, apalagi yang paling parah adalah sebentar lagi sampai padahal baru saja mau jalan alias masih di dalam rumah.
No, Shareen tidak suka seperti itu. Ia tidak suka menyembunyikan kesalahannya dengan berbohong. Jika Shareen memang tidak tepat waktu, ia akan jujur. Perkiraan ia sampai di tempat tujuan pun ia katakan dengan seada-adanya. Ia tidak suka membuat orang lain menunggu yang sebenarnya masih lama untuk ditunggu. Karena Shareen pun tak suka jika ia disuruh menunggu. Shareen mudah bosan dan Shareen tidak suka saja terombang-ambing tanpa kepastian.
"Ya udah, lo ke sini cepetan ya. Takutnya nanti macet dan Mikael ngambek lagi sama kita," balas Citra.
***
Persiapan pernikahan itu sangat ribet sekali, saat ini Bryan, Mikael, Sharee, dan juga Citra sedang mengunjungi gedung yang sedang didekorasi oleh ahlinya. Semua persiapan pernikahan memang sudah Bryan berikan yang terbaik, tidak pernah yang setengah-setengah apalagi yang murahan dan perlu dipertanyakan lagi kualitasnya. Semua Bryan bayar dengan maksimal semakin menandakan jika Bryan memang serius dengan Mikael dan berusaha memberikan yang terbaik pada gadisnya itu.
"Wedding organizer yang lo pilih bagus nih, Bryan. Ntar kalau Citra nikahan sabi lah rekomendasi ke Citra," komentar Shareen sembari menyenggol lengan Citra yang masih diam dan memerhatikan sekitar.
"Boleh, lo tenang aja deh, Cit. Semuanya bisa diatur pokoknya mah. Ntar kalau lo mau nikah bakalan gue kasih kontaknya. Mau nikah kapan emang lo?" timpal Bryan dengan serius. Padahal Bryan juga tahu jika Shareen hanya sedang bergurau demi mencairkan suasana saja. Tidak ada menyindir pihak siapa pun.
"Enak aja!" sewot Citra sembari memelototkan bola mata. "Kan lo masih inget sama perjanjian kita, Reen. Orang lo dulu yang bakalan nikah, baru gue. Kalau gue dulu yang nikah nanti gak asik, gue jadinya langkahin lo. Apalagi kemarin gue sempet ada mimpi kalau lo nikahan kan, jadi ya lo dulu lah yang nikah, baru gue." Citra menolak untuk menikah secepat ini, ia juga sudah ada omongan dengan Shareen dan Mikael bahwa nomor urut dua dalam urutan menikah adalah Shareen, setelah itu baru dirinya.
"Ya lo kan udah ada calonnya, Cit. Masa harus nunggu gue yang belum ada calonnya, sih? Lo aja dulu lah, gue nantian aja gampang. Lagian gue masih harus fokus ke bisnis, belum ada rencana nikah," tolak Shareen dengan tak enak hati. Shareen tak mau saja jika perkataan serta perjanjian antara ia dan sahabatnya yang dicetuskan selama beberapa tahun lalu, lebih tepatnya saat mau lulus kuliah menjadi beban tersendiri bagi Citra. Dulu memang Mikael menjadi orang pertama yang mencetuskan akan menikah dulu dan paling awal, setelah itu Shareen, baru Citra. Tetapi jika dilihat dari situasinya sekarang, Citra yang sudah punya pasangan dan Shareen yang masih menggantung begitu saja, Shareen merasa optimis sekali jika ialah yang menjadi nomor urut terakhir dalam menikah.
Mata Shareen menatap Mikael yang tengah melamun di kursi, gadis itu terlihat sangat pucat sekali dan terlihat banyak pikiran. Ingin rasanya Shareen bertanya namun Shareen takut jika ia akan salah ucap lagi dan ujungnya menjadi pertengkaran. Itu yang tidak Shareen sukai, Shareen sangat tidak suka jika masalah kecil bertumbuh menjadi masalah besar dan merusak persahabatan.
"Sayang, kamu kok diem aja? Lagi mikirin apa sampai keliatan pucet gini? Semuanya baik-baik aja, kan?" tanya Bryan yang menyadari keadaan Mikael. Nampak pucat, diam, duduk tanpa semangat menjadi hal yang mendeskripsikan keadaan gadis dengan dress ungu saat ini.
Gadis itu tampak kaget saat Bryan bertanya dan menepuk pundaknya, seketika mendongak dan hanya menggeleng tipis sembari berkata, "Enggak apa-apa kok, Yang. Lagi agak kecapekan aja aku karena emang kita lagi masa sibuk-sibuknya kan. Semuanya baik-baik aja selama kamu masih ada di samping aku." Mikael menggenggam erat jemari Bryan, menyalurkan perasaan tenang dan menyalurkan semuanya di sana. Bryan pun hanya bisa percaya sambil mengangguk tipis saja. Ia juga tentunya merasakan capek karena urusan pernikahan. Namun capek yang ia alami dan capek yang dapat ia lihat dari raut wajah kekasihnya itu sangat beda sekali. Mikael jauh terlihat seperti depresi.
***
"Lo liat Mikael tadi enggak sih, Cit?" tanya Shareen sembari mengendarai kendaraan roda empatnya. Matanya berusaha fokus ke jalanan yang cukup ramai.
"Liat."
"Kayak aneh gak, sih? Mikael kayak keliatan depresi gitu sih, asli. Gue kaget aja kok Mikael enggak keliatan kayak bahagia ya. Padahal pas gue balik kemarin which is pasca lamaran, Mikael jauh terlihat lebih bahagia di masa itu."