Chereads / Pernikahan Darurat / Chapter 21 - 21. Malam Bersama Andekal

Chapter 21 - 21. Malam Bersama Andekal

Malam ini merupakan salah satu malam paling bersejarah bagi Shareen, setelah semalam ia berkenalan dengan Andekal beserta dengan keluarga Andekal lalu saat pulang dari acara makan malam, Shareen bertukar nomor telepon dengan Andekal dan saling bertukar pesan pula sampai hari ini. Tadi siang, Andekal dengan iseng mengajak Shareen untuk makan malam bersama serta saling mengenal lebih dekat. Bagi Shareen, sangat tidak masalah sekali, oleh sebab itu gadis dengan manik biru serta hijau tersebut menerima ajakan dari Andekal.

Sebenarnya yang masih menjadi tanda tanya besar bagi Shareen saat ini adalah status. Apa yang sebenarnya bisa dikatakan oleh Shareen saat ditanya oleh orang nantinya? Ia tidak berpacaran dengan Andekal, tetapi dikatakan hanya sebagai seorang teman pun lebih dari itu, bukan? Bahkan dikatakan baru kenal pun lebih dari itu.

Ah, entahlah. Bagaimana pun sebutan yang pantas bagi mereka berdua, Shareen berusaha menikmati segala prosesnya. Ia berharap semoga yang terbaik memang datang di waktu yang tepat, bukan cepat. Mau nantinya Shareen berjodoh dengan Andekal ataupun tidak, semuanya sudah diatur oleh Tuhan.

Shareen mengambil dengan kilat ponsel yang berada di nakas, meletakkan di dalam tas lalu mengambil juga botol parfum kesukaannya dan menyemprotkan parfum tersebut dengan banyak. Aroma strawberry kesukaan Shareen seketika keluar, membuat tingkat kepercayaan gadis curly tersebut semakin bertambah. Benar apa yang dikatakan oleh banyak orang, parfum bisa menambah kepercayaan diri.

"Sempurna!" Setelah menatap beberapa kali di depan cermin, Shareen langsung membalikkan badannya, ia berjalan keluar dari kamar dan menuruni anak tangga satu persatu.

"Rupanya anak gadis kita udah gede ya, Pah. Dijodohin satu kali aja langsung nurut gini jadinya," goda Audrey dengan kerlingan ala ibu-ibu.

"Iya nih, Mah. Sampai Andekal langsung terpincut sama pesona Shareen." Aditya membalas ledekan maut yang dikeluarkan oleh istrinya, semakin membuat Shareen tersenyum malu.

Sial, para orang tua memang sangat tidak bisa diajak kompromi, mereka malah meledek anaknya sendiri dengan seperti ini. Tidak tahu apa kalau anaknya malu? Tidak tahu apa kalau anaknya sedang salah tingkah?

Dapat Shareen lihat di hadapan Aditya terdapat Andekal dengan gaya kerennya. Pria berkemeja putih tersebut nampak sekali wibawanya. Memang pesona pria tampan tidak bisa diragukan lagi.

"Udah lama nunggunya, Kal?" tanya Shareen dengan wajah menunduk, pipinya dapat dipastikan masih bersemu merah karena diledek habis-habisan oleh orang tuanya, sehingga menatap sang pujaan hati pun segan rasanya.

"Enggak kok, Reen. Baru sampai," jawab Andekal dengan senyuman khas yang selalu disunggingkan kepada orang lain.

"Sebentarnya satu jam yang lalu lebih tepatnya." Tanpa terduga, Aditya malah turut nimbrung dalam percakapan datar tersebut. Tawanya melayang dengan tangan yang melingkar di pinggang Audrey. "Kamu sih, Reen! Ngapain siap-siap selama satu jam coba?" lanjut pria tersebut dengan nada garang.

"Ih, Papah!" Merasa digoda oleh Aditya, Shareen langsung melayangkan tatapan tajam. Bibirnya juga ditekuk menandakan ia benar-benar ngambek. "Udah, deh! Shareen males sama papah! Sama mamah juga! Ayo, Kal! Keburu restorannya tutup!" lanjut gadis dengan dress gold tersebut.

***

Suasana restoran rooftop dengan lampu kelap-kelip serta lilin yang berada di meja membuat salah satu fokus Shareen berada saat ini. Nampaknya Andekal tidak pernah main-main dalam menyiapkan sesuatu, sangat perfeksionis sekali. Bahkan hanya makan malam sederhana seperti ini membuat Andekal menyewa satu restoran rooftop yang membuat Shareen sampai menganga lebar.

Andekal, Shareen padamu intinya! Selalu padamu!

"Seharusnya kamu enggak perlu sampai sedetail ini lagi, Kal." Dengan masih penuh ketidakpercayaan, Shareen berkata demikian. Bukannya merasa senang diperlakukan romantis, Shareen justru merasa minder dan insecure sendiri. Merasa jika kemampuan yang Shareen punya sangat di bawah Andekal sehingga tidak pantas untuk keduanya bersatu.

"Kenapa?" Tangan Andekal yang masih melekat di pinggang Shareen terasa sedikit dilonggarkan. "Harus sedetail dan seistimewa itu buat orang yang spesial dong, Reen. Aku suka memperlakukan orang yang menurut aku spesial dengan kayak gini. Kamu adalah salah satunya."

Semuan merah di pipi, ribuan kupu-kupu yang nampak terbang di perut Shareen, serta tangan yang seketika bergetar hebat langsung berusaha distabilkan oleh diri Shareen sendiri. Tidak usah terlalu berlebihan, Shareen.

"Kita baru kenal," kilah Shareen dengan cepat.

Andekal menatap penuh bingung saat mendengarkan kilahan dari Shareen. "Yash! Justru itu, Shareen! Awali semuanya dengan indah supaya jalan ke depannya semakin indah. Omongan yang aku katakan kemarin adalah kebenarannya, aku mau serius sama kamu, makanya aku memperlakukan kamu secara spesial."

Oh My God! Katakan Shareen harus apa sekarang? Bahkan yang bisa Shareen lakukan saat ini hanya menahan napas, Shareen malu! Kenapa semua orang yang ada di dunia ini harus frontal? Tidak adakah orang di dunia ini yang jaga image seperti dengan Shareen, Tuhan?

"Tarik napas, kalau gak tarik napas, kamu bisa mati."

Sial, baru saja Shareen ingin mengatakan jika Andekal adalah tipikal orang yang romantis, tetapi ternyata sama saja dengan Aditya, sama-sama menyebalkan juga. Bercandanya pun membuat dengusan Shareen terdengar.

"Bercanda, Sayang."

Astaga! Berdosa sekali Andekal ini, setelah membuat anak orang sebal, saat ini membuat anak orang baper. Shareen jadi menunduk malu dibuatnya, kan!

"Sumpah, gak lucu banget!" omel Shareen dengan tangan yang menggulir layar ponselnya, salah tingkah memang berefek demikian bagi Shareen, Shareen akan berusaha menyibukkan diri supaya tidak terlihat salah tingkah.

"Siapa yang ngelawak? Aku lagi enggak ngelawak, Shareen. Orang aku lagi ngegombal," sahut Andekal dengan enteng.

Huh, entahlah. Shareen bingung dengan anak dari pasangan Andi dan Eka ini. Baru hari pertama sama sudah membuat Shareen salah tingkah, bagaimana hari selanjutnya coba?

"Aku mau tanya sama kamu, Kal." Merasa malam ini adalah malam yang pas untuk menanyakan sebuah pertanyaan yang sebenarnya sudah bersarang dari kemarin malam, dengan segala hal, Shareen mulai sedikit membuka topik.

"Nanti aja, ya? Kan kita dateng ke sini untuk makan, jadi makan dulu baru tanya. Makanannya udah dingin, tuh!"

Astaga, Shareen sampai lupa dengan semua makanan mewah yang berada di hadapannya! Jika seperti ini, Shareen tidak bisa menolak! Makanannya terlalu enak! Tak masalah, bisa ditanyakan nanti, Shareen.

***

Agenda yang memang dapat dikatakan menjadi dating pertama kali bagi pasangan Shareen dan Andekal akhirnya berakhir juga. Andekal sudah menumpuk semua piring kotor yang berada di meja, Shareen masih fokus dengan minumannya yang masih tersisa setengah. Ditatapnya wajah penuh wibawa yang selalu menjadi nilai plus bagi Andekal, kharisma dari pebisnis andal satu ini memang tidak perlu diragukan lagi.

"Jangan diliatin aja atuh, Neng. Mau nanya apa sekarang?"

Sial! Lagi-lagi untuk kedua kalinya Shareen ketahuan telah memperhatikan Andekal! Sepertinya Shareen harus kembali mengenakan kacamata hitamnya supaya tidak pernah ketahuan jika sedang memperhatikan seseorang.

"Kamu kenapa mau dekat dengan aku? Padahal kan kemarin adalah kali pertama kita ketemu."

Yash! Sebenarnya memang pertanyaan itu yang sedari semalam menghantui pikiran Shareen, Shareen merasa masih belum pantas saja jika pertama kali bertemu sudah memutuskan untuk mau bersama. Terkesan sangat terburu-buru sekali, bukan?

"Ya enggak apa-apa. Aku emang suka kamu, emang semalem adalah kali pertama kita bertemu, tetapi bukan kali pertama aku mengagumi kamu."

Seketika atensi Shareen langsung mengarah ke pria dengan posisi tegapnya tersebut. Menaikan alisnya seolah bertanya apa maksud dari pertanyaannya barusan.

"Kamu adalah pebisnis cantik yang sukses, cerdas, berwibawa, dan aku memang sedari awal kagum sama kamu. Tapi jujur aja, aku semalem enggak tau kalau kamu yang mau dikenalin. Pas tau kalau kamu adalah orang yang dikenalin, aku enggak mau sia-siain kesempatan itu, Shareen."