Chereads / Cinta Kamu, Titik. / Chapter 15 - MasyaAllah ...

Chapter 15 - MasyaAllah ...

Waktu kian berlalu. Memupus harapan dan impian untuk bisa memiliki dambatan hati. Akmal yang sudah tumbuh dewasa bertanggung jawab sebagai Ayah bagi adiknya. Karena hanya punya paman di desa dia juga tidak ingin merepotkan paman satu-satunya.

Berprinsip dan menjadi diri sendiri. Akmal terlatih hidup keras. Terfokus hanya untuk merawat adiknya. Memendam perasaannya kepada Adiba, karena tahu perasaannya tidak akan terbalas.

'Kebahagianku adalah melihatmu bahagia. Walau tidak bersamaku yang terpenting doaku selalu menyertaimu. Kamu selalu ilfil dengan perhatianku, mungkin kamu sadar aku mencintaimu. Hingga kamu tidak mau memberi harapan. Kamu adalah bidadari yang selendangnya pun tidak bisa aku curi. Aku sadar diri aku bukan siapa-siapa,' ujar Akmal dalam hati. Mengubur rasa cemburunya. Lalu memutuskan untuk sekolah kedokteran.

Pergi menjauh namun tetap masih menyimpan perasaan cinta. Abi selalu membantu keuangan Akmal.

Namun, Akmal adalah pemuda yang mandiri. Dia selalu tidak ingin merepotkan Abi Rahmat. Dengan caranya yang menjauh dari keluarga Adiba. Membuat dia bisa melupakan gadis yang dicintainya. Walaupun sisa-sisa perasaannya masih ada. Semakin mengubur perasaannya ketika dia benar-benar sudah menjadi dokter psikiater.

Akmal tidak bisa melupakan perasaannya kepada Adiba dengan mudahnya. Akhirnya dia memutuskan untuk berkenalan dengan seorang gadis. Hati kembali ragu atas perasaannya. Dia berusaha menepis agar bisa maju dan melupakan Adiba.

'Ikhlas adalah ketika aku merelakan orang yang aku cintai bahagia. Tidak terobsesi penuh untuk memilikinya. Tidak egois memaksanya untuk menjadi milikku. Doaku selalu untukmu Adiba. Aku selalu melihatmu, walau kau jauh dari pandanganku. Aku masih menyimpan benih-benih rindu setiap saat. Senyummu membuat aku selalu tertarik untuk tidak melepas pandanganku kepadamu. Aku Memang jauh berbeda dari Ridwan. Dia memang laki-laki terbaik untukmu.'

Melepaskan harapan dan keinginan.

Terlebih lagi ketika Abi Rahmat menelponnya. Mengabari tentang lamaran Ridwan. Mulailah dari situ seseorang laki-laki yang rapuh hatinya. memantapkan diri untuk mendekati gadis itu.

Gadis itu membuat dia sangat nyaman. Dan pada akhirnya memutuskan untuk melamarnya tanpa berpacaran. Dengan meminta Abi Rahmat melamarkan nya untuk Akmal.

Flashback on.

Di masa kini Akmal hanya berniat membalas kebaikan sebagai rasa terima kasihnya kepada keluarga Adiba.

Sabrina selesai menyeka tubuh Adiba dengan kain yang basahi air hangat. Akmal masuk ke kamar Adiba setelah Sabrina menutup auratnya. CCTV terpampang jelas, Akmal ingin membuktikan kepada keluarga Adiba Jika dia tidak akan pernah macam-macam kepada Adiba. Walaupun dia suaminya.

Sabrina melihat tatanan buku. "Apakah melakukan aktivitas yang biasa disukai Mbak Adiba bisa membuatnya berinteraksi dengan kita?" tanya Sabrina setelah melihat buku-buku.

"Bisa Dik. Terlebih lagi sesuatu hal yang bisa membuatnya bahagia dulu, itu bisa direspon olehnya. Aku merasa Sebenarnya dia bisa mendengar. Kalau dia pura-pura menuli akan menolak apa pun yang masuk di Indra pendengarannya."

"Wah ... Mas ... ini buku keren-keren banget. Dari best seller Sirah Nabawiyah. Terjemah-terjemah Kitabnya banyak. Haaa betah aku," ujar Sabrina malah terpikat dengan buku-buku Adiba.

"Kamu bacakan saja. Mungkin dengan diarynya juga bisa membantu. Insya Allah ... Bismillah."

Akmal melihat grafisnya monitor normal. Datak jantung lalu tekanan darah.

"Masya Allah ... siapa yang tidak akan jatuh cinta kepada pemuda bernama Ridwan itu. Sweet banget Mas ... hemmm. Aku baper," ujar Sabrina.

"Dia memang baik dan saleh. Mas pergi salat duha dulu," ujar Akmal setelah memeriksa keadaan Adiba.

"Sauqon muadibun walakinni a's uru biwujudiki fi kulli marotin uglikufiha aini. Mbak Adiba baper banget aku. Ehkm. Afwan ya Mbak Adiba ... huft ... coba aku artikan perlaha. Tersiksa rindu namun aku merasakan hadirmu di ... setiap aku memejamkan mataku. Ah ... hatiku saja berdebar-debar. Ya Allah ...." Air mata Sabrina jatuh berlinang terharu. Bibirnya bergetar hebat menatap Adiba yang tidak berdaya.

"Hubby ma huwa a'laihi wa lan aro naqoisoki liannani la aro ilaallahha yu'k tiiki mazaya. Artinya ... cintaku ini apa adanya aku tidak akan melihat kekuranganmu karena aku hanya melihat Allah memberi kelebihan kepadamu. Masya Allah hik hik est ... hehe." Sabrina menahan tangisnya.

'Pastas saja jika cinta Mbak Adiba sangat dalam.' Sabrina duduk di samping Adiba.

"Mbak ... di sini ada pesan yang di tulis Mas Ridwan." Sabrina menahan tangis. "Rasulullah SAW pernah berkata sebagaimana yang diriwayatkan Anas bin Malik, artinya: "Ada tiga perkara yang jika ketiganya dimiliki seseorang maka dia (dapat) merasakan manisnya iman. Yaitu orang yang hanya mencintai Allah dan RasulNya, orang yang hanya mencinta atau tidak mencinta karena Allah, dan orang yang enggan kembali dalam kekufuran setelah Allah menyelamatkannya dari kekufuran itu sebagaimana dia enggan dilemparkan ke dalam neraka." Adiba ... jangan tersesat oleh cinta kita. Jangan nodai cinta kita. Sabar dan jangan bersedih, banyaklah bersyukur dan beristigfar. Jika seorang hamba mencintai bukan karena Allah, kecintaannya kepada Allah pasti akan berkurang, bahkan semakin lemah. Cinta seseorang akan menjadi benar jika dia membenci apa yang dibenci Allah, yakni kekufuran."

Sabrina melihat wajah yang pucat pasi, hatinya terasa sakit dan bulir bening jatuh dengan mudah.

"Dia merupakan percikan dari keindahan Allah SWT dan Allahu Akbar setiap mukmin manakala dia masuk ke dalam surga Allah SWT, Allah akan memperlihatkan keindahannya yang hakiki. Allah SWT akan menjadikan keindahan tersebut, terlihat oleh setiap mukmin yang masuk ke dalam surga Allah SWT. Sehingga setiap mukmin akan terkesima, akan takjub dengan Allah dan Allah menyebutkan dalam Al Qur'an: "Wujuuhuy yauma-idzin naadhirah." (QS. Al-Qiyamah:22). Adiba ... mari kita mencontoh dari Nabi Kita Muhammad SAW, Rasul SAW mencintai istrinya dengan kecintaan yang tulus dan jujur, Rasulullah mencintai Khadijah RA dengan kecintaan yang luar biasa. Bahkan ketika Khadijah telah meninggal dunia tidak lupa Rasulullah kepada Khadijah, tetap Rasulullah menyanjung Khadijah, Rasul SAW memberikan pujian kepada Khadijah RA, bahkan sering juga Rasulullah SAW memberikan hadiah kepada kolega dan sahabat-sahabat Khadijah RA. Ini adalah kecintaan yang tulus yang ditunjukan oleh Nabi kita Muhammad SAW. Sedih, menangis tapi tidak berlarut. Apalagi kita masih sama-sama hidup. Masih bisa bertemu, jadi tahan rindu kita ya hubby. Kata siapa aku tidak rindu. Rindu ini menyiksa namun Allah sangat mudah mengobati rasa rinduku. Aku titipkan salam rinduku dengan surat Al Fatihah. Aku yakin surat itu akan menembus ke dalam relung hatimu. Sabar, sibukkan diri jangan terpancing dengan setan yang merayumu untuk bertemu denganku. Belum waktunya."

Sabrina tertegun dia merasa sangat sesak membaca surat dari Ridwan.

'Bahkan ... dia menasehati Mbak Adiba. Agar mencintai secara wajar. Ya Allah bukalah pintu hati Mbak Adiba. Siramilah rahmat dariMu Ya Robb.' Sabrina merasa sedih.

"Aku tidak mau baper-baper, aku bacakan kisah-kisah saja ya Mbak dari bukunya Mbak." Sabrina bangun lalu mengambil buku lain.

Bersambung.