Chereads / Pernikahan Darurat / Chapter 20 - 20. Makan Malam dan Perjodohan

Chapter 20 - 20. Makan Malam dan Perjodohan

Malam ini bintang benar-benar memancarkan sinarnya dengan sangat indah sekali. Suasana malam nampaknya mendukung Shareen untuk tersenyum saat bertemu dengan sang keluarga dari sahabat kedua orang tuanya. Shareen sudah tidak memikirkan mengenai perjodohan, ia juga tidak perlu memusingkan bagaimana ke depannya. Yang terpenting saat ini Shareen bertemu dan berkenalan, masalah jodoh atau tidak akan menjadi urusan belakangan.

Tangan Shareen memegang lip-tint, memoleskan seapik mungkin pada bibirnya yang ranum. Gadis tersebut langsung memutarkan badan di depan kaca, istilahnya narsis. Sungguh, saat ini Shareen merasa cantik saja pada dirinya sendiri. Shareen merasa puas dengan penampilannya malam ini. Apakah malam ini Shareen akan jatuh cinta sehingga gadis tersebut seolah terbang di angkasa?

Ah, entahlah!

Shareen tidak mengerti lagi dengan apa yang berara di pikirannya saat ini.

Gadis dengan dress gold selutut itu langsung menyeret langkah kakinya ke ruang tamu dan bertemu dengan kedua orang tua yang sudah siap. Nampaknya kedua orang tua Shareen sangat tepat waktu sekali, mereka sudah siap lebih dahulu dibandingkan dengan Shareen. Padahal, Shareen duluan yang memasuki kamar dan memilih untuk bersiap-siap.

"Astaga ... bidadari dari mana ini, Pah? Cantik banget sih anak mamah yang satu ini, pasti keturunan mamahnya yang cantik jelita ini." Audrey dengan dress gold yang mirip dengan milik Shareen langsung menyambut Shareen dengan sangat heboh. Wanita yang menginjak usia lima puluh tahun itu benar-benar sangat narsis sekali, mengatakan jika Shareen menurunkan kecantikannya, padahal Shareen jauh lebih cantik daripada Audrey.

Oke, baik. Saat ini malah Shareen yang lebih narsis lagi.

Shareen mengulumkan senyumnya, ia langsung cengengesan sendiri mendengarkan ucapan dari Audrey. Di hadapan Shareen ada Aditya yang nampak gagah sekali dengan kemeja putih yang dibalut dengan tuxedo berwarna hitam. Nampak seperti formal bagi orang-orang biasa atau awam, namun nampak seperti biasa saja bagi para pebisnis yang kesehariannya jika bertemu dengan orang lain memang seperti itu.

Aditya langsung mengacungkan jempolnya, memberikan penilaian kepada Shareen dengan mengacak puncak kepala gadisnya itu. "Anak papah memang selalu cantik sekali. Papah selalu bangga sama kamu, Sayang. Ayo berangkat, sebelum mereka semua sampai di tempat makan, kita harus sampai terlebih dahulu di sana."

Ya, seperti itulah yang selalu Shareen terima pelajarannya dari kedua orang tua, pasal menghargai waktu. Waktu itu dimiliki sama besarnya oleh semua orang, tetapi tidak semua orang memaksimalkan waktu.

Keluarga Shareen memang terdidik untuk selalu menghargai waktu, jadi mereka selalu tepat janji jika membuat temu janji. Mungkin banyak orang di Singapura juga demikian. Karena waktu adalah emas.

***

Shareen serta keluarganya sudah sampai di tempat makan, ternyata di tempat makan sudah bertengger dengan manis satu keluarga yang jumlahnya sama dengan jumlah keluarga Shareen. Ada tiga orang di sana, ada ayahnya, ada ibunya, dan ada putranya yang sudah sangat familiar sekali wajahnya bagi Shareen.

Benar yang dikatakan oleh kedua orang tuanya, sang putra dari sahabat mereka adalah sang pebisnis andal. Pebisnis terkenal di ranah jajaran perusahaan terkenal. Wajahnya bahkan sering kali muncul di televisi, tentu saja Shareen mengenalnya dengan baik. Bahkan, Shareen sedikit tersentak kaget untuk dijodohkan dengan pria tersebut.

Ah, iya. Nalarnya saja, jika kedua orang tuanya mengajak serta meminta Shareen untuk dijodohkan dengan pria tersebut, itu tandanya pria tersebut diperintahkan demikian, bukan?

"Hai, lama tidak berjumpa!" ucap sang wanita yang sepantaran usianya dengan Audrey. Wanita tersebut langsung memeluk Audrey dan melakukan ritual cipika-cipiki kepada sahabatnya tersebut. "Bagaimana kabarnya, Audrey?" lanjutnya bertanya.

"Seperti yang kau lihat tentu saja, Eka. Kabar aku baik. Kamu juga baik dong tentunya?" tanya balik Audrey yang langsung menyalami sang suami dari sahabatnya tersebut. Setelah menyalami sang suami, Audrey juga langsung menyalami sang putra dari sahabatnya.

"Sangat baik pastinya." Bukan, itu bukan suara dari Eka sang sahabat. Yang menjawab pertanyaan Audrey justru malah Andi — suami dari Eka, suami dari sahabatnya tersebut.

"Astaga ... Shareen! Sekarang Shareen sudah tumbuh dewasa, ya. Sudah cantik sekali ternyata. Terakhir kali tante lihat di televisi, sudah menjadi pebisnis yang sangat sukses sekali sampai bolak-balik masuk televisi." Ucapan dari Eka langsung membuat Shareen tersipu malu. Rona merah yang menjalar di pipinya sebisa mungkin gadis tersebut tutupi dengan menggigit bagian dalam dari bibirnya.

Padahal, Shareen tidak sehebat sang putra dari sahabat mamahnya tersebut. Shareen hanya beberapa kali diundang televisi, tidak sampai setiap saat seperti sang putra.

"Andekal juga sangat hebat sekali. Sudah jadi pebisnis yang sangat sukses. Tante sampai mendecak kagum selalu kalau liat berita di televisi." Kali ini Shareen yang menceritakan kekagumannya kepada sang putra dari Eka, sahabatnya. Ya, benar! Nama putra dari pasangan Eka dan Andi itu adalah Andekal.

"Tante bisa aja," balas Andekal sembari tersenyum tipis. Tersipu malu juga rupanya pria tampan tersebut.

"Udah, ayo kalian kenalan aja! Andekal ini anak dari Tante Audrey sama Om Aditya, namanya Shareen. Kamu pasti kenal sama dia, kan? Pebisnis cantik yang sering diwawancarai," ujar Eka memberitahu putranya.

Nampak sekali jika Andekal langsung mengangguk dan tersenyum manis ke arah Shareen, Shareen pun membalasnya dengan senyuman pula. Seperkian detik kemudian, uluran tangan dari Andekal langsung muncul membuat respon dari tubuh Shareen loading seketika.

Sebentar ... Andekal mengajaknya bersalaman terlebih dahulu?

"Andekal," ucap pria tampan tersebut dengan senyum manis yang masih sama terpatri.

Tanpa berpikir lama lagi, Shareen langsung mengulurkan tangannya juga, menerima salam dari Andekal. "Shareen."

***

Setelah makan malam bersama, saat ini kedua keluarga sedang berbincang ringan. Shareen sedikit mencuri pandang kepada Andekal yang nampak larut menyimak pembahasan pada orang tua. Dari gayanya saja, Shareen benar-benar suka dengan Andekal, bagaimana caranya Andekal bertutur kata, bagaimana Andekal mendengarkan orang yang sedang berbicara, serta bagaimana caranya Andekal tersenyum sebagai respon baik.

"Ekhem! Atuh jangan diliatin aja, Shareen. Gimana nih? Shareen suka sama Andekal apa enggak?" Suara heboh diiringi dengan siulan menggoda membuat Shareen langsung menunduk malu.

Sial, mengapa Shareen harus ketahuan sedang menatap Andekal dan mencuri pandang pada pria tampan tersebut?

"Gimana, Shareen? Mulai suka nih sama Andekal?" tanya Andi yang mulai membahas ucapan dari istrinya itu.

Shareen meremas jemarinya sendiri. Lidahnya benar-benar terasa kelu sekali. Entahlah, untuk saat ini Shareen tidak bisa menjawab bagaimana perasaannya. Entahlah juga, untuk saat ini Shareen belum bisa mengatakan apapun juga.

"Mungkin kalau Shareen mau, Andekal bisa ajak untuk menjalani hubungan pendekatan terlebih dahulu. Andekal ikut gimana Shareen."

Sebentar, jantung Shareen langsung berdetak dengan kencang mendengarkan apa yang baru saja Andekal luncurkan. Andekal mengajaknya untuk ke tahap pendekatan? Serius? Demi apa?

Aaa! Mimpi apa Shareen semalam sehingga hari ini ia diajak untuk tahap pendekatan bersama dengan pebisnis terkenal yang sudah lama sekali Shareen kagumi kinerjanya.

"Nah tuh! Sekarang gimana Shareen-nya? Andekal sih udah setuju aja!" Kini Aditya turut nimbrung pada pembahasan meminta penjelasan kepada Shareen.

Dengan penuh kegugupan Shareen menjawab, "Shareen mau aja. Jalani semuanya dulu."